Perjalanan ke rumah Bu Sinta yang melewati Jembatan Angker

Pangeran bertanya pada Ibunya, “Bagaimana Ibu, kalau anak tirinya Ibu Sinta malah menolaknya?"

Ibu Kintan menjawab dengan lugas, “Tenang saja Pangeran, akan di pastikan Ibu Sinta mau menerima sepakat dalam perjodohan ini. Oh iya Pangeran, Ibu masuk ke dalam kamar dulu!” sambil berjalan Ibu Kintan menuju pintu kamarnya.

Dan Pangeran pun seraya berkata, “Ya mudah-mudahan mau Ibu Sinta sepakat dengan perjodohan ini. Baik Ibu silakan!” pungkas Pangeran dengan melepaskan tangan Ibunya yang disentuhnya.

***

Sore harinya, Ibu Kintan berpamitan dulu dengan Pangeran seraya memanggil anaknya, “Pangeran ... lihatlah Ibu, kemarilah!”

Lalu, Pangeran yang sedang menatap pemandangan di halaman taman depan istana berkata, “Iya baik Ibu, ada apa?” seraya Pangeran berjalan menghampiri Ibunya itu.

Terus Ibu Kintan berkata, “Iya Pangeran lihatlah sekarang, Ibu sudah dandan rapi karena mau pergi ke rumah Ibu Sinta sore ini dan akan menawarkan perjodohan pernikahan ... Pangeran dengan anak tirinya Ibu Sinta. Doakan saja semoga berhasil!”

Kemudian, Pangeran pun menjawab Ibunya seraya memegang tangan Ibu dengan mengelusnya lembut, “Tentu Ibu, Pangeran doakan semoga berhasil dan Ibu Sinta mau dibujuk dalam perjodohan pernikahan ini. Dan tak lupa pula, Ibu juga harus bujuk anak tirinya Ibu Sinta ... supaya dia mau menikah dengan, Pangeran Sepna!”

Lalu, Ibu Kintan memegang tangannya Pangeran seraya berkata, “Baik Pangeran akan Ibu usahakan semaksimal mungkin. Anakku Ibu pergi dulu, sampai jumpa nanti malam!”

Pangeran pun menjawab, “Baik laksanakan! Berhati-hati di jalan, Ibuku!” seraya melepaskan tangan Ibunya.

Kemudian, Ibu Kintan berjalan keluar pintu depan istana dengan memanggil pengawal istana, “Pengawal ... mana sopir pribadi saya, Ibu mau pergi keluar istana!”

Lalu Pengawal Istana pun menjawab, “Baik siap, saya jemput dulu sopir pribadi Ibu, lagi ada di pos satpam!”

Tidak lama kemudian, sopir pribadinya Ibu Kintan datang menghampiri seraya berkata, “Iya ada apa? Saya siap membawa Ibu pergi kemana pun, Ibu mau!”

Lalu Ibu Kintan berkata, “Oke ... sore ini mau keluar istana, tolong antarkan saya ke rumahnya Ibu Sinta! Rumahnya tidak begitu jauh dari desa ini, hanya saja melewati jembatan perbatasan desa sini, Pak Roni!”

Terus sopir pribadinya Ibu Kintan menjawab, “Baik siap Bu, mari saya antarkan!”

Ibu Kintan pun, seraya turun dari anak tangga pintu masuk istana seraya berkata, “Laksanakan Pak Roni, saya tunggu disini!”

Lalu, Pak Roni segera berjalan menuju ke arah mobil-mobil istana dan segera dia menyetir mobil, melajulah mobil yang disetir Pak Roni menuju arah dimana Ibu Kintan berdiri di depan pintu masuk istana.

“Ayo mari masuk!" ucap Pak Roni.

“Baik, Pak Roni,” pungkas Ibu Kintan seraya membuka pintu mobil dan segeralah masuk menaiki mobil itu, duduk didepan dengan Pak Roni.

Didalam mobil istana, Ibu Kintan mewanti-wanti supaya Pak Roni tidak kelewat rumahnya Ibu Sinta, Pak Roni pun menurutinya.

Di tengah perjalanan tiba-tiba melihat sesosok bayangan wanita berbaju putih, yang mau menyeberang melewati mobil istana yang ditumpangi Ibu Kintan dan Pak Roni.

“Awas Pak Roni, itu ada orang. Wanita lagi jangan engkau tabrak!" ucap Ibu Kintan.

“Iya, Ibuku yang cantik!” pungkas Pak Roni seraya ia mengerem mobilnya dengan tangan yang gemetar, pada saat sudah direm mobil itu sama beliau, tiba-tiba mereka berdua tubuhnya Pak Roni dan tubuhnya Ibu Kintan tersungkur pada kaca depan mobil yang mereka tumpangi itu.

Setelah dilihat di hadapan kaca mobil itu, Ibu Kintan dan Pak Roni tidak melihat ada orang di tabrak.

Ibu Kintan terkejut dan merasa kebingungan seraya berkata, “Pak Roni apakah tadi tuh, ada wanita yang mau menyeberang kan? Tapi, kenapa sekarang wanita yang tadi mau menyeberang tiba-tiba spontan tidak ada, menghilang kemana, Pak Roni?”

Lalu Pak Roni menjawab, “Iya Ibu, saya juga aneh kenapa wanita yang tadi mau menyeberang itu, sekarang malah menghilang tidak ada dan ini juga, menyetir mobil tidak sedang mengantuk!”

Ibu Kintan pun, merasa kebingungan heran dan berkata, “Betul Pak Roni entah pergi kemana sih, wanita yang mau menyeberang tadi. Syukurlah kalau engkau sedang tidak mengantuk! Tapi ngomong-ngomong memang di jalanan ini, kalau kita mau melewati jembatan perbatasan memang sepi dan angker kan?”

Terus Pak Roni pun, merasa merinding saat Ibu Kintan berkata seperti itu dan menjawab, “Jelas memang Bu, jalanan disini memang sepi dan angker. Apalagi kalau kita mau menyeberang jembatan perbatasan desa ini ... konon katanya orang-orang yang melintasi jembatan ini pada malam hari pengendara merasa dikelilingi kabut asap dan begitu pengendara membuka matanya, suka melihat sesosok wanita cantik namun wanita yang dilihatnya itu berwajah sedih. Serta kedua tangannya penuh dengan darah, seketika wanita itu menghilang dan menjelma menjadi ular!”

“Wow ternyata kalau malam hari, jika kita melintasi jembatan perbatasan desa ... cukup menakutkan dan mengerikan ya, Pak Roni!” pungkas Ibu Kintan.

Pak Roni pun, mengangguk kepalanya seraya berkata, “Memang iya, makanya saya jika malam-malam kalau tidak ada seizin perintah dari Ibu Kintan dan Pangeran, tentunya saya tidak mau melintasi jembatan perbatasan desa ini!”

Lalu Ibu Kintan menjawab, “Oh begitu Pak Roni dan sebentar lagi kita mau melewati melintasi jembatan itu kan?”

“Iya benar, sebentar lagi kita akan melewati menyeberangi jembatan perbatasan desa ini!” pungkas Pak Roni seraya merinding ketakutan saat menyetir mobilnya.

Ketika saat mau menyeberangi jembatan perbatasan desa, tiba-tiba ada kabut asap yang menyelimuti mereka berdua, sehingga saat di dalam mobil Pak Roni dan Ibu Kintan merasa tidak enak hingga tidak bisa melihat jelas jalanan di depan kaca mobil. Yang mereka lihat tuh, kabut asap yang berwarna putih.

Ibu Kintan merasa panik seraya bertanya, “Pak Roni, kenapa jadi ada kabut asap nih? Hingga membuat saya menjadi tidak enak bernafas dan mataku oh kenapa menjadi buram seperti ini?”

Lalu, Pak Roni berusaha menenangkan hati Ibu Kintan seraya berkata, “Betul Bu, saya juga tahu dan merasakan hal yang sama. Ibu mohon jangan panik ya, karena saya juga sedang berusaha berhati-hati untuk melewati melintasi jembatan perbatasan desa ini!”

Tiba-tiba mereka berdua, merasa kepanikan karena kabut asap yang membuat mata mereka menjadi buram.

Sehingga saat Ibu Kintan dan Pak Roni melihat ke depan kaca mobil, ada suara wanita yang menangis.

Dan seketika sosok wanita hantu ini, menampakkan wajahnya di depan kaca mobil yang sedang ditumpangi oleh mereka berdua.

Hingga akhirnya, Pak Roni mengerem mendadak saat menyetir mobil, karena jalanan yang mereka lihat itu tidak terlihat dengan jelasnya.

Terpopuler

Comments

Jerome Polin

Jerome Polin

Coba tim mangatoon jadikanlah adaptasi ke buku FISIK, Jadi KOMIK DAN WEB SERIES KARENA INI SUNGGUH NOVEL SULTAN YANG HOROR DAN MISTERI.

2021-08-17

9

Dokter adwin

Dokter adwin

Tim Mangatoon, tolong dong di buatin Filmnya pasti bakal seru banget karena ceritanya bikin ambyar, baper dan penasaran.

2021-03-03

11

Hilwa Priyadi Sultan

Hilwa Priyadi Sultan

alur ceritanya bagus ,hanya saja penempatan bahasanya banyak sekali yg kurang tepat ,belibet . semangat ya Thor 🙏🏼👍

2021-01-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!