Di pagi hari yang cerah dari celah-celah garden yang tidak tertutup rapat cahaya menembus masuk dan membuat Khiren terbangun. Matanya begitu berat dan seakan ada yang bergantung di bulu mata lentiknya hingga dia tidak bisa membuka matanya, dia bagun dari tempat tidur lalu perlahan membuka mata dan melihat sekeliling.
“Sepertinya ada yang berbeda dari tempat ini tapi, apa?”
Matanya terus mencari hingga dia melihat ada seseorang berada di tempat tidurnya.
“Aaaa…”
Teriakkan wanita itu terasa membengkakkan telinga Revan, hal itu membuatnya terbangun dan menatap kearah wanita yang di sampingnya dengan tatapan heran sekaligus marah.
“K… kamu siapa?” Lalu dia menyadari kalau baju kemeja yang dia gunakan telah diganti dengan baju tidur. “Siapa yang mengganti pakaianku???” Dia terlihat malu sekaligus marah kepada pria yang masih setengah sadar itu.
Revan terus menatap Khiren, dia menyadari kalau Khiren tidak mengingat kalau dia adalah orang yang dinikahi nya kemaren.
“Kenapa kamu terus menatapku seperti itu?” Khiren menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.
“Apanya yang perlu di tutupi aku sudah melihat semuanya.” Bicara dengan suara kecil.
“Apa kamu bilang?!” Khiren tidak mendengar jelas ucapan pria itu namun entah kenapa rasanya dia ingin sekali marah.
“Gak ada, pelayan yang mengganti pakaianmu. Perlu kamu ingat bahwa aku adalah suami sah kamu!” Dia menekan kata suami di ucapannya, lalu ia pergi mandi dan mengabaikan Khiren yang masih tidak percaya kalau usahanya untuk kabur malah sia-sia dan dia kembali berakhir pada pria yang baru iya nikahi.
Beberapa saat kemudian Revan keluar dari kamar mandi, dia terlihat sangat tampan meski hanya menggunakan handuk menutupi setengah bagian tubuhnya. Khiren benar-benar terpesona dengan tubuh pria yang sedang mencari pakaiannya di lemari, Khiren sampai harus mencubit tangannya agar dia tidak hanyut dalam pesona pria itu.
Ketika Revan akan berangkat bekerja ia mengingat sesuatu yang belum di ucapannya, tapi masih mengganjal di pikirannya. Di berbalik dan mendekati Khiren yang masih enggan meninggalkan tempat tidur.
“Aku dengar para penggemarmu memanggilmu dengan sebutan ‘Putri kecil’? Apa aku juga perlu memanggilmu dengan sebutan putri kecil kesayangan?”
“Jangan coba-coba! Mereka memanggilku begitu semua karna mulut besar Kiki, kamu jangan ikut-ikutan!” Khiren jadi manyun karna mendengar sebutan itu keluar dari mulut Revan.
Melihat wajah Khiren saat marah sangat menggemaskan membuat Revan tak tahan ingin menciumnya, tangan Revan meraih kepala Khiren dan mencium kening Khiren tiba-tiba hingga Khiren tidak bisa mengelak nya.
“Apaan sih?”
Seketika wajah Khiren merona dia sedikit malu dan dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya agar Revan tidak melihat wajahnya yang berubah memerah.
“Semua barang kamu sudah di pindahkan ke kamar ini dan beberapa ada di ruang belajar tapi, jika kamu tidak suka ruangan itu kamu bisa membawanya ke kamar ini.”
Saat Revan akan pergi Khiren menarik pelan lengan baju Revan, Revan menghentikan langkahnya dan melihat kearah Khiren yang tak lagi menutup mukanya.
“Makasih” kata-kata itu terucap dengan suara lembutnya dan itu membuat Revan sedikit kaget.
Revan tersenyum kecil melihat tingkah manja gadis itu, dia mengelus rambut Khiren lalu pergi. Saat Revan benar-benar pergi Khiren akhirnya memutuskan untuk membersikan diri sebelum turun. Ketika dia turun sudah ada beberapa pelayan rumah yang menantinya di tangga.
“Disini terlalu ramai hampir seperti di rumah saja, aku harus pikirkan cara agar rumah ini kosong beberapa hari.” Ucapnya dalam hati sambil melangkah menuju tempat makan.
Dari kecil dia didik untuk menjadi gadis yang sopan, lembut, tenang dan tidak membiarkan orang lain mengetahui kelemahan dirinya. Khiren menikmati santapan paginya dengan penuh keanggunan layaknya seorang putri kerajaan, semua pelayan tunduk padanya dan melayaninya dengan sepenuh hati. Tiba-tiba dia ingat sesuatu hal yang bisa menyingkirkan semua orang dari rumah itu untuk beberapa hari ke depan.
“Panggil kepala pelayan menemui saya sekarang!” Perintahnya pada pelayan wanita yang berdiri di sampingnya.
“Baik nona.”
Beberapa saat kemudian kepala pelayan datang menemui Khiren yang masih duduk di ruang makan.
“Atur perjalanan untuk semua pelayan yang bekerja di rumah ini sekaligus dengan penjaga.”
“Maksud nona mereka di pecat?”
“Tidak tidak saya tidak bilang mereka di pecat, saya ingin memberikan mereka cuti selama satu pekan. Pesankan tiket pesawat dan urus penginapan untuk mereka semua!”
“Tapi nona, tuan akan marah kalau tidak ada yang bekerja.” Terlihat jelas kegelisahan dari wajah semua orang di ruangan itu terlebih kepala pelayan.
“Tenang! Aku akan bertanggung jawab, dia tidak akan menghukum ataupun memecat kalian. Aku akan membayar semua tagihannya, kalian hanya harus bersenang-senang selama sepekan penuh, lalu kembali ke rumah ini tepat waktu. Kau akan mengurus perjalanan mereka dan memastikan mereka tetap aman dalam perjalanan dan dalam waktu 24 jam aku harap kepala pelayan segera membuat jadwal perjalanan dan memesan penginapan untuk semua pekerja tanpa terkecuali paham?!”
“Baiklah nona, saya akan segera mengurusnya.”
“Tunggu apa lagi cepat berkemas!” Bicara dengan nada lembut.
Semua pelayan pun segera pergi dari ruangan itu dan mulai berkemas, mereka terlihat sangat bahagia karna bisa berlibur. Ruang itu sepi walau masih terdengar suara beberapa pelayan yang ribut saat membereskan barang-barang bawaannya. Tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan dari handphone milik Khiren. Dia melihat pesan itu dan wajahnya berubah lebih cerah dari biasanya, dia seakan ingin terbang ke angkasa.
“Ok! Sampai ketemu lusa” balasnya singkat dan dia juga mengirim stiker love ke orang itu.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Khiren mulai merasa lelah dan mengantuk dan dia mulai tidur di tempat ia sedang mengedit beberapa gambar. Tak lama setelah itu Revan pulang, ia begitu lelah dengan pekerjaan barunya, ketika dia membuka pintu kedua mata coklatnya itu langsung tertuju pada wanita yang menggunakan piyama sedang tidur lelap di atas meja belajar.
Dia berjalan mendekati dan melihat apa yang di kerjakan istrinya seharian penuh. Saat ingin membuka laptop wanita itu, matanya malah fokus kearah wajah Khiren yang tertutup dengan helaian rambut panjangnya itu. Ia mengangkat tubuh wanita itu ke atas ranjang dan mengikat rambutnya dengan karet rambut yang di dapat di atas meja, kepala wanita itu di sandarkan di bahunya dan tangan Revan mulai berusaha mengikat rambut Khiren tanpa membuatnya sadar. Dia membaringkan Khiren dengan pelan dan menyelimutinya agar Khiren tidak kedinginan.
“Selamat malam permaisuri ku” Revan mencium kening Khiren sebelum ia tidur di samping Khiren.
Revan tidak bisa langsung tidur karena dia terus memandangi wajah istrinya yang begitu cantik, dia masih tidak percaya seorang wanita yang menarik perhatiannya ketika di pesawat kembali dia temui di rumah sakit dan sekarang wanita itu berada disebelahnya. Semuanya seperti mimpi, seakan tuhan sudah membuat skenario cinta yang akan menyatukannya dengan wanita yang mencuri hatinya sejak pertama bertemu.
Bersambung…
Salam hangat dari penulis untuk para pembaca setia dari novelku, terima kasih telah menjadi pembaca novel love scenario, tetap dukung novel ini dengan memberikan like dan juga memfavoritkan nya. Berikan komentar dukungan kalian dan saran yang bisa membuat novel ini semakin berkembang. Sekali lagi terima kasih untuk para pembaca sekalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍
2021-04-25
0