Ibu Kintan akhirnya sampai ke rumah Bu Sinta

“Tuh tidak ada ya, Bu! Mungkin itu benar, sosok wanita yang kita lihat tadi, hantu itu ... berusaha menampakkan rupanya ya! Tapi tenang saja Bu, kita sudah lolos dari jembatan perbatasan desa ini dengan selamat!” jawab Pak Roni.

Lalu Ibu Kintan pun berkata, “Memang betul sosok wanita hantu itu, benar-benar ingin menampakkan rupanya lagi kepada kita berdua. Ibu jadi ketakutan begini, Pak jalankan mobil ini dengan sepenuh hati dan berhati-hatilah, semoga kita selamat sampai tujuan ke rumahnya, Bu Sinta!”

“Baik laksanakan sekarang, ini juga saya menyetir dengan baik dan berhati-hati!” pungkas Pak Roni.

Lalu, perjalanan ke rumahnya Ibu Sinta cukup jauh lantaran jalanan ke rumahnya beliau itu, jalannya berbatu-batu dan berbelok-belok hingga mobil yang di kendarai oleh mereka berdua, melajunya menjadi sedikit lambat.

Pak Roni berkata, “Bu kesini tuh, jalanan kurang bagus ya berbelok-belok!”

Ibu Kintan menjawab, “Jelas memang betul Pak Roni. Dan perjalanan menuju rumahnya Ibu Sinta sebentar lagi sampai dan rumahnya sisi jalan tidak masuk gapura ya!”

“Oh iya, memang rumahnya nomor berapa dan berwarna cat apa?” tanya Pak Roni.

Lalu Ibu Kintan menjawab, “Rumahnya kalau tidak salah berwarna putih serta nomor rumahnya nomor 76 dan ini baru nomor 70, Pak Roni! Sebentar lagi, nah itu lihat nomor 76 berhenti Pak Roni disini ... saya telepon dulu, Ibu Sinta!" seraya melihat rumah-rumah di jendela kaca pintu mobil.

Pak Roni pun menjawab, “Baik oke, silakan telepon dulu Ibu Sinta dan semoga saja beliau ada di rumah!”

“Halo, ini Ibu Sinta kan? Ini saya dengan Bu Kintan, Ibunya Pangeran Sepna. Ibu Sinta lagi sedang di rumah tidak?” tanya Ibu Kintan saat menelepon Bu Sinta.

“Halo juga, Ibu Kintan! Ini dengan Ibu Sinta sendiri saya bicara. Ada apa Ibu Kintan ... saya lagi ada di rumah. Ibu Kintan mau ke rumahku bukan?” jawab Ibu Sinta ditelepon.

“Jelas tentu Bu Sinta, ini saya lagi sama sopir pribadi ... lagi ada di depan rumah Ibu Sinta. Coba Ibu sekarang lihat di jendela depan rumah Ibu dan segeralah keluar rumah!” ungkap Ibu Kintan.

Lalu, Ibu Sinta lagi sedang di ruang keluarga segera ke ruang tamu depan berjalan menuju jendela depan rumah dan membuka tirai melihat dengan jelas bahwa ternyata benar, ada sebuah mobil yang sedang berhenti di depan pagar rumahnya.

Dengan mengatakan, “Betul Bu, saya ini sedang melihat Ibu Kintan di dalam mobil sedang menelepon saya. Tunggu ya Bu Kintan ... saya buka dulu pintu rumahku!” seraya Ibu Sinta berjalan menuju pintu depan rumah yang tidak jauh dari jendela kaca rumahnya dan segeralah ia membukakan pintu rumahnya.

Kemudian Ibu Kintan memanggil, “Hai, Bu Sinta?”

Ibu Sinta menjawabnya, “Hai juga, Bu Kintan, sebentar ya ... buka dulu pagar rumahnya!” seraya berjalan menuju pagar rumah dan membukakan pagar rumahnya.

“Oke Ibu Kintan silakan masuk, bagaimana kabarnya Ibu?” tanya Ibu Sinta seraya memegang tangannya Ibu Kintan untuk berjabat tangan dan berpelukan.

“Alhamdulillah baik, Bu Sinta! Kabar Ibu bagaimana hari ini?” ungkap Ibu Kintan.

“Alhamdulillah baik juga, Ayo masuklah ke rumahku!” ucap Ibu Sinta seraya menuntun Bu Kintan supaya masuk ke dalam rumahnya.

“Oke baik, Bu Sinta!” jawab Ibu Kintan dengan berjalan masuk ke pintu rumahnya.

“Silakan Bu Kintan duduk, saya panggilkan dulu Rani ya! Rani ... kesini cepat!” ucap Ibu Sinta dengan suara memanggil Rani begitu keras.

Lalu, dari dapur Rani berjalan dan menghampiri Bu Sinta ke ruang tamu seraya menjawab, “Baik Bunda tunggu sebentar, ini Rani ... mau kesana!”

Terus Ibu Sinta memperkenalkan Rani ke Ibu Kintan dengan berkata, “Nah ini perkenalkan Rani anak tiriku. Coba kamu cepat bawakan kami teh dan jamuan buat tamu ini!”

Rani pun menjawabnya, “Oh Ibu Kintan, ini Rani anak tirinya, Bu Sinta!” seraya tangannya Rani memberikan tangan kepada Ibu Kintan untuk berjabat tangan.

“Oh ini Rani tuh, anak tirinya Ibu Sinta kan?” tanya Ibu Kintan dengan memberikan senyuman.

“Iya Bu Kintan, mau minum teh atau kopi?” tanya Rani dengan memberikan senyuman.

“Ibu Kintan buatkan teh manis saja, Rani!” jawab Ibu Kintan dengan membalas senyuman pada Rani.

“Baik Bu Kintan, tunggu sebentar ... buatkan dulu ke dapur teh manisnya!” ucap Rani seraya dia berjalan menuju dapur untuk segera membuat teh manis untuk Ibu Kintan.

Lalu, Ibu Sinta berbincang-bincang dengan Ibu Kintan. Dan Ibu Kintan bertanya, “Eh Bu Kintan ada perlu apa kemari? Ada yang bisa saya bantu?”

Kemudian Ibu Kintan menerangkan maksud kedatangannya, seraya berkata, “Begini Bu Sinta, saya kemari tuh, sejujurnya ada maksud ... menjodohkan anak Ibu dengan anak saya bernama, Pangeran Sepna!”

Terus Ibu Sinta pun mengatakan, “Maksudnya Bu Kintan tuh, apa betul mau menjodohkan Pangeran Sepna dengan anak kandung saya bernama, Tina? Tidak mau Bu ... saya tidak akan kasih restu anakku Tina untuk di nikahkan dengan anakmu, Bu Kintan!” dengan emosi marah Ibu Sinta menjawab pertanyaan Ibu Kintan.

Bukan itu maksudnya Ibu Sinta ... saya ingin menjodohkan anak Ibu bernama Rani anak tirinya, Bu Sinta! Gimana Bu, mau kan?” tanya Ibu Kintan dengan merayu Ibu Sinta.

“Oh kalau sama Rani, anak tiriku mau-mau saja! Karena saya sudah tahu seluk beluk misteri mitos itu, bahwa barang siapa yang akan menjadi istri pertama Pangeran akan mengalami kematian pada saat malam pengantin. Saya sendiri ... sudah tahu cerita itu benar! Betul kan bukan mitos belaka? Tapi benar terjadi nyata kan?” tanya Ibu Sinta.

“Jelas betul Bu Sinta, saya ingin menjodohkan anak tiri Ibu bernama Rani itu. Memang betul Bu Sinta kalau cerita itu, bukan hanya mitos belaka tapi benar adanya! Nyata bukan rekayasa ataupun fatamorgana!” sambil tersenyum Ibu Kintan menjawab pertanyaan Ibu Sinta.

Terus Ibu Sinta mengatakan, “Tuh kan cerita itu, benar nyata adanya bukan hanya mitos belaka tapi fakta! Oh iya sampai lupa, itu sopir pribadinya Bu Kintan masih di luar kan?”

Seraya Ibu Sinta memanggil Pak Sopir dengan suara yang lugas, “Pak Sopir masukkan saja mobilnya ke dalam halaman rumahku, pasti muat masuk kok mobilnya!”

Kemudian Pak Roni menjawab, “Baik, Bu Sinta!”

Lalu, tak lama Rani dari dapur datang ke ruang tamu seraya mengantarkan teh manis untuk Ibu Kintan.

“Rani sekarang tidak usah balik lagi ke dapur ya! Sudahlah duduk kamu disini dengan kami!” ucap Ibu Sinta ke Rani dengan ekspresi wajahnya cemberut dan berniat ingin memberitahukan sesuatu pada anak tirinya itu.

Terpopuler

Comments

Dokter adwin

Dokter adwin

Tim Mangatoon, mau dong di buatin Filmnya pasti bakal seru banget karena ceritanya bikin ambyar, baper dan penasaran.

2021-03-03

12

🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄

🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄

perlu di revisi lagi nih tor,,
supaya lebih menarik,,

2021-02-20

0

rina zoe

rina zoe

bahasanya dan kata²nya belibet jadi gk kaya baca novel.

2021-01-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!