" Woy itu muka kenapa?" tanya seorang pemuda.
" Aku lagi sebel sama si Reka." ucapnya.
" Ada apa lagi dengan si Reka, lagian bukannya ada anak baru di kelas kalian. Lebih baik kita bicarakan tentang dia aja, kalau si Reka mah uda bosan." ucapnya.
" Ya ampun Gihon, justru ini semua ada hubungannya." ucapnya yang membuat Gihon menjadi penasaran.
" Bagiamana bisa Reka ada hubungannya dengan anak baru itu?" tanyanya.
" Aku juga kurang tau, tapi yang jelas tadi Reka bilang kalau mereka sahabat." ucapnya.
" Ya ampun, dunia sangat kecil ya." ucapnya yang tidak percaya.
" Ya begitulah, makannya aku jadi kesal. Kita pasti tidak akan bisa mendekati si anak baru, sebab Reka akan selalu ada disampingnya." ucapnya.
" Yang sabar ya Anton, aku yakin pasti ada cara untuk mendekatinya. Oh iya, siapa nama anak baru itu?" tanyanya yang penasaran.
" Namanya Monic, orangnya juga cantik. Tapi sayang dia dekat dengan Reka." ucapnya.
" Kau tenang aja, nggak bisa dekati dia kan masih ada anak kelas lain." ucap Gihon.
" Tidak semudah itu Gihon, nta kenapa aku merasa kalau Monic ini berbeda. Dan seperti aku ingin berhenti bermain-main dengan cewek, dan mau fokus untuk mengejar Monic." ucap Anton.
" Woy, aku nggak salah dengar ni. Seorang Anton mau tobat karena cewek, halo Anton jangan bercanda deh." ucapnya yang tidak percaya.
" Aku tidak sedang bercanda Gihon, dan mungkin sudah waktunya." ucap Anton kemudian langsung pergi meninggalkan Gihon.
" Guys, kalian juga mendengarnya kan?" tanyanya kepada teman-temannya.
" Iya, tapi itu beneran ya. Tapi kenapa aku masih nggak percaya dengan semua ini, aku jadi penasaran dengan sosok Monic si anak baru itu." ucapnya.
" Daripada kita penasaran, mendingan kita cari saja si Monic itu. Jujur aku pengen lihat wajahnya, apakah secantik yang mereka bilang." ucapnya dan mereka pun segera menuju ke kelas untuk mencari Monic.
...----------------...
Kini Monic dan Reka sedang mengerjakan tugas, Reka mengajarkan Monic mengenai pembelajaran yang sudah tertinggal. Keduanya tampak sangat akrab, kini para mahasiswa yang lain menjadi bingung. Sebab sangat lah jarang ada yang mau dekat dengan Reka, apalagi Reka memang orang yang jarang bergaul. Monic tampak tidak nyaman dengan tatapan yang mengarah padanya, hingga dia pun mengatakannya pada Reka.
" Reka, ada apa dengan mereka ya?" tanya Monic.
" Nggak ada apa-apa kok, sekarang kita lanjutkan aja belajar ya." ucapnya dan Monic pun mengangguk.
Keduanya terus melanjutkan pembelajaran, hingga kini tiba-tiba saja ada dosen yang masuk ke dalam ruangan kelas mereka. Dosen itu sangat terkejut melihat kedekatan Reka dengan mahasiswa baru bernama Monic, tetapi ia merasa cukup tenang karena akhirnya Reka memilih teman. Selama ini ia sudah mengamati mahasiswanya itu, dunia tahu kalau mahasiswanya itu memiliki sifat dan karakter yang tidak terlalu suka bergaul.
" Akhirnya dia punya teman juga, sungguh kepribadiannya itu sangat sulit untuk ditebak." batin dosen tersebut.
Setelah puas melihat kedekatan keduanya, dosen itu pun memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut. Ini pikirannya sudah tenang, dan ia tidak perlu banyak berpikir lagi. Selama ini si Reka sudah menjadi PR baginya, karena iya adalah dosen PA nya. Dan sudah kewajibannya, untuk mengawasi semua mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya.
Dosen itu kini berjalan menuju ruang dosen, dengan pasang aja iya bertemu dengan dosen lainnya. Wajahnya yang tersenyum mengagetkan seisi ruang dosen, karena dosen ini dikenal sebagai dosen yang tidak pernah tersenyum. Atau banyak yang menyebutnya sebagai dosen killer, walaupun itu bukanlah kebenarannya.
" Tampaknya Pak Akram hari ini sangat bahagia ya?" tanya seorang dosen bernama Rania.
" Alhamdulillah bu, kebetulan hari ini sedikit bebanku sudah berkurang." ucapnya.
" Memangnya ada beban apa lagi, jangan bilang Anton mencari masalah lagi ya?" tanya Rania yang memang sudah mengetahui salah satu mahasiswa bimbingan Akram yang terkenal bandal.
" Ini bukan masalah tentang Anton, kalau mengenai dia aku sudah tidak peduli. Lagian dia adalah anak lelaki, dan Aku sudah lelah untuk menasehati dia. Tetapi Ini semua tentang Reka." ucapnya yang kini membuat Rania menjadi tambah panik.
" Ada apa dengan Reka pak, dia adalah anak yang baik loh pak. Ya walaupun dia memang sedikit sulit untuk bersosialisasi dengan mahasiswa lainnya, tetapi tolong jangan berhenti menjadi dosen penasehatnya." ucap Rania.
" Saya tidak ingin berhenti untuk menjadi dosen penasehatnya Bu, hanya saja saya baru melihat dia berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. Dan Saya rasa dia cukup akrab dengan mahasiswa baru itu, dan mungkin sikap dan karakternya bisa dirubah oleh mahasiswa baru itu." ucapnya.
" Reka, dan mahasiswa baru itu?" tanya Rania yang masih tidak percaya.
" Awalnya aku juga tidak mempercayainya, tetapi setelah melihat dengan mata kepala sendiri. Saya yakin mereka telah berhubungan dengan sangat baik, dan mungkin ini adalah jalan agar Reka bisa berkomunikasi dengan yang lainnya juga." ucap Akram.
" Tampaknya Pak Akram dan Bu Rania sedang mengobrol serius ya?" ucap seseorang yang baru saja datang.
" Kami sedang membahas mengenai mahasiswa bernama Reka Pak." jawab Rania, yang memang sudah tahu arah pembicaraan yang pastinya akan dibicarakan.
" Memangnya ada apa lagi dengan mahasiswa itu Bu, apakah dia tidak mampu bersosialisasi lagi dengan mahasiswa lainnya. Apa mungkin kita harus mengajukan saja kepada Kaprodi, agar ia dikeluarkan saja dari kampus kita." ucapnya yang kini membuat Akram menjadi emosi.
" Tolong Bapak jangan bicara sembarangan ya, Reka itu mahasiswa tanggung jawab saya. Saya saja tidak pernah merasa keberatan akan sikap dan karakter dia, jadi Bapak jangan pernah mencoba mengambil keputusan untuk mengeluarkan dia dari kampus ini." ucap Akram yang sudah emosi kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut menuju ruangannya.
" Yang saya katakan memang benar kan Bu Rania, selama ini si Reka selalu saja menjadi beban untuk kita. Seandainya saja dia tidak masuk ke Universitas kita ini, mungkin saja kita tidak akan memikirkan mengenai dia terus-menerus." ucapnya.
" Semua orang berhak untuk mengemban pendidikannya, dan Bapak Raaf tidak berhak melarang ia untuk mengemban pendidikan di manapun. Dia adalah tanggung jawab kita sebagai dosen, dan seharusnya Bapak juga bisa menjaga sikap bapak." ucap Rania yang memang selalu kesal ketika berbicara dengan dosen ini dan kemudian memutuskan pergi karena ia sangat malas untuk berdebat.
" Selalu saja Rania yang membela Akram, sampai kapan sih harus seperti ini." ucapnya yang kesal.
" Lagi kesal gara-gara Bu Rania lagi ya pak?" tanya seorang pegawai tata usaha.
" Ya begitulah Pak Muhir, selalu saja dia membela Akram. Dan dia selalu saja menghindar dariku, kalau begini Aku sudah lelah tapi aku tidak ingin menyerah." ucap Raaf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments