Khiren yang baru saja membeli rumah dengan uang yang dia dapat dari channel dan juga instagramnya. Sebuah rumah mewah yang siap di tempati dan dia amat suka dengan tempat yang penuh ketenangan dan juga memberi dia keleluasaan bergerak tanpa harus takut ada yang akan mengusiknya.
‘dring dring dring’ suara bel rumah berbunyi berulang kali.
Khiren membuka pintu gerbang dan membiarkan seorang pengantar makanan masuk hingga ke halaman depan, pengantar makanan itu menunggu di depan pintu hingga Khiren membuka pintu.
“Mbak mbak itu… Khiren’kan? Boleh saya minta foto?”
“Iya iya boleh mas!”
Mereka mengambil berapa gambar dan pengantar makanan itu juga meminta tanda tangan Khiren sebelum pergi.
“Eh mas, tolong di rahasiakan, ya tempat ini?”
“Iya iya mbak saya akan jaga rahasia”
“Wih dapat tenda tangan artis, beruntung banget aku hari ini” ucapnya.
Khiren menghela nafas dan masuk dengan makanan yang dia pesan, dia menikmati sedang mempersiapkan makanan yang akan mendampinginya paginya yang amat tenang. Saat semua siap untuk di nikmati tiba-tiba dia mendapat telephon dari rumah sakit dan dia di minta untuk segera ke sana karena ibunya masuk rumah sakit. Dia meninggalkan makanannya dan mengambil mobil merah yang baru saja dia beli, dia melaju dengan amat cepat dan menerobos beberapa lampu merah.
Saat berada di rumah sakit dia tak sengaja menabrak seorang pria yang di ikuti beberapa bodyguard yang sigap membantu saat pria itu terjatuh karena Khiren.
“Sorry sorry, saya terburu-buru!” Khiren segera masuk kedalam lift dan dia bertemu dengan pamannya yang kebetulan berada di situ.
“Paman, Bunda kenapa?”
“Emang dia kenapa?” Pamannya malah balik nanya.
“Bukannya Bunda masuk ke rumah sakit?”
“Oh itu, kamu pergi aja ke ruang VVIP nomor 3, Bunda kamu ada di situ, Paman hari ini ada operasi jadi Paman gak bisa menemani kalian.”
Begitu pintu lift dibuka Paman langsung keluar dan pergi dengan terburu-buru.
“Ada apa dengan Paman? Kenapa dia terlihat biasa saja padahal adiknya masuk rumah sakit, ini sedikit aneh.” Khiren segera berlari saat pintu lift kembali terbuka.
Di ruang yang begitu luas itu berisi dengan banyak orang yang tidak dia kenal, Khiren menerobos orang-orang yang menghalangi pandangannya dan dia melihat seorang kakek-kakek sedang terbaring lemas tak berdaya dengan banyak alat menempel pada tubuhnya.
“Maaf sepertinya saya salah ruangan!” Saat Khiren akan keluar beberapa orang menghalanginya.
“Tunggu! Khiren kamu tidak salah ruangan!” Seorang wanita cantik muncul dari kerumunan dan menarik Khiren yang hampir pergi.
“Bunda! Bukannya Bunda sakit?”
“Siapa bilang Bunda sakit?”
“Tapi tadi…”
“Itu supaya kamu bisa segera datang ke tempat ini, sekarang kamu duduk di sini!”
Khiren di seret ke sofa dan di paksa duduk di sebelah ibunya. Khiren tidak mengerti apa yang sedang terjadi, semua seperti ada yang mencurigakan tapi dia tidak bisa menebak apa yang sedang di rencanakan oleh wanita berparas cantik dan anggun di sampingnya. Tak lama kemudian seorang pria tinggi dan juga amat tampan masuk ke ruangan itu, pria itu terus memandanginya padahal banyak orang yang berada di samping Khiren, tapi tatapan aneh itu hanya di tujukan pada Khiren seorang. Pria itu menghampiri pria tua yang berbaring lemas tak berdaya, dia memeluk dan mencium kening kakek itu. Pria tua itu membisikkan sesuatu pada pria itu dan tiba-tiba dia terlihat amat sedih, dia mengangguk lalu menghampiri Khiren.
“Saya siap!” Ucapan yang tiba-tiba dan ucapan itu tidak bisa di pahami oleh seorang Khiren yang masih tidak paham pada situasi yang terjadi.
“Sayang Bunda, mau ya menikah dengan nak Revan? Dia adalah anak dari orang yang telah menolong Ayah dulu, dan itu juga permintaan terakhir Kakek sebagai sahabat Kakek dari nak Revan.”
“Tapi bun..”
“Bunda tidak ingin ada kata penolakan PAHAM!” Bunda yang tadi terlihat amat lembut menjadi emosi saat Khiren ingin menolak.
Khiren sangat menyayangi Bundanya dan juga Kakeknya dan dia terpaksa menerima hal yang masih tidak masuk akal bagi dia.
“Saya terima nikah dan kawinnya Khiren Ayu Winata Binti Kentaro dengan mas kawin seperangkat alat shalat di bayar tunai”
Mendengar hal itu membuat hatinya semakin sakit dan hancur berkeping, dia berhasrat untuk membunuh semua orang yang ada dalam ruangan itu terutama pria yang ada di sebelahnya. Benar-benar tidak habis pikir, segalanya sudah di persiapkan dengan rapi, para saksi, penghulu dan juga mas kawin yang entah sejak kapan mereka bawa. Semua orang terlihat bahagia tapi Khiren sangat marah dan sedih karena hal yang tidak pernah terduga terjadi begitu saja, dia pernah berpikir mungkin Bunda akan menjodohkannya dengan anak salah satu teman Bunda tapi dia tidak pernah menduga hal yang terjadi hari ini pada dia.
Dia menolak untuk mencium tangan suaminya dan pergi begitu saja setelah akat nikah dan meninggalkan semua orang yang ada di ruangan itu dengan penuh emosi. Perasaanya begitu kacau dan dia tidak tau apa yang harus dia lakukan saat itu, dia hanya terus menginjak gas mobilnya dan mengikuti jalan yang dia sendiri tidak tau kemana arah jalan itu akan membawanya.
Di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi terlihat jelas wanita yang sedang menangis tanpa suara dia terus melihat ke depan dengan tatapan berharap ada seseorang yang menghadang agar dia bisa menabraknya. Entah kenapa jalan hari itu begitu sepi dan itu membuat dia tak ingin berhenti melaju, dia melihat warna jingga yang indah saat matahari akan tenggelam. Ia mengikuti arah matahari yang perlahan-lahan tenggelam. Ketika tiba di persimpangan jalan mobilnya berhenti karena kebahibisan bensin. Dia turun dan berlari kearah pantai yang tak terlalu jauh dari tempat dia berhenti. Desiran ombak yang sangat menenangkan tak cukup untuk membuat pikiran kacaunya menjadi lebih tenang.
“Aaa….”
Dia berteriak sekuat tenaga hingga tenggorokannya sakit, tapi itu tetap tak mampu membuat dia puas, dia melangkahkan kakinya yang begitu ringan ke laut, dia terus berenang hingga jauh dari tepian. Lalu dia menenglamkan diri beberapa saat agar pikirannya lebih jernih dan dia bisa merasa sedikit lebih tengang. Dari arah yang berbeda ada dua orang laki-laki yang sedang berjalan-jalan di tepi pantai melihat kejadian itu, mereka sangat amat cemas ketika wanita yang berenang di laut tak kunjung menampakkan diri. Mereka akhirnya memutuskan untuk mencari Khiren, namun di saat yang bersamaan Khiren muncul di tepi pantai yang jauh dari tempat dia menenggelamkan dirinya beberapa waktu lalu. Khiren yang lelah akhirnya berbaring di atas pasir yang tak beralas, dia mencoba menikmati warna jingga yang terakhir sebelum datangnya langit yang gelap gulita.
“Hai, lihat! Dia ada di sana.” Pria berambut hitam itu menunjuk kearah Khiren yang sedang berbaring di tepi pantai.
“Ayo ke sana!” Mereka menghampiri Khiren yang sedang mencoba memejamkan matanya.
“Mbak gak papa?” Tanya pria yang menghampiri Khiren.
Khiren bangun dan melihat kearah kedua pria itu, lalu dia terpesona dengan pria yang memiliki tubuh suspect dengan rambut kecoklatan dan sangat tinggi.
“Hallo! Mbak gak papa?” Pria berambut hitam itu mencoba menyadarkan Khiren yang hanyut dalam kekagumannya.
“Eh, tunggu dulu sepertinya aku kenal kamu! Kamu khiren, kan?”
“Benar,” pandangannya mulai beralih pada pria berambut hitam.
“Aku adalah penggemarmu, aku sudah mengikuti sosial media kamu dari pertama kali kamu meng-upload video petualangan mu, aku suka sekali foto kamu yang lagi mendaki bersama 5 orang pria yang keren itu,. Tau gak video kamu ngedance bareng beberapa teman cowok kamu itu juga keren banget apa lagi video saat kamu nyanyi serius deh suara kamu itu merdu banget…”
Khiren semakin sakit kepala saat mendengar ocehan orang itu yang seperti tidak berujung.
“Stop! Aku tau kamu penggemarku jadi, sekarang aku bisa minta tolong?”
“Untuk Putri kecil apapun akan aku lakukan.” dia benar-benar bersemangat saat Khiren akan meminta tolong pada dia.
“Pertama, jangan panggil aku putri kecil. Kedua mobilku mogok di simpang jalan itu dan di daerah sini sepertinya tidak ada yang menjual bensin di sini, bahkan tidak ada perumahan sama sekali, apa kalian bisa membantuku mencari penginapan di daerah sini?”
“Tenang saja! Di dekat sini ada vila milik kami dan masih banyak kamar kosongnya. Putri kecil bisa beristirahat di sana dan aku akan melayani mu...”
Sebenarnya Khiren kesal pada pria berambut hitam yang tidak mendengar ucapannya untuk tidak memanggilnya putri kecil, tapi karena keadaan Khiren yang sedang sangat membutuhkan bantuan mereka dia terpaksa untuk diam dan menahan kekesalannya itu.
“Baiklah, aku akan mengambil tas dan beberapa baju di dalam mobilku. Apa kalian bisa menunggu!”
Mereka mengangguk dan Khiren segera pergi menggambil barang di dalam mobilnya. Dia melihat ada beberapa pakaian yang ternyata bukan miliknya, Sebuah kemeja putih milik temannya yang meminjam mobil beberapa hari yang lalu. Karena tidak ada pilihan lain ia terpaska membawa baju itu untuk di gunakan di tempat penginapan.
Bersambung…
Cuma mengingatkan buat jangan lupa like dan komen, kalau bisa sih kasih vote juga biar bisa semangat. Makasih sudah berkunjung, sampai jumpa di episode berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments