Pagi itu, langit tampak sedikit mendung. Udara masih terasa dingin sisa dari malam yang mencekam.
Vazal menatap keluar jendela kamarnya. Jalanan yang semalam sunyi, kini kembali dipenuhi oleh orang-orang yang beraktivitas seperti biasa. Para pekerja berjalan tergesa-gesa, anak-anak sekolah berlarian di trotoar, dan suara klakson kendaraan bersahut-sahutan.
**"Apa yang sebenarnya terjadi semalam...? Kenapa semuanya terlihat normal, seolah tidak ada yang terjadi?"**
Kepalanya masih dipenuhi pertanyaan saat ia bergegas berangkat ke sekolah. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan temannya, Zera, yang sedang berjalan dengan ekspresi datar khasnya.
**"Hei, Zera! Mau berangkat sekolah juga ya?"** sapanya dengan senyum lebar.
Zera menoleh dengan tatapan tajam.
**"Apakah matamu buta? Tidak melihat seragam yang kupakai?"** balasnya sinis.
Vazal terkekeh.
**"Hehe, ini cuma basa-basi pagi hari."**
Zera mendengus, tetapi kemudian matanya menyipit curiga.
**"Kenapa kau terlihat sangat bahagia? Jangan bilang kau dapat pacar."**
**"Hah? Tentu saja bukan! Tapi ini lebih keren dari itu. Aku mengalami mutasi semalam!"**
Zera berhenti melangkah dan menatapnya dengan kaget.
**"Apa?! Yang benar saja! Apa yang kau lakukan hingga bisa bermutasi?! Bukannya kau salah satu orang yang tidak beruntung?"**
**"Itu dulu. Sekarang aku berbeda. Aku punya kekuatan! Dan dengan ini, aku akan mendaftar ke pusat pelatihan keamanan kota."**
Zera menyilangkan tangan, matanya meneliti ekspresi Vazal dengan saksama.
**"Jadi kau benar-benar serius? Tempat itu punya aturan ketat dan pelatihannya sangat keras. Kenapa tidak ke Asosiasi Pahlawan saja? Tidak ada aturan kaku di sana, dan kau bisa bertarung sesuka hatimu."**
Vazal terdiam sejenak.
**"Hmm... aku jadi bingung. Tujuan mereka memang sama, tapi cara mereka berbeda..."**
**"Terserah kau, sih. Yang penting, ayo cepat! Jangan sampai telat!"** ujar Zera, kembali berjalan lebih dulu.
Vazal mengikutinya, dan mereka pun sampai di sekolah.
---
Setibanya di kelas, suasana tampak berbeda. Banyak siswa berkumpul dalam kelompok kecil, membahas sesuatu dengan serius. Vazal duduk di bangkunya dan ikut mendengarkan.
**"Semalam terjadi distorsi ruang dan waktu. Itu sebabnya kita tidak melihat banyak orang di jalanan!"** ujar salah satu siswa.
Vazal mengernyit.
**"Dari mana kau tahu hal itu?"**
Rifki, teman sekelasnya, menoleh dan menyahut, **"Kakakku membahas ini dengan teman-temannya. Dia bilang, distorsi itu menyebabkan para monster bermunculan lebih banyak. Pasukan keamanan kota pun langsung siaga."**
Vazal mengangguk paham.
**"Aku lupa, kakakmu kan salah satu penjaga keamanan kota ini. Lalu... apa yang terjadi setelahnya?"**
Namun, sebelum Rifki sempat menjawab, guru mereka masuk ke kelas. Semua percakapan pun terhenti, dan pelajaran dimulai.
---
Di tengah pelajaran, Vazal masih memikirkan sesuatu. Perkataan Gerad tentang tingkatan monster terus terngiang di kepalanya. Ia pun mencoba berbicara dengan Gerad melalui telepati.
**"Hei, Gerad. Aku penasaran... seberapa kuat monster yang ada di dunia ini?"**
**"Monster memiliki tingkatan masing-masing,"** jawab Gerad santai. **"Kekuatan mereka diukur dari kemampuan menghancurkan dan mendominasi. Semakin tinggi tingkatannya, semakin berbahaya pula mereka."**
**"Apa saja tingkatan itu?"**
**"Pertama, ada monster tingkat rendah. Mereka hanya mengandalkan naluri. Tidak punya strategi, hanya menyerang secara membabi buta."**
**"Lalu?"**
**"Di atasnya, ada monster tingkat sedang. Mereka lebih cerdas, sering memanfaatkan monster tingkat rendah sebagai tameng sebelum menyerang."**
Vazal mengangguk pelan.
**"Selanjutnya, ada monster tingkat tinggi. Mereka jarang bergerak berkelompok dan lebih kuat dua kali lipat dari monster tingkat sedang. Kecerdasan mereka jauh di atas rata-rata."**
Vazal mulai merasa tidak nyaman. Jika monster tingkat tinggi sudah begitu berbahaya, bagaimana dengan yang lebih kuat darinya?
Gerad kemudian melanjutkan, **"Dan yang terakhir, monster High-End. Mereka adalah monster di atas segalanya. Mereka memiliki kemampuan untuk memanipulasi monster lain agar tunduk pada mereka. Bahkan monster tingkat tinggi pun tidak bisa melawan kehendak mereka."**
Vazal merinding.
**"Jadi... kau termasuk monster High-End?"**
Gerad tertawa. **"Tentu saja. Aku bukan monster biasa."**
Tiba-tiba, suara Gerad berubah serius.
**"Ngomong-ngomong... gadis yang bernama Zera itu."**
**"Kenapa dengan Zera?"**
**"Dia semalam melihat kita dari atas gedung. Aku merasakan auranya… dan itu bukan aura orang biasa. Aura membunuhnya sangat kuat. Jika kau cerdas, lebih baik jaga jarak darinya."**
Vazal terdiam sejenak.
**"Aku tidak merasakan hal aneh dari Zera. Dia hanya... gadis lugu yang kebetulan punya kekuatan besar."**
Gerad mendengus.
**"Jangan tertipu oleh penampilan. Orang dengan aura membunuh yang kuat biasanya memiliki sisi gelap yang tak stabil."**
Sebelum Vazal sempat bertanya lebih lanjut, suara bel berbunyi, menandakan berakhirnya pelajaran.
Guru mereka menutup buku dan memberikan peringatan keras kepada seluruh siswa.
**"Mulai malam ini, kalian dilarang keluar rumah. Jumlah monster yang berkeliaran semakin banyak dan semakin berbahaya. Jangan sampai ada yang melanggar, atau nyawa kalian yang jadi taruhannya."**
Suasana kelas seketika hening.
Vazal menggenggam tangannya erat.
Ia tahu bahwa dunia ini tidak akan pernah sama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Sun Seto
Kebanjiran emosi!
2024-03-20
0