Api Dendam

Arena awan jatuh telah ramai oleh murid-murid Aula Kemuliaan. Mereka datang untuk menontonnya secara langsung penghukuman Bai Feng atas tewasnya 100.000 ribu rekannya di gunung logam. Dewan peradilan Tetua Chu Gao dan Tetua Fang Zhe ikut hadir berikut Tiga Tetua pelindung. Ketua Aula Kemuliaan datang turun dari langit duduk di kursi emasnya melihat dari atas tegangnya suasana. Bai Feng tak gentar akan tatapan kematian dari semua orang yang hadir. Dia mengangkat kepalanya berdiri tegap bak ksatria.

Aura kematian begitu kental terasa mencekam melewati semua orang membuat bulu kuduk berdiri. Aroma darah begitu terasa menusuk indra penciuman ketika seseorang berdiri tegap dengan pandangan dingin. Pancaran dominasi secara langsung menekan semua orang yang hadir. Dia adalah Cheng Xun, eksekutor Aula Kemuliaan sekaligus orang kepercayaan Ketua Aula Kemuliaan. Tanpa perintah Ketua Aula, tidak seorangpun mampu memerintahnya. Berumur ratusan tahun dengan rumor memiliki umur yang sama dengan berdirinya Aula Kemuliaan.

"Kau orang yang bernama Bai Feng?" tanya Cheng Xun.

"Senior benar. Murid bernama Bai Feng"

"Aku mematuhi perintah Ketua Tian Shuo untuk melakukan penghukuman kepadamu. Aku mempraktikkan ilmu pemberontakan langit. Segala kebencian, dendam dan karma buruk aku menanggungnya. Kau hanya diharuskan bertahan dari tiga serangan ku, " ucap Cheng Xun.

"Murid mengerti, " balas Bai Feng.

Cheng Xun meledakkan auranya menarik pedang dari punggungnya. Pancaran aura kemerahan menguar begitu mengerikan. Hawa kematian terasa menyesakkan. Pedang Tulang Darah kembali muncul setelah sekian lama. Cheng Xun melesat maju menyerang. Kecepatannya mampu membelah angin. Bai Feng menghindari serangan sebaik mungkin mengikuti kehendak naluri nya.

"Kakak, Bai Feng hanya ranah pembentukan pelatihan Dao level tiga melawan eksekutor Cheng Xun yang bahkan tidak diketahui tingkatkan kultivasi nya. Aku yakin hasilnya Dia pasti tewas, " ucap Tetua Ji Xuan.

"Tidak akan, aku yakin tubuh surgawi miliknya aktif dan kalaupun tidak maka itu bisa saja menjadi hal menarik di masa depan, " balas Tetua Ji Wu.

Xi Qingling tampak cemas melihat pertarungan yang terjadi. Luka sayatan berada di sekujur tubuh Bai Feng.

"Apakah aku harus menggunakan statusku sebagai putri kerajaan Huangjin? " gumamnya bingung.

Bai Feng menerima pukulan bertubi-tubi dari Cheng Xun. Dia benar-benar kewalahan tak berdaya dengan apa yang terjadi.

"Bayangan Karma! " ucap Cheng Xun.

Gelombang energi meledak menghantam Bai Feng membuat jiwanya terguncang. Jantungnya berdegup pelan seakan nyawa meninggalkan tubuhnya. Pandangannya kabur ketika dirinya menyadari terjatuh dari ketinggian.

Brukk....!! "

Bai Feng terjatuh menghantam tanah begitu keras. Xi Qingling berdiri menatap cemas dengan apa yang dilihatnya. Tian Shuo melihat wajah tenang Tetua Ji Wu yang tak tergoyahkan seakan gunung besar menghalanginya.

"Kualifikasi apa yang membuatnya begitu mempercayainya, " batinnya heran.

Cheng Xun mendarat ke tanah. Aura brutal miliknya meredup secara perlahan-lahan.

"Eksekutor Cheng Xun menggunakan teknik Bayangan Karma. Siapapun tak bisa lepas dari teknik itu, " ucap Tetua Ji Xuan.

"Apa yang dikatakan kakak kedua benar adanya. Bai Feng tewas dalam pertarungan. Bayangan Karma merupakan teknik melihat Karma Buruk seseorang menyerapnya dan digunakan untuk menyerang, " balas Tetua Ji Han.

Tetua Ji Wu terdiam. Pandangannya begitu dalam melihat Bai Feng dari kejauhan. Cheng Xun berjalan mendekati Bai Feng melihatnya dari dekat bagaimana kondisi mengenaskannya.

"Siapapun memiliki Karma buruk. Aku menggunakan Karma buruk milikmu untuk membunuhmu, " ucap Cheng Xun berbalik pergi.

Ledakan besar beserta lonjakan energi terjadi begitu hebat. Cheng Xun melihatnya memiliki keterkejutan sepintas ketika Bai Feng diselimuti aura kebrutalan begitu murni. Seluruh luka-lukanya sembuh seketika. Kedua matanya terbuka menyunggingkan senyum misterius.

"Pertarungan baru saja dimulai, " gumamnya menarik pedang dari ruang hampa mengacungkannya ke arah Cheng Xun.

"Kau tak memiliki Karma buruk? Sepertinya kehidupan sebelumnya kau benar-benar diberkati langit bahkan surga pun enggan menghukummu," ucap Cheng Xun.

"Aku menentukan takdirku sendiri, " balas Bai Feng.

"Baik! Aku kau hanya perlu menahan dua seranganku, " ucap Cheng Xun.

"Hmp!"

Keduanya kembali bertarung. Ledakan kekuatan di udara terdengar beruntun. Semua orang terpukau akan kegigihan Bai Feng mempertahankan harga dirinya.

"Seorang pemuda memiliki tekad luar biasa bukanlah hal yang aneh. Dia memperoleh rahasia lain di gunung logam, " ucap Tetua Ji Wu.

Pedang Tulang Darah menggores tubuh Bai Feng meningan percikan api. Cheng Xun terperanjat melihatnya. Begitu keras tubuh Bai Feng dibandingkan sebelumnya.

"Kebencian Makhluk Hidup! " ucap Cheng Xun.

Gumpalan asap merah mengurung Bai Feng dari segala arah. Cheng Xun melihat gumpalan asap merah yang tercipta dari rasa kebencian makhluk hidup terhadapnya. Bai Feng yang berada di dalam gumpalan asap merah mengamati sekelilingnya dengan cermat melihat celah yang kemungkinan ada. Rasa kebencian begitu kuat terasa mengikis jiwa perlahan-lahan.

"Aku tak menyangka seseorang bisa hidup menanggung kebencian dari makhluk hidup yang lain selama ini. Senior Cheng Xun benar-benar orang tangguh. Beruntungnya gulungan kemaharajaan menetralkan kebencian yang mencoba mengikis jiwaku, " gumamnya menghela nafas lega.

Lautan kesadaran Bai Feng bergejolak. Gelombang bergerak kesana kemari ketika stempel giok sembilan naga mengeluarkan kekuatannya. Gulungan kemaharajaan terbuka menyelimuti stempel giok sembilan naga menyerap aura kebencian dan menetralkannya. Bai Feng mengusap pedangnya menyalurkan kekuatannya meledakkan aura brutal miliknya. Visualisasi naga muncul mengelilingi dirinya membuka mulutnya lebar-lebar menghisap kebencian disekitarnya.

"Naga melahap kebencian! " ucapnya lantang mengayunkan pedangnya.

Gumpalan asap merah menghilang seketika. Naga hitam mengelilingi Bai Feng meraung keras dan mendengus mengeluarkan hawa panas.

"Melahap kebencian dari makhluk hidup, kau benar-benar bocah ajaib, " ucap Cheng Xun melayang di udara mengusap pedangnya mengangkatnya ke langit.

"Formasi pengorbanan darah pendosa! " ucapnya lantang.

Gemuruh terjadi di langit ketika pedang merah melesat turun mengelilingi Bai Feng menciptakan formasi berdarah saling menyatu satu sama lain. Naga hitam mendelik melingkari Bai Feng mengamati situasi. Cheng Xun membuat segel tangan memerintahkan rantai hukuman mengikat Bai Feng.

"Hukuman pendosa! "

Rantai panas meliuk-liuk melesat mengejar Bai Feng yang berlari dalam lingkup terbatas. Naga hitam meraung menerjang menghancurkan setiap rantai yang mencoba mengikat Tuannya. Semburan api panas melelehkan rantai-rantai yang berdatangan. Semua orang diam menunggu hasil yang akan segera terlihat.

"Kultivasiku terlalu rendah. Teknik pertama dari sembilan naga langit tak akan bertahan lama. Aku harus menghancurkan formasi segera, " gumamnya memerintahkan naga hitam untuk mengamuk menerjang segalanya mencoba memecahkan formasi.

"Tidak seorangpun bisa melepaskan diri dari formasi pengorbanan darah pendosa. Kau memang tak memiliki Karma masa lalu namun kau berkaitan dengan tewasnya murid-murid lainnya. Kau pantas mati menebus jiwa mereka, " ucap Cheng Xun.

Naga hitam terjerat oleh rantai panas membuatnya meraung-raung. Hal yang sama di alami oleh Bai Feng. Tubuhnya tak bisa digerakkan sama sekali ketika rantai panas mencoba melelahkan tubuhnya dan menyerap jiwanya.

"Kakak! " ucap Tetua Ji Xuan dan Tetua Ji Han bersamaan.

Tetua Ji Wu tak menggubris panggilan adik-adiknya. Dia tetap tenang melihat Bai Feng.

"Hmph! Dia menemui ajalnya di masa muda. Sungguh memilukan, " ucap Tetua Chu Gao.

"Arkhhhh..!!! "

Teriakan kesakitan Bai Feng begitu memilukan mengiris hati semua orang. Xi Qingling tak lagi tingal diam, dia melesat masuk ke dalam arena mencoba menghancurkan formasi.

"Xi Qingling. Sekalipun kau seorang putri kerajaan Huangjin tak akan bisa membantunya sama sekali. Hukum Aula Kemuliaan menjerat murid-muridnya tak peduli dari latar belakangnya," ucap Tian Shuo.

Xi Qingling mengabaikan ucapan Tian Shuo. Dirinya berusaha memecahkan formasi menggunakan kekuatannya sendiri. Cheng Xun membuat segel tangan melemparkan pedangnya masuk ke dalam formasi. Pedang merah muncul melesat menusuk Bai Feng dari berbagai arah dengan darah terciprat kemana-mana.

"Tidakk...!!!! " teriak Xi Qingling histeris.

Keadaan Bai Feng benar-benar mengenaskan. Tubuhnya ditusuk menggunakan 12 pedang hingga darah membanjiri arena. Formasi menghilang dengan tubuhnya jatuh dari udara kemudian ditangkap oleh Xi Qingling yang menangis histeris.

"Bangunlah... Aku mohon... " gumamnya dengan suara serak menepuk-nepuk pipi Bai Feng.

Suasana begitu hening. Suara tangisan menyedihkan Xi Qingling menjadi semakin keras tatkala darah Bai Feng begitu deras mengalir membasahi pakaiannya.

"Dia menerima hukuman sesuai kejahatan yang diterimanya, " ucap Tian Shuo menjentikkan jarinya membuat api muncul di arena awan jatuh mengelilingi mereka berdua.

"Xi Qingling, jika kau tak beranjak dari sana maka api itu akan membakarmu"

"Aku tak peduli persetan dengan api ini! "

"Baik! Kau menanggungnya sendiri, " balas Tian Shuo.

Api menjalar membumbung tinggi menutupi mereka berdua dalam kobaran membara. Tetua Pelindung kecewa beranjak berdiri berniat meninggalkan arena.

Wushhhh...!!!

Xi Qingling terlempar keluar dengan wajah lilnglung ketika sebagian besar pakaiannya terbakar. Semua orang terkejut melihatnya.

"Aku belum mati! " ucap Bai Feng lantang.

Api perlahan-lahan padang menampilkan wujudnya yang berantakan. Dada bidang terlihat begitu jelas menggoda para wanita. Cheng Xun memiliki kerutan pada dahinya begitu melihat Bai Feng yang masih hidup.

"Kau benar-benar membuatku terkesan dengan kekuatan fisikmu. Namun fondasi kultivasimu telah hancur dan kau tak lebih dari seorang sampah manusia"

"Hmph!"

Bai Feng menatap nyalang Tian Shuo yang berdiri menghadapnya.

"Aku difitnah dan dipermalukan hari ini. Suatu saat nanti aku akan kembali untuk menagih kompensasi! "ucapnya berbalik pergi melihat Xi Qingling sekilas sebelum meninggalkan arena.

Cheng Xun tak peduli begitupun Tian Shuo. Keduanya pergi meninggalkan arena setelahnya. Dewan Peradilan hanya mendengus dingin melihat Tetua Ji Wu sebelum pergi.

" Kakak. Ini benar-benar tak masuk akal, "ucap Tetua Ji Xuan.

"Dia akan menjadi kuat ketika kembali dan aku yakin Aula Kemuliaan mampu di balikkannya, " balas Tetua Ji Wu.

Tetua Ji Han terdiam. Pikirannya rumit begitu mengingat sumpah Bai Feng sebelum pergi.

"Adik ketiga tak perlu merasa bersalah. Kau sama-sama tak berdaya. Dia pintar pasti akan menyadari sesuatu, " ucap Tetua Ji Wu sebelum pergi yang disusul oleh Tetua Ji Xuan.

Helaan nafas berat Tetua Ji Han sebelum dirinya pergi benar-benar terasa menyesakkan. Para murid lainnya secara berangsur-angsur kembali ke asrama meninggalkan Xi Qingling ditengah kesendirian.

"Aku yakin kau akan kembali menjadi yang terkuat! " ucapnya mengusap air mata dan pergi meninggalkan arena.

Terpopuler

Comments

Dewa Abadi

Dewa Abadi

jalan ceritanya berantakan
kurang bs dimengerti dan dinikmati.

2024-04-19

3

Harman LokeST

Harman LokeST

tiiiinnnnnnnnnnngggggkkaaaann teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuussssss kuuuulllllltttiiiiiiivaaasiimmuuuuuuu yang lebih tinggi lagi Bai Feng

2024-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!