" Rani, perkenalkan ini Khanza anak bungsu saya. Dan ini Zio cucu kesayangan saya. Zio ini anak dari putri saya Khanza ", kata Safira sambil mencubit gemas pipi Zio. Rani pun segera mengulurkan tangan pada perempuan cantik di depannya.
Setelah acara perkenalan di depan rumah, Safira segera mengajak Rani untuk masuk ke ruang utama rumahnya. Sedangkan Khanza dan Zio, keduanya pun pamit pulang. Rupanya rumah anak mama Safira yang bernama Khanza itu terletak persis di samping rumah. Saat memasuki ruang tamu rumah mama Safira, mata Rani kembali di buat takjub dengan dekorasi ruang tamu yang luasnya sama dengan luas rumahnya di kampung. Begitu banyak barang mewah yang terpajang di sana.
Mama Safira terlihat tengah memanggil seseorang, dan tidak berapa lama datanglah seorang wanita paruh baya. Rupanya beliau ini adalah kepala pelayan di kediaman mama Safira.
" Oh ya bibi Mer, perkenalkan ini Rani. Dia yang akan menggantikan pekerjaan Tina di rumah ini. Tolong kamu antarkan Rani ke kamarnya ya bik ",
" Baik nyonya. Ayo nak Rani ", ajak bibi mery dengan ramah. Rani pun segera mengikuti langkah wanita paruh baya itu yang akan mengantarnya menuju kamar pembantu.
Rupanya kamar para pembantu berada di belakang bangunan utama. Kedua bangunan itu hanya di pisahkan oleh sebuah taman dan kolam renang kecil. Di samping dan belakang paviliun para pembantu, masih terdapat taman belakang dan taman samping yang cukup luas.
" Nak Rani, ini kamarmu. Di dalam sana sudah ada kamar mandinya. Berhubung sekarang hari sudah hampir malam, kau bisa memulai pekerjaanmu besuk pagi saja. Apa ada yang ingin nak Rani tanyakan ", tanya bik mery seraya membuka pintu kamar itu.
" Tidak ada bi ", jawab Rani seraya tersenyum tipis.
" Jika tidak ada, segeralah mandi. Nanti pukul setengah delapan malam, kau bisa datang ke ruang makan yang tadi aku tunjukkan. Nanti akan aku perkenalkan dengan para pembantu yang lain ",
" Iya bi ",
" Ya sudah aku tinggal dulu ", bibi mery pun segera berlalu dari sana. Setelah wanita paruh baya itu pergi, Rani segera menutup pintu kamarnya. Manik matanya begitu serius mengamati keadaan kamarnya. Ruangan dengan luas empat meter persegi itu terlihat begitu besar bagi Rani. Jiwa ingin tahunya seketika membuat dirinya melangkah menuju kasur empuk di depannya. Dengan pelan ia mulai mendudukkan bokongnya di atas kasur itu. Dan raut wajah gadis belia itu langsung berubah cerah saat merasakan kasur empuk itu untuk pertama kali.
Setelah puas mencoba kasur empuknya, Rani kembali melangkah menuju kamar mandi. Matanya kembali di buat berbinar saat mendapati kamar mandi yang begitu bersih dan wangi. Bahkan di dalam sana sudah terdapat peralatan mandi yang baru. Rupanya waktu di perjalanan menuju rumah tadi, mama Safira sudah menghubungi bibi mery terlebih dahulu untuk menyiapkan kamar untuk Rani.
Setelah puas mensurvei kamar barunya, Rani bergegas merapikan baju-bajunya yang tidak seberapa itu ke dalam lemari yang sudah tersedia di sana. Kemudian ia pun bergegas mandi karena tidak ingin terlambat makan malam bersama para pembantu lainnya.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Keesokan pagi harinya,
Rani yang sudah di beritahu bibi Mery mengenai apa saja tugasnya, segera memulai pekerjaannya. Pagi itu, tugas pertama yang harus di lakukan Rani adalah membantu mbok Sumi dan mbak Lina untuk memasak sarapan pagi. Keluarga Arkantara memang sudah terbiasa menyantap menu berat di pagi hari. Dan menu pagi ini adalah nasi goreng dengan lauk telur dadar.
Setelah masakan semua siap, Rani membantu mbk Lina untuk menyiapkan semua menu tadi di atas meja makan. Rupanya mama Safira dan suaminya yang bernama papa Bagas, sudah duduk manis di kursi meja makan. Papa Bagas yang belum melihat Rani semalam segera menanyakan pada sang istri.
" Pembantu baru mah ",
" Iya pah. Namanya Rani, dia itu anak dari bu Salma. Itu tuh, tukang jahit langganan mamah di kampung ", jelas mama Safira sambil menyendokkan nasi goreng ke piring sang suami.
" Kelihatannya masih sangat muda ya mah ",
" Iya pah, dia baru lulus SMA empat bulan yang lalu. Mama kasihan pah sama dia. Di kampung ia di incar bandot tua yang gak tahu diri. Karena keluarganya yang kurang mampu, membuat orang tuanya tidak punya kekuatan untuk melawan. Maka dari itu Rani di suruh bapaknya untuk sementara pergi dari rumah, agar terbebas dari gangguan bandot tua itu ", terang mama Safira panjang lebar. Papa Bagas hanya manggut-manggut saja mendengar cerita dari istrinya.
Saat mama Safira akan mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, terlihat putra pertamanya menuruni tangga sambil menelepon seseorang.
" Ya, baiklah nanti saya akan mampir ke perusahaan anda. Oke, selamat pagi ", begitulah obrolan yang terdengar.
Mama Safira yang melihat putra sulungnya itu sudah rapi dengan setelan jas berwarna Navy, segera menyuruhnya untuk sarapan. Dengan cekatan mama Safira mengambilkan nasi goreng itu untuk putranya yang bernama Gavin putra Arkantara.
Gavin adalah sosok laki-laki yang tertutup dan irit bicara. Ia akan banyak mengeluarkan kata-kata hanya ketika sedang membahas pekerjaan. Wajahnya yang begitu tampan, membuat Gavin di sukai banyak wanita. Apalagi lelaki tampan itu juga memiliki tubuh yang sangat atletis. Di usianya yang menginjak tiga puluh tahun, ia belum juga menikah.Meski Gavin kini sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Vara, namun tidak ada tanda-tanda darinya untuk segera mengakhiri masa lajangnya.
Saat ketiganya tengah sibuk menyantap sarapan tanpa bersuara, dari arah pintu utama terdengar suara cempreng Zio yang memecahkan suasana hening di meja makan.
" Opa, Oma, paman Gabin ", teriak bocah gembul itu sambil berlari masuk.
Gavin yang mendengar keponakannya memanggilnya dengan seenak hati langsung menatap tajam bocah empat tahun itu. Namun Zio yang sudah terbiasa melihat wajah datar pamannya, hanya meringis sambil menyilangkan jarinya.
" Calangheo paman Gabin, jangan malah, nanti jodohnya cucah xixixixi ", ucap Zio sambil terkikik geli. Kemudian ia pun meminta omanya untuk mengangkat tubuhnya agar bisa duduk di samping mama Safira.
Khanza yang kuwalahan mengejar putranya, tampak ngos-ngosan saat sampai di meja makan itu.
" Sarapan za ", ajak papa Bagas.
" Sudah pah, Khanza cuman mau nganterin Zio saja. Oh ya mah, nanti Khanza pulang terlambat, soalnya mau mengecek gedung yang mau Khanza sewa ",
" Oke sayang, mamah malah seneng kalau Zio lama-lama di sini. Rumah mama jadi rame ", kata mama Safira sambil mencubit pipi gembul Zio.
Setelah berpamitan pada kedua orangtuanya, Khanza pun berlalu pergi. Gavin yang sudah selesai dengan sarapannya, segera berdiri dari duduknya. Saat ia hendak melangkah menuju sang mama untuk berpamitan, Ia di buat terkejut dengan teriakan Zio memanggil seseorang.
" Kakak Lani yang tantik ", pekik Zio bersemangat.
Rani yang tadinya akan ke ruang laundry, langsung menghentikan langkahnya saat mendengar Zio memanggilnya. Reflek Gavin pun ikut menoleh karena penasaran.
DEG
" Gantengnya ", batin Rani melihat Gavin untuk pertama kalinya.
**********
Jangan lupa dukungannya readers
Kasih othor like subscribe vote dan hadiah 😁
Biar othor dapat reward kontrak dan semangat berkarya 🤭
Terima kasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments