Tania merasa gugup pagi itu. Terlihat jelas wajahnya yang tidak bisa di pungkiri saat dia duduk di kursi belakang taksi online yang dia pesan.
"Kenapa aku harus gugup seperti ini yah?
"Mungkin ini pertama kalinya aku bertemu hanya berdua saja dengan laki-laki. Apalagi dia adalah calon suami ku. Ya Tuhan semoga tidak terjadi apa-apa, karena aku tak mau menyakiti perasaan ayah." Gumam Tania dengan suara lirih sambil meremas kedua tangannya. Dia mengalihkan pandangannya kesamping, melihat banyak kendaraan yang berlalu lalang melintasi jalanan yang ramai, mencoba mencari ketenangan di sana.
Tak selang beberapa lama mobil yang dia tumpangi sudah memasuki halaman parkir sebuah kafe.
Mobil taksi itu berhenti dan menurunkannya. Tania yang turun dari mobil, langsung merapikan rambut lurus indahnya, kemudian dia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya pelan, berharap kegundahan hatinya bisa berkurang.
Lalu gadis itu langsung melangkahkan kakinya menuju pintu masuk. Dia di sambut pelayan kafe dengan ramah dan langsung menyebutkan nomor meja yang sudah di pesan papanya Reza. Pelayan itu terlihat menunjukkan tempat yang di maksud Tania, membuat pandangannya mengikuti petunjuk itu.
"Baiklah, terimakasih mbak." Ucap Tania sopan. Saat sudah melihat tempat yang di tunjuk pelayan itu
" Sama- sama mbak, silahkan!" Pelayan itu tersenyum ramah kepada Tania sambil menganggukkan kepalanya penuh hormat.
Tania langsung melangkah menuju tempat yang di tunjuk pelayan itu. Sesampainya di sana dia melihat seorang pria sudah duduk tenang dengan stelan jas yang di kenakan nya dengan rapi, dengan di temani segelas jus jeruk di atas meja di depannya, laki- laki itu terlihat tenang menikmati suasana kafe yang tidak terlalu ramai.
" Permisi, maaf sudah membuat anda menunggu lama." Tania menyapa penuh sopan di hiasi senyuman di bibirnya yang tipis itu, benar-benar menawan.
Membuat laki-laki itu terkejut mendengarnya, dan langsung menatapnya penuh dingin, sepertinya tak ada ketertarikannya pada gadis itu.
" Hmmm. Silahkan duduk." Jawabnya singkat dan dingin. Lalu memalingkan tatapannya menatap meja di depannya.
Mendengar itu Tania langsung duduk di kursi di depan Reza. Berhadapan dengan laki-laki itu.
Terlihat pria itu mengangkat tangannya memberi isyarat memanggil seorang pelayan. Melihat itu salah satu pelayan langsung menghampirinya.
" Mau pesan apa nona?" Tanya pelayan itu yang sudah berada di samping mejanya, dan meletakkan selembar kertas berisi menu makanan dan minuman di kafe itu. Melihat itu Tania mengambil nya dan membacanya dengan jari telunjuknya yang menyusuri tulisan di kertas itu.
" Mmmmm, saya pesan satu gelas cappucino mbak." Ucap Tania setelah berhasil menemukan minuman yang ia sukai.
" Baik nona, permisi."
Pelayan itu langsung pergi meninggalkan mereka, menyiapkan pesanan Tania.
Setelah pelayan itu benar- benar pergi. Reza langsung mengajukan pertanyaan kepada Tania.
"Baiklah. Katakan padaku, apa kau setuju dengan perjodohan ini? " Reza bertanya dengan nada dingin tanpa memandang gadis itu.
" Iya." Tania menjawab singkat sambil meremas jari-jarinya yang berada di bawah meja, penuh dengan perasaan gugup.
" Apa alasan mu menerima perjodohan ini?" Reza kembali bertanya masih dengan tatapan kosong menghadap ke arah meja di depannya, tanpa memandang gadis itu.
" Karena aku tak mau menyakiti perasaan ayah ku." Jawab gadis itu dengan nada tenang walaupun sejujurnya hatinya bergetar.
" Kau tau siapa aku?" Kali ini memandang gadis itu serius. Tatapan keduanya saling bertemu. Tapi Tania langsung menundukkan kepalanya.
" Tentu saja, kau putranya pak Herman sahabat ayahku." Tania masih menunduk menyembunyikan perasaan gemetar nya.
" Haha" Lalu terdengar tawa sinis Reza saat mendengar jawaban gadis itu, yang membuat Tania mendongakkan kepala nya menatap laki-laki itu kesal.
' Kenapa dia malah tertawa mengejekku sih, apa ada yang salah dengan jawabanku? padahal kan benar, dia anak om Herman. Dasar pria aneh.' Gumam Tania dalam hatinya, kesal melihat tawa sinis Reza.
" Silahkan nona." Tiba-tiba seorang pelayan datang meletakkan pesanan Tania, membuatnya sedikit terkejut lalu mengalihkan pandangannya menatap pelayan itu.
" Makasih mbak." Tania menyunggingkan senyum kepada pelayan itu. Pelayan itu membalas senyuman Tania dan mengangguk kan kepalanya penuh hormat. Lalu meninggalkan mereka kembali berdua.
Tania langsung meminum minuman yang di bawa pelayan itu.
"Sayangnya bukan itu jawaban yang mau aku dengar." Reza kembali berkata, setelah melihat Tania sudah meletakkan minumannya kembali di atas meja.
" Lalu?" Tanya Tania tak mengerti maksud perkataan laki-laki di depannya itu.
" Hmmm, sepertinya kau belum tau tentang diriku, baiklah lupakan saja." Jawabnya acuh.
Ih dasar laki-laki aneh. Kenapa anak om herman dingin begini sih? Berbeda sekali dengan papanya yang sikapnya hangat. Aneh. Gumam Tania kesal dalam hatinya.
Ternyata gadis ini terlihat lugu dan masih belum tahu apa-apa. Dasar papa. Gumam Reza dalam hatinya.
" Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu. Jangan pernah kau berharap cinta dariku, dan jangan pernah ikut campur dalam semua urusan ku. Karena hubungan kita hanyalah di atas kertas. Catat itu dalam hatimu." Reza berkata dengan nada tegas, membuat gadis itu gemetar mendengarnya.
" Kenapa?" Tanya Tania tiba-tiba.
" Kalau kau benar menyayangi ayahmu, maka jangan terlalu banyak bertanya. Jika perjodohan ini sampai batal karena mu pasti ayahmu yang pertama kali akan kecewa." Jawab Reza angkuh. Membuat Tania menggigit bibirnya.
'kenapa karena aku? memang aku salah apa sih? justru kamu yang angkuh dan dingin kepadaku.' Gumamnya dalam hati.
Lalu Reza berdiri dari tempat duduknya, tanpa mau lagi mendengar ucapan Tania. Membuat Tania memandangnya terkejut.
" Besok pagi aku tunggu kau di butik, memilih gaun pernikahan, jangan sampai kau terlambat seperti tadi, karena aku tak suka dengan namanya menunggu. Catat itu." Ucap Reza mengancam. Membuat Tania gemetar tak bergeming mendengarnya.
" Baik." Jawab gadis itu gugup karena sedikit rasa takut dalam hatinya.
Reza langsung melangkah pergi meninggalkan Tania sendiri.
'Ah ayah betapa dinginnya laki-laki itu. Apa aku sanggup menghadapi sikapnya itu nanti.' Gumam Tania dalam hatinya. Lalu meletakkan kepalanya di atas meja. Ingin rasanya ia menangis, tapi ia tahan.
--------
Tania pulang dengan wajah senang. Mencoba menyembunyikan kesedihan di hatinya. Tak ingin membuat ayahnya khawatir.
" Bagaimana Tan, apa Reza pria yang baik?" Tanya ayahnya penasaran.
" Iya pa dia laki-laki yang baik." Jawabnya bohong.
'Maafkan Tania yah. Laki-laki itu benar-benar sangat dingin.' Gumam Tania dalam hatinya.
" Syukurlah " Terdengar suara kelegaan ayah Tania.
" Ya sudah Tania istirahat dulu ya yah. Karena mas Reza besok pagi mau mengajak Tania ke butik untuk memilih gaun pernikahan."
" Iya nak, istirahatlah."
Tania langsung melangkah menuju kamarnya meninggalkan ayahnya sendiri di ruang tengah.
Sesampainya di dalam kamar dia langsung mengganti baju dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya.
Menatap langit-langit kamarnya. Membuat pikirannya kemana-mana. Hingga akhirnya Tania memejamkan matanya, tertidur pulas terbawa ke alam mimpinya.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments