Rani menerima perjodohannya dengan Pangeran

Kemudian Rani menjawab, “Baik, Bunda!” seraya Rani duduk di kursi sofa, duduk menghadap Ibu Kintan.

Dan Ibu Sinta berkata, “Oh ya, Bapak sudah parkirkan mobilnya kan? Ayo Pak, sini kemari masuk ke dalam ruang tamu!”

Lalu Pak Roni menjawab, “Sudah saya parkirkan mobilnya siap, Bu Sinta!” seraya Pak Roni berjalan masuk ke dalam pintu rumah Bu Sinta menuju ruang tamu.

“Silakan masuk, Pak!” ungkap Ibu Sinta dengan memberikan senyuman.

Kemudian Pak Roni masuk ke dalam ruang tamu dan langsung duduk di bangku sofa.

Ibu Kintan mengatakan, “Rani, saya Ibunya Pangeran Sepna ... ingin menjodohkan Pangeran Sepna dengan, Rani! Apakah kamu mau menikah dengan anakku itu?”

Rani pun menjawab, “Oh maaf Ibu Kintan, Rani tidak bisa untuk dijodohkan dengan Pangeran Sepna anak kandung, Ibu. Saya tidak pantas, buat menjadi calon istrinya, Pangeran Sepna. Yang pantas menjadi calon istri Pangeran tuh, harusnya saudari saya bernama, Tina!”

“Alah kamu, jangan berlaga alim, Rani! Kenapa kamu tidak mau menjadi calon istrinya, Pangeran Sepna? Rani kamu tuh walaupun anak tiri Ibu Sinta ... kamu tuh Kakaknya dari saudari adikmu, Tina. Jadi kamu Rani, yang lebih dulu menikah ya!” ucap Ibu Sinta seraya membujuk Rani anak tirinya, supaya Rani mau menikah dengan Pangeran Sepna.

Lalu, Pak Roni mendengar pembicaraan itu dia meminta ijin ke Ibu Sinta untuk ke WC seraya berkata, “Bu Sinta, saya mau minta ijin ke WC karena kebelet mau buang air kecil!”

“Boleh tentu, Pak! Silakan jalan menuju kamar mandi di dekat dapur ya!” pungkas Ibu Sinta seraya tangan kanannya, menunjuk ke belakang melihat ke arah dapur.

"Baik siap, Bu Sinta!” jawab Pak Roni seraya berjalan menuju ke arah dapur.

Lalu Ibu Sinta bertanya, “Ngomong-ngomong, nama sopir pribadinya Ibu Kintan siapa namanya?”

Ibu Kintan pun menjawab, “Pak sopir pribadiku namanya, Pak Roniansyah! Cuman saya akrabnya, memanggilnya, Pak Roni! Oh ia Rani, kamu harus mau ... menjadi calon istrinya Pangeran Sepna dan kamu nantinya, akan menjadi menantu, Ibu Kintan! Tante mohon Rani, kamu jangan menolak perjodohan ini oke!”

Kemudian Ibu Sinta pun membujuk Rani terus, supaya dia mau menyetujui perjodohannya dengan Pangeran Sepna, seraya berkata, “Ayolah Rani, kamu harus mau ya! Ibu sudah menyetujuinya dengan sepenuh hati, kalau kamu harus jadi menikah dengan, Pangeran Sepna!"

Rani pun menjawabnya, “Tapi bagaimana dengan perasaan Tina saudariku, Rani takutnya dia iri kalau Kakaknya menikah lebih dulu daripada dia!”

Hatinya Ibu Sinta begitu kesal, karena anak tirinya banyak alasan dengan perjodohan itu, seraya berkata, “Sudah Rani, kamu jangan banyak alasan pokoknya harus mau dengan perjodohan ini dan nantinya kamu akan tinggal di istana dengan, Pangeran Sepna!”

“Baik Ibu jika ... sudah merestui perjodohan Rani dengan Pangeran Sepna anak kandungnya, Bu Kintan!” jawab Rani sambil bermuka merah malu, karena menatap wajahnya Ibu tirinya itu.

“Iya Rani terima kasih ya, kamu sudah mau menerima tawaran perjodohan ini. Pastinya Pangeran Sepna putraku mau sekali menikahi kamu Rani, karena dirimu memang gadis calak (elok) dan juga baik hati!” ucap Ibu Kintan seraya merayu Rani kembali, supaya Rani makin yakin dan siap menikahi anaknya itu.

“Nah bagus itu Rani, baru kamu anak tiri Ibu Sinta yang baik hati dan patuh sama perintah Orang tua. Sudah Rani sekarang ke dapur lagi ya, masih banyak pekerjaan rumah yang belum kamu ... cepat bereskan!” ungkap Ibu Sinta dengan memberikan senyuman.

Rani pun langsung menjawabnya, “Baik Ibu, saya permisi ke dapur dulu ya, Ibu Kintan!” seraya Rani berjalan menuju dapur.

Pak Roni sopir pribadinya Bu Kintan, berjalan dari dapur dan berpapasan dengan Rani yang mau ke dapur. Pak Roni pun, tersenyum melihat wajah Rani lalu dia pun tersenyum juga, menatap matanya Pak Roni sopir pribadinya Bu Kintan.

“Oh ya, mari diminum teh manisnya, Bu Kintan!" ucap Ibu Sinta seraya menampakkan wajahnya ceria, karena anak tirinya sudah terbujuk dengan perjodohannya itu.

“Baik Ibu Sinta, saya terima ya! Wah ternyata enak juga ... teh manis buatannya Rani itu. Bagus saya senang sekali, dengan persetujuan perjodohan ini, Bu Sinta!” ucap Ibu Kintan dengan hati yang riang dan memberikan senyuman.

“Tentu saya juga senang sekali, Bu Kintan! Ternyata Rani anak tiri saya, mau menyetujui pernikahan ini. Oh ya, Pak Roni silakan duduk kembali!” ucap Ibu Sinta dengan memberikan senyuman.

“Maaf Bu Sinta, saya mau di luar saja ya! Karena saya gerah kalau di dalam rumah, ingin mencari udara segar di teras halaman rumah Ibu yang nyaman ini!” ungkap Pak Roni.

Bu Sinta menjawab, “Oh boleh silakan, Pak Roni!”

Bu Kintan mengatakan, “Ngomong-ngomong, saya tadi perjalanan ke rumah Bu Sinta, saat menyeberangi jembatan perbatasan ya! Saya dan Pak Roni melihat sosok hantu wanita yang begitu menyeramkan! Pertama kami di selimuti asap kabut berwarna putih, dimana mataku saat melihatnya menjadi buram! Dan yang lebih menakutkan lagi, saat melihat ke depan kaca mobil, ada sosok hantu wanita berambut panjang dan kedua bola matanya mengeluarkan air mata darah! Hantu wanita itu, berbaju putih serta kedua tangannya berdarah. Pokoknya menyeramkan Bu, sampai akhirnya saya dan Pak Roni pingsan!”

Lalu Ibu Sinta merasa bulu kuduknya merinding seraya mengatakan, “Masa sih Bu Kintan, betul itu? Saya sendiri menjadi merinding mendengar ceritanya! Ya memang sih, jalanan jembatan perbatasan itu memang menyeramkan ya! Karena ada hantu itu ... hantu wanita yang Bu Kintan ceritakan barusan!”

“Tentu Bu, sangat menyeramkan sampai terakhirnya saya melihat sosok hantu wanita itu yang menyerupai wanita berparas cantik. Hantu itu berusaha ingin menyeberang melintasi ke depan mobil yang ... kami kemudikan mobil itu!" ucap Ibu Kintan.

"Dan seketika saat mobil kami mendekati sosok wanita yang ingin menyeberang tadi, tiba-tiba sosok wanita berparas cantik itu menghilang secara misterius! Entah kemana sosok wanita itu menghilangnya dan kami berdua saat itu di mobil, langsung merinding bulu kuduk, serta saya instruksikan ke Pak Roni agar segera percepatlah menyetirnya!" ungkap Ibu Kintan.

"Dan alhamdulillah saat kami sudah melewati jembatan perbatasan itu, hati kami berdua merasa cukup tenang tidak merinding lagi!” ucap Ibu Kintan.

“Memang betul, kalau sedang saat cuaca mendung sosok hantu wanita itu memang suka menampakkan rupanya. Apalagi kalau menjelang tengah malam, sosok hantu itu pasti menampakkan rupanya lagi! Sungguh menyeramkan, sosok wanita hantu itu akan membuat kita terkejut kaget ... takut melihat rupanya dia! Sehingga kita menjadi pingsan karena ulah jailnya itu!” ungkap Ibu Sinta dengan mengingat bayangan hantu yang pernah ia lihat di jembatan.

Terpopuler

Comments

Eny Retno

Eny Retno

ibunya pangeran sepna kok dipanggil Bu sama sopirnya ya...secara kan mestinya pake istilah istana, tuan putri, permaisuri , dll

2021-09-21

0

Dokter adwin

Dokter adwin

Tim Mangatoon, tolong dong di buatin Filmnya pasti bakal seru banget karena ceritanya bikin ambyar, baper dan penasaran.

2021-03-03

11

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!