3. Terprovokasi

Selama beberapa hari ini candaan yang diucapkan Rina terus terpikirkan olehku, sangking terpikirkan nya aku sudah mempersiapkan semua syarat untuk menikah dari fotocopy KTP, hingga fotocopy kartu keluarga dan akta kelahiranku juga ada foto sudah aku persiapkan termasuk surat perjanjian yang tentunya hanya aku dan suamiku kelak yang tau tentang perjanjian pernikahan itu.

Tapi siapa prianya?? Hahaha aku sudah gila ternyata. Adakah pria yang bersedia menikah tanpa cinta dan tanpa berhubungan seks denganku? Mana ada pria yang bersedia, paling kalau bersedia, dia adalah pria yang mempunyai otak yang sama anehnya denganku alias sama sama gila.

“Sedang memikirkan apa?” Dimas manager divisi ku bekerja tiba tiba muncul dari balik punggungku, untung saja aku tidak mengeluarkan dokumen yang sudah aku siapkan, bisa bahaya jika dia melihatnya.

Aku menatap Dimas yang sedang berdiri di sebelahku, dia salah satu pria yang masih lajang yang aku kenal, dia cukup tampan walau wajahnya sedikit sangar, tapi dia pria yang baik.

Banyak wanita yang berharap mendapatkan hatinya Tapi tidak ada yang berani mendekati karena dia sering marah dan jarang tersenyum.

“Hmmm… tidak ada” jawabku asal sambil ngengir.

“Beberapa hari ini kau terus melamun, apa sedang memikirkan ide tentang desain yang di inginkan oleh klien? Kau kesulitan membuat desainnya?” tanya Dimas lagi.

“Aaaaaa~ benar, aku sedikit kesusahan dalam mencari ide” bohongku, padahal aku sudah mendapat beberapa desain yang sudah aku persiapkan. Tidak mungkinkan aku mengatakan aku sedang memikirkan siapa pria yang cocok menjadi calon suami kontrak ku kelak, kalau benar benar terjadi aku pasti sudah gila.

“kau harusnya bertanya padaku_”

“Pak dimas umur berapa?” potongku tiba tiba, melihat dimas aku jadi tertarik menjadikan dia sebagai calon dari suami kontrakku. Wahhh aku sudah benar benar gila karena pernikahan, ayah lihatlah anakmu ini yang sudah putus asa untuk mencari pasangan, sampai sampai berpikir untuk menikah kontrak dengan manager sendiri.

“Umur? Ahhh untuk mencari minat klien? Umurku 34 tahun” sepertinya Dimas telah salah paham dengan pertanyaanku, tapi untung saja dia menjawab seperti itu.

Aku mengangguk dan tersenyum saja saat mendengar jawaban Dimas.

‘Tak’ jari dimas baru saja menjentik keningku, “Jangan terlalu di pikirkan, kita punya banyak karyawan yang masih muda, kau bisa bertanya pada mereka saat di pesta nanti malam”.

“Pesta?” ulang ku sambil mengusap kening yang tadinya di jentik oleh dimas.

“Naura~ jangan bilang kau lupa kalau malam ini ada pesta di Gedung kantor kita, kau tidak berniat langsung pulang setelah pulang kerja kan?” selidik dimas.

Aku hanya bisa tersenyum kaku, untuk pesta aku benar benar lupa hampir saja aku pulang setelah bekerja, seingat ku akan ada perayaan di kantor, seperti yang aku bilang Gedung kantorku ini sangat besar dan luas ada ruangan pesta yang cukup menampung semua karyawan kantor, ada juga ruang istirahat jika lembur di kantor atau terlalu mabuk setelah pesta.

Pikiranku memang kacau sejak pesan yang dikirim ayah, dan ide gila dari Rina.

“Aku tidak lupa pak, untung pak dimas memberi ide, aku jadi bisa bertanya pada anak anak baru tentang ide desain di umur mereka” ujarku spontan.

“Baguslah, kalau ada yang tidak kau mengerti jangan di pendam sendiri, bertanya padaku atau meminta bantuanku, itu tugasku sebagai manager disini” ujar Dimas.

Aku mengangguk cepat, “siap pak” kekeh ku, walau dia tampak mengerikan aku cukup mengenalnya, karena kami sudah cukup lama berteman maksudku menjadi atasan dan bawahan, Dimas memang selalu membantuku dan memberikan banyak nasehat dalam bekerja, kadang dia memang tampak mengerikan tapi dia sebenarnya baik karena lebih banyak membantuku dalam bekerja.

...🌞🌞...

Malam akhirnya tiba, aku dan Rina berjalan bergandengan memasuki ruangan pesta. Kami berdua memilih sofa yang jauh dari keramaian dan letaknya paling pojok, itu adalah tempat strategis yang cocok untuk menghilangkan stress dan juga untuk cuci mata karena tidak akan banyak orang yang melihat apa yang sedang kami lakukan tapi kami bisa melihat apa yang terjadi di pesta.

“Ra lihat di sana, para wanita pada sibuk menggoda para cogan” bisik Rina padaku.

“bukankah itu tontonan yang bagus? Kau tidak mau ikutan dengan mereka?” godaku.

Rina menepuk bahuku pelan lalu tertawa, “mau sih tapi aku masih tau diri, mana mungkin mereka mau dengan kita yang biasa biasa ini” ujar Rina disela tawanya. Aku juga ikutan tertawa, memang lebih enak menjadi penonton dari pada ikutan beraksi mengikuti mereka yang mengejar pria pria tampan tanpa harapan.

Aku dan Rina tiba tiba saja berhenti tertawa karena pria pria yang sedang kami tonton dan bicarakan mulai berjalan menuju kursi kami hingga membuat kami berdua terdiam dan saling berpandangan.

“Kalian berdua ngapain bengong” Andre langsung memilih duduk di depan kami diikuti pria pria tampan yang lainnya. Aku tau andre memang berteman baik dengan mereka, ada Arjuna, Dimas, dan pria tampan lainnya.

‘Ahh sial sekali kenapa mereka duduk di kursi kami, padahal kami hanya ingin jadi penonton, sekarang malah kami yang di tonton para wanita itu’ keluhku dalam hati.

“haa? Gak papa” jawabku spontan masih dengan tampang yang kebingungan. Aku, Rina dan andre memang dekat karena kami satu divisi dan dia sering membantuku, tapi dengan Arjuna dan yang lain bisa di bilang aku hanya kenal secara formal sebagai atasan dan bawahan?

“Kalian lagi bicarain apa?” tanya Andre.

“Pembicaraan tentang pernikahan! Si Naura terus terusan di suruh untuk menikah oleh ayahnya” rasanya jika tidak ada pria pria ini aku ingin membunuh si Rina yang mulutnya ember sekali, sejak kapan kami membicarakan tentang pernikahan? Dan kenapa dia harus membongkar aib ku.

“Wahhh orang tuamu sama saja dengan orang tuaku” kekeh Andre.

Aku memandang pria pria yang duduk di depan dan samping ku, mereka semua sudah memasuki kepala tiga, dan memang masih jomblo alias belum punya pasangan, apa salah satu dari mereka mau jadi suami kontrak ku? wahhh aku kembali gila gara gara pesan Ayah.

“lalu kamu belum punya pasangan juga? Kenapa kalian berdua tidak menikah saja” seru Rina sambil menepuk bahuku. Adakah pisau sekarang juga? Aku ingin segera menusuk anak ini agar diam. Sudah membongkar aib orang, sekarang dia malah menjodohkan orang secara tiba-tiba.

“Hahaha kalau Naura mau, aku bersedia” ujar Andre, aku tau itu hanya candaan, mana mungkin pria seperti Andre mau dengan wanita sepertiku, dia memang pria yang baik, tidak menolak ku secara langsung di depan orang orang.

“Aku masih suka dengan kehidupan lajangku yang sekarang” ujarku pelan.

“Lihat kan, dia ini terlalu cinta dengan pekerjaannya, workaholic, sama seperti kamu”

“Emang kamu tidak?” sela ku balik.

“No, kalau aku di posisi mu aku akan dengan terbuka menerima ajakan andre” seru Rina.

“Kalau menurutku, menjadi workholic itu tidak buruk” sela Dimas.

“Benar, pekerjaan nomor satu, pernikahan itu bisa menunggu, karena mungkin pernikahan bisa saja mengganggu kehidupan kita yang sekarang, aku sudah nyaman dengan hidupku yang sekarang” sahutku membenarkan.

“Tapi pikiran seperti itu menandakan kamu tidak pernah memikirkan tentang masa depanmu” sela Bruno yang sejak tadi diam mendengarkan pembicaraan kami, dia terlihat sedikit mabuk entah sudah berapa banyak botol wine dan wisky yang dia minum. “Ada perbedaan antara nyaman atau memilih untuk nyaman” lanjutnya lagi.

Aku kini terdiam, dia seperti sedang menusukku secara langsung.

...🎀🎀🎀🎀🎀...

Dimas Giandra

Terpopuler

Comments

Shai'er

Shai'er

/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/

2024-03-20

0

Shai'er

Shai'er

jlebbb

2024-03-20

0

Shai'er

Shai'er

nah loh

2024-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!