" Begitulah nyonya kejadiannya ", ucap Rani mengakhiri ceritanya. Gadis cantik itu tampak menunduk dan menyeka air matanya. Ia yang baru berpisah beberapa jam saja dari orang tuanya dan adik-adiknya itu sudah merasakan rindu yang membuat air matanya jatuh tanpa di minta.
Nyonya Amelia tampak terenyuh mendengar cerita dari Rani. Ia tidak menyangka jika kehidupan gadis belia yang ia kenal ramah dan ceria itu akan menjadi seperti ini.
" Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini nak ? Apa kamu akan mengikuti saran bapakmu, untuk mencari kos-kosan milik pak Damar di kota ? ", tanya nyonya Amelia dengan raut wajah serius.
Rani mendongak menatap pada wanita tua di depannya. " Sebenarnya saya juga belum yakin nyonya. Sebab saya sama sekali belum pernah bertemu dengan teman bapak yang bernama pak Damar itu. Mungkin saya akan lebih memilih mencari kos-kosan sendiri saja untuk tempat bersembunyi sementara waktu ", Jawab Rani sambil menyeka sisa-sisa air matanya.
" Bagaimana kalau kamu ikut saya saja. Kebetulan saya sedang butuh ART untuk menggantikan pembantu saya yang bernama Tina yang keluar karena akan segera menikah ", tawar wanita paruh baya yang duduk di samping nyonya Amelia dengan tiba-tiba. Bahkan nyonya Amelia sampai menoleh ke arah wanita paruh baya itu.
" Kamu akan aman berada di rumah saya. Kamu juga tidak perlu pusing mencari tempat tinggal dan pekerjaan lagi. Bagaimana nak Rani? ",
Rani yang mendapatkan tawaran yang begitu menggiurkan tampak berpikir sejenak. Kemudian ia beralih menatap pada wanita paruh baya itu. Dari penampilannya, wanita itu terlihat cukup baik. Bahkan bisa di pastikan jika ia dari kalangan orang berada. Mungkin akan lebih aman jika dirinya bekerja di rumah nyonya itu.
" Sebaiknya kamu terima saja tawaran dari anak saya ini nak Rani. Dari pada kamu harus tinggal di kos-kosan sendirian. Nanti saya yang akan menyampaikan keberadaan kamu pada kedua orang tuamu. Mereka pasti akan lebih tenang jika kamu ikut anak saya ", sambung nyonya Amelia.
Ya wanita yang sejak tadi duduk di dekat nyonya Amelia itu adalah anak wanita tua itu. Kebetulan sekali, anak nyonya Amelia yang sudah dua hari menginap di rumahnya, siang itu berencana akan kembali ke Jakarta. Namun keberangkatannya siang hari itu jadi tertunda karena peristiwa yang menimpa Maharani.
Benar juga apa yang di katakan oleh nyonya Amelia. Bapak dan ibunya pasti akan lebih tenang jika ia bekerja di rumah anak nyonya Amelia. Karena ibunya itu sudah cukup lama mengenal sosok nyonya Amelia yang terkenal baik dan ramah, batin Rani.
" Baiklah nyonya, saya akan ikut anda ", jawab Rani yang langsung disambut senyuman lebar oleh anak nyonya Amelia.
" Bagus, kamu sudah mengambil keputusan yang tepat nak Rani. Oh ya dari tadi kita belum berkenalan. Perkenalkan nama saya Safira ", ucap wanita paruh baya itu sambil mengulurkan tangannya. Dengan senang hati Rani pun menyambut uluran tangan itu dan menjabatnya.
" Saya Maharani putri nyonya "
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Di kediaman rumah pak Adi
" Cepat katakan kang, kemana anakmu itu pergi? Akang jangan membuat juragan Wisnu kehabisan kesabaran ", bentak Doni sambil menatap tajam kakak kandungnya itu.
" Bukankah sudah aku bilang, Rani semalam mendapatkan kabar dari temannya di kota jika lamaran kerjanya di terima. Dan besuk pagi dia harus interview, maka dari itu dia buru-buru berangkat ", jawab pak Adi berdusta.
" Akang jangan bohong ", bentak Doni tidak percaya.
" Buat apa akang bohong, memang itu yang sebenarnya terjadi ", pak Adi yang sebenarnya tidak pandai berbohong, terus berusaha untuk meyakinkan adiknya yang kurang ajar itu.
" Lalu dimana Rani akan bekerja? Pasti akang tau kan alamat tempatnya bekerja? ",
" Akang tidak tahu don, Rani bilang akan memberitahu kami alamatnya jika ia sudah sampai di kota ",
Mendengar jawaban dari kakaknya, Doni tampak menggeram kesal. Padahal tinggal sedikit lagi maka utang-utangnya selama ini akan di bayar lunas oleh juragan Wisnu. Namun sial, keponakannya itu justru malah pergi dari rumah.
" Awas saja kalau akang bohong, aku akan laporkan pada juragan Wisnu ", ancam Doni dengan kesal.
" Laporkan saja, aku tidak takut. Kami tidak punya hutang atau masalah dengan juragan Wisnu. Jadi tidak ada alasan baginya untuk menganggu keluarga kami ", jawab pak Adi dengan mata melotot tajam.
Doni yang di buat semakin kesal dengan jawaban kakaknya, lebih memilih pergi dari sana.
" Dasar, sudah miskin bodoh pula. Di ajak hidup enak tidak mau ", umpat Doni sambil melenggang pergi.
Setelah Doni pergi, bu Salma segera menghampiri suaminya dan mengelus dada pria paruh baya itu untuk meredam emosinya.
" Sabar pak, adikmu itu memang keterlaluan. Ia selalu saja mencari keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain ", kesal bu Salma.
Pak Adi tampak diam, ia kemudian mendudukkan diri di kursi ruang tamu itu. Bu Salma juga ikutan duduk di samping suaminya.
" Ibu jadi mengkhawatirkan kebaradaan anak kita Rani pak. Apa dia di kota akan baik-baik saja. Dia tidak pernah berpisah jauh dari kita pak. Apalagi ini kali pertama ia pergi ke kota. Ibu takut ia kesasar ", ucap bu Salma mengeluarkan kegelisahannya.
" Ibu tidak usah berpikir yang aneh-aneh. Anak kita pasti akan baik-baik saja di kota. Kita tunggu saja kabar darinya ", jawab Pak Adi seraya merangkul sang istri agar lebih tenang.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Setelah menempuh perjalanan dua jam lebih, akhirnya Rani pun tiba di kediaman nyonya Safira. Saat turun dari mobil, Rani di buat takjub dengan bangunan megah dan mewah yang menjulang tinggi di depannya. Rumah bergaya modern klasik itu tampak seperti istana di mata Rani.
" Besar sekali rumahnya, pasti ngepelnya dari pagi sampai pagi lagi juga gak bakalan selesai ", gumam Rani absurd sambil terus mengamati rumah di depannya itu dengan takjub.
Dari kejauhan tampak seorang perempuan cantik yang tengah menggendong anak kecil berjalan menuju ke arah Rani dan nyonya Safira.
" Mom, tulunin zio sekalang ", pekik anak laki-laki berusia empat tahun itu.
Perempuan cantik yang bernama Khanza itu segera menurunkan putranya dari gendongan.
" Oma ", pekik zio sambil merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan oma kesayangannya.
Wanita paruh baya itu pun segera menyambut cucunya dan menggendongnya sambil menciumi pipi gembulnya.
" Zio kangen ya sama oma ",
" Kangen banget oma, lasanya cudah sepelti cetahun gak ketemu ", celoteh zio yang mengundang gelak tawa omanya.
Manik mata zio yang tadi fokus pada omanya, kini beralih menatap pada Rani yang tengah berdiri di sampingnya.
" Wahhhh.... ciapa pelempuan cantik ini ? Apa dia calon istli zio oma ", tanyanya dengan mata berbinar.
" Ehhhhh...... ",
**********
Jangan lupa dukungannya readers. Like komen subscribe vote dan hadiahnya 😁😁
Terima kasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments