Suara berisik di dapur membuat Revan terbangun. Hal pertama yang dia lakukan setelah bangun adalah melihat wajah istrinya tapi, dia tidak melihat siapapun disampingnya. Setelah mencuci muka dia turun ke bawah dan melihat sumber dari keributan yang telah membangunkan dia.
“Apa yang kamu lakukan?” Revan terkejut melihat Khiren bangun pagi dan langsung berada di dapur.
“Membuat makanan untuk kita makanlah!” Jawab Khiren yang fokus memasak.
“Kemana semua pelayan rumah ini?”
“Menghilang.” Bicara nada datar
Revan terlihat bingung dengan jawaban Khiren yang tidak bisa menjawab rasa penasaran dan keheranannya. Revan yang berdiri di pintu, terus menatap Khiren dan berharap dia berpaling melihat kearahnya dan menjelaskan sesuatu. Khiren memiliki tubuh yang sensitif dengan tatapan orang lain dan itu membuat dia cepat menyadari kalau Revan meminta penjelasan “Mereka berlibur satu minggu dan mereka berangkat tadi subuh sebelum kamu bangun. Berhentilah menatapku!” Khiren kembali fokus dengan masakannya.
“Bagaimana dia tau? Bahkan dari tadi dia tidak melihat kebelakang.” pikir Revan
“Lalu siapa yang akan mengurus rumah selama mereka tidak ada?”
“Aku akan mengurus semuanya termasuk kamu!” Ucap Khiren tegas.
Ucapan Khiren membuat Revan salah mengartikannya, terlihat senyum bahagia dari wajah Revan. Ketika Khiren ingin melihat kearah Revan, dia kaget dan juga terpesona dengan senyum Revan yang sangat indah. Dia sudah bertemu dengan berbagai jenis pria dengan bentuk senyuman, meskipun seorang model internasional jika di bandingkan dengan senyum Revan yang menawan tetap saja senyum Revan yang mampu memikat Khiren. Menyadari titik lemahnya adalah senyum Revan ia langsung memalingkan wajahnya dan berjalan lurus ke meja makan dan mulai menyajikan makanan untuk Revan.
“Apa kamu ingin aku buatkan bekal?” Tanya Khiren basa-basi
Revan duduk di kursi yang bersebrangan dengan Khiren, agar dia bisa menatap Khiren sambil makan. “Ku rasa boleh tapi, aku ingin kamu mengantarnya langsung ke kantorku, bagaimana?” Revan mengharapkan sebuah jawaban ‘ya’ yang keluar dari mulut Khiren.
“Sayang sekali aku tidak bisa, aku sudah miliki janji. Lain kali saja!”
“Dengan siapa?” Revan mulai curiga.
“Orang penting!” Jawab Khiren singkat.
Satu ucapan yang mampu membakar hati Revan dalam hitungan detik, “Sepenting apakah itu hingga tidak sempat mengantar makan siang untuk suami sendiri?” pikir Revan.
Tiba-tiba jadi hening, Khiren sibuk berfikir apa yang harus dia lakukan hari ini dan Revan masih dalam kecemburuannya dan sesekali melihat kearah Khiren dengan tatapan kesal. Setelah selesai makan Revan langsung pergi meninggalkan Khiren yang masih menyantap makanannya dengan tenang. Saat berada di depan pintu dia menghubungi seseorang.
“Minta penjaga mengawasi rumah saya dari kejauhan dan pastikan istri saya tidak curiga. Pantau kemana saja dia pergi.”
“Siap pak!” Ucap tegas dari orang itu.
Hatinya tidak tenang tapi dia harus menghadiri rapat penting. Tiap jam ada laporan pergerakan Khiren padanya hingga dia bisa melihat apa saja yang Khiren lakukan. Sampai jam 12 siang Khiren tidak memberikan tanda-tanda akan keluar rumah bahkan dia bersantai di pinggir kolam renang sambil menggunakan masker. Dari video yang dikirim oleh orang suruhannya, dia hanya melihat Khiren di rumah bahkan dia hanya tidur seharian penuh.
“Apa maksud wanita ini? Tadi dia bilang ingin menemui orang penting tapi, dia malah cuma berdiam diri di rumah dan tertidur dengan masker dan mentimun yang menutupi wajah dan matanya.” Tiba-tiba Revan merasa di kerjain oleh istrinya sendiri.
Tepat jam lima sore Revan pulang lebih awal dari biasanya dan dia melihat kalau Khiren masih saja tertidur pulas di kursi santai dengan masker yang belum di bersihkan dari wajahnya. Revan mendekatinya dan mencoba membangunkannya tapi, dia tak berkutik sama sekali malah terlihat dia semakin menikmati tidurnya.
“Khiren, bangun atau aku cium?!” Ucapnya tegas dengan volume yang sengaja di naikkan.
“Apa?” Dia langsung terbangun dan melepas maskernya. “Gak usah dan aku gak mau kamu cium, oke!” Dia lekas pergi setelah melihat wajah Revan yang terlihat kaget.
“Kenapa kamu masih tidur jam segini?”
“Uahmm…” Khiren sengaja menguap dengan suara keras lalu melangkah menjauh dari Revan. Dia berpindah tempat dan duduk di sofa sambil bermain smartphonenya.
“Kamu lapar?” Mata Khiren terus melihat kearah smartphonenya dan membuat Revan tidak sadar kalau yang di ajak bicara adalah dirinya.
“Hai! Aku tanya kamu lapar, gak?” Khiren menatap Revan dengan penuh kekesalan.
“Em, sedikit.” Revan menanggapinya dengan lembut seperti biasanya.
Seketika suasana hening tanpa suara, Khiren sibuk sendiri dan seakan tidak memperdulikan kehadiran Revan di sampingnya. Melihat Khiren mengabaikannya, Revan akhirnya pergi ke kamar dan membersihkan diri sebelum turun untuk makan. Beberapa menit kemudian terdengar dari arah luar suara bel, Khiren keluar dan membuka pintu. Terlihat seorang pengantar makanan sedang menunggu di depan pintu rumah.
“Apa ini benar rumahnya mbak Khiren?” Pengantar makanan itu melihat alamat dan nama sebelum melihat siapa yang membuka pintu.
“Wahh… mbak Khiren yang itu’kan? Yang terkenal itu’kan? wah, mbak aslinya cantik banget!!”Pria itu terkesima melihat wajah Khiren tanpa make up terlihat cantik natural.
Khiren hanya tersenyum melihat tingkah aneh pengantar makanan yang ternyata adalah salah satu penggemarnya. Tidak heran Khiren terkenal karena dia memiliki paras cantik, kulit putih dengan mata biru tua yang sangat indah, di tambah lagi dia juga terkenal setelah jadi model sebuah parfum terkenal dunia beberapa tahun yang lalu, dia juga punya aku youtube dengan pengikut yang cukup banyak. Parasnya yang cantik sempurna membuat dia banyak di sukai kaum adam, tapi penggemarnya dari kalangan kaum hawa juga tidak kalah banyaknya semua itu karna dia pernah ikut dalam sebuah acara, dimana wanita di dandani seperti pria. Semua orang sangat kagum pada kesempurnaan wajah Khiren yang bisa beradaptasi dimana dia terlihat cantik ketika menjadi wanita dan terlihat tampa ketika di dandani seperi pria.
“Iya, saya Khiren.” Dia bicara dengan nada lembut seperti di setiap vlog nya.
“Wah, mbak Khiren boleh minta tanda tangannya? Di sini” pria itu melepas halem nya dan memberi spidol pada Khiren.
“Ini sudah, boleh saya ambil makanannya?”
“Eh iya, ini mbak. Oh ya, mbak Khiren kok pindah ke sini? Bukannya alamat rumah mbak Khiren ada di daerah jalan merpati di blok c4”
“Itu rumah ibu saya. Sekarang saya pindah ke sini.” Jelas Khiren
“Kalau gitu nanti saya kirimin buah-buahan ke alamat ini nanti, ya mbak? Kalau begitu saya permisi dulu. Putri kecil.” Lalu orang itu pergi.
Mendengar kata ‘Putri kecil’ dari mulut orang lain membuat suasana hatinya jadi berubah dari senyum ceria penuh kelembutan menjadi amarah penuh kebencian. Kata putri kecil sudah bisa dia dengar dari teman-temannya dan juga itu julukan yang di berikan oleh penggemarnya kepada dia, tapi bisanya dia hanya membaca komentar atau pesan-pesan singkat dari para penggemarnya. Entah kenapa dia menjadi murka mendengar langsung dari mulut penggemarnya kata ‘Putri kecil’.
“Kamu lagi apa?” Revan melihat Khiren sedang sibuk menyiapkan makanan di atas meja.
“Kamu gak lihat!” Ucapnya dengan nada datar.
“Iya, maaf!” Revan duduk di kursi yang bersebrangan dengan Khiren.
Setelah menyiapkan semuanya Khiren duduk dan mulai menyantap makanannya.
“Hari ini kamu gak jadi ketemuan sama ‘orang penting’ yang kamu bilang tadi pagi?” Revan mencoba membuka pembicaraan dengan tenang.
“Kapan aku bilang mau ketemuan sama seseorang?” Khiren berhenti makan dan menatap revan dengan penuh tanda tanya.
“Tadi pagi bukannya kamu bilang…”
Belum selesai revan bicara, khiren sudah terlebih dahulu memotongnya. “Aku bilang ada janji sama ‘orang penting’ itu maksudnya diri aku sendiri. Aku capek banget beberapa hari ini dan gak sempat buat melakukan perawatan muka, jadwal perawatan kulitku masih beberapa hari lagi dan aku juga butuh istirahat lebih makanya setelah beresin rumah aku tidur tadi.”
“Ternyata begitu” wajah Revan terlihat lega mendengar penjelasan Khiren.
“Kamu tau gak, saking pentingnya ada orang yang mata-matai aku sampai sekarang, ya'kan?” Khiren sengaja menyindir Revan.
Wajah Revan berubah menjadi pucat setelah mendengar ucapan Khiren, dia merasa kalau akan murka dan mungkin akan menendang dia keluar rumah malam ini. Detak jantung Revan jadi tidak teratur dan dia berkeringat dingin, rasa laparnya hilang dan suasana menjadi aneh. Revan tidak berani menatap Khiren dan dia turus mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Kenapa kamu berkeringat?” Khiren mulai khawatir melihat wajah Revan yang memucat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments