Mungkin Sudah Berakhir

Kemeja putih, jas biru, celana biru, dilengkapi sepatu hitam dan dasi berwarna navy yang tergantung lurus di dada bidang seorang Levin Anugrah. Pemimpin Perusahaan besar itu terlihat berkelas dengan segala style yang dipakainya, banyak orang penting yang ditemuinya setiap hari, sehingga Levin harus selalu siap dengan penampilan berkelasnya itu.

"Levin," panggil Monica.

"Ya, Mami."

"Hey, ada apa ini? Wajahmu terlihat berseri pagi ini, kamu dapat tender besar lagi?"

Levin tersenyum seraya menggeleng, benarkah Levin terlihat berseri hanya ketika menang tender saja? Dan diluar itu, Levin tidak pernah terlihat berseri, buruk sekali kehidupan Levin kalau seperti itu.

"Ada apa? Kamu tidak mau berbagi dengan Mami?"

"Tidak ada apa-apa, aku merasa semangatku berbeda untuk pagi ini."

"Alasannya?"

"Entahlah! Seperti seakan-akan akan ada sesuatu yang besar menghampiriku."

Monica mengernyit, hal besar apa itu? Kerjasama dengan perusahaan baru? Atau mungkin memang perihal tender besar lagi. Levin tersenyum senang, sejak membuka mata Levin merasa senang, tapi entah untuk apa alasannya.

"Levin, Mami punya kabar baik buat kamu."

"Apa?"

"Minggu depan, Sandrina akan datang ke rumah!"

Levin mengangkat kedua alisnya, Monica melontarkan kalimatnya dengan ekspresi bahagia, tapi Levin tidak suka itu. Sudah dua bulan belakangan Monica terus saja menyebutkan nama itu, apa sepenting itu arti Sandrina bagi Monica.

"Levin."

"Aku harus berangkat sekarang, aku akan sarapan di Kantor nanti!"

"Ya sudah, hati-hati di jalan!"

Levin mengangguk dan berlalu pergi setelah pamitan, meneruskan pembahasan Sandrina sepertinya hanya akan membuat Levin malas. Lebih baik Levin pergi saja, lagi pula memang sudah jamnya untuk pergi ke kantor.

"Sandrina," gumam Levin ditengah menyetirnya.

Tunggulah dia sampai kau berusia 30 tahun, jika selama itu dia tidak menemuimu, maka kau bebas memilih pasangan hidup sesuai keinginan dirimu!

"30 tahun hanya tinggal beberapa bulan lagi, Papi bahkan sampai sekarang aku belum sedikit pun mendapatkan petunjuk tentang dia."

Levin memejamkan matanya sesaat, lantas membuka laci dashboardnya dan mengambil foto di sana. Foto seorang gadis cilik berusia 4 tahun, dengan rambut yang dikepang dua, memakai pakaian serba merah, dan tersenyum manis dengan telunjuk di kedua pipinya.

Orang tuanya tidak akan gagal mendidik Anaknya, Papi pastikan dia akan jadi yang terbaik buatmu suatu saat di masa depanmu nanti!

"Dimana Anak ini sekarang? Aku tidak juga bertemu dengannya. Dan lagi, bagaimana caraku mencarinya, jika tidak alamat yang bisa ku datangi?"

Perasaan Levin mendadak haru, kalimat demi kalimat yang diucapkan papinya kembali terngiang di kepalanya. Anggara, lelaki yang amat sangat dicintai Levin, lelaki yang tak lain adalah papinya Levin sendiri.

Anggara telah meninggal sejak Levin usia 11 tahun, sebelum meninggal, Anggara berpesan padanya agar Levin mau menikahi putri dari sahabatnya. Levin yang nyaris kehilangan Anggara diusia 9 tahun itu, dengan senang hati menerima dan mau memenuhi permintaan Anggara.

Tidak akan ada wanita lain yang bisa kamu percaya selain dia! Percaya sama Papi, dia satu-satunya wanita yang akan mampu membahagiakan dirimu!

Levin sekilas tersenyum, gadis 4 tahun difoto itu sangatlah lugu, dia lucu dan menggemaskan. Benarkah wanita itu yang akan jadi sumber bahagianya sepanjang hidup, lalu akan seperti apa jadinya jika Levin tak berhasil bertemu dan bersama wanita itu untuk sepanjang hidupnya?.

"Waktunya hampir habis, kau tidak mau menemuiku?" tanya Levin pada foto tersebut.

"Kau takut denganku? Kita orang asing, pantas saja jika kau takut denganku, dan mungkin itu alasannya sampai saat ini aku tidak bisa menemukanmu!" tambah Levin yang kembali tersenyum.

Foto itu kembali disimpan, Levin memilih fokus menyetir tanpa foto itu lagi. Biarkan saja akan seperti apa akhirnya, Levin tidak bisa memaksakan apa pun atas apa yang menjadi keinginan mendiang papinya itu.

"Pak Levin," panggil seseorang di sana.

Levin menoleh dan melambaikan tangan ketika baru saja keluar dari mobilnya, itu adalah Lidya sekretarisnya di kantor. Sepertinya Levin datang terlambat karena Lidya sudah lebih dulu sampai, keduanya berjabatan, sudah 4 tahun Lidya bekerja untuk Levin di Perusahaan tersebut.

"Bagaimana, semua beres?" tanya Levin seraya melangkahkan kakinya.

"Semua beres, Pak. Dokumen kerjasama sudah ada di meja ruangan Pak Levin."

"Akan saya periksa secepatnya."

Lidya mengangguk, keduanya memasuki ruangan yang sama. Levin memang menempatkan Lidya di ruangannya juga, Levin bukan orang yang mau repot, segala sesuatu harus simple baginya.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Levin.

"Sudah, Pak. Pak Levin perlu sarapan?"

"Saya belum sempat sarapan di rumah, sepertinya sarapan itu dibutuhkan sekarang!"

"Baik, saya akan kembali."

Levin tersenyum seraya mengangguk, Lidya kembali ke luar untuk membawakan sarapan. Memilih menu makan Levin buka hal yang sulit, lelaki itu tidak pilih-pilih makanan, apa pun dilahapnya selagi bumbunya memang enak.

"Bu Lidya."

"Pimpinan perlu sarapan."

"Saya akan buatkan susu hangat."

Lidya mengangguk saja, semua tersedia di sana, Lidya tinggal mengambil apa yang dibutuhkan untuk Levin. Cukup singkat dan semua sudah tersaji di meja Levin, keduanya sama-sama tersenyum, itu poin plus untuk Lidya karena mau direpotkan Levin perihal sarapan.

"Silahkan, Pak. Katakan saja kalau ada yang kurang!"

"Kamu tidak membawa apa pun?"

"Saya sudah selesaikan semuanya di rumah, sampai ke sini saya tinggal bekerja saja."

"Kenapa kamu serius sekali? Apa kamu tidak bosan terus seperti itu?"

Lidya menggeleng dan kembali ke meja kerjanya, Levin terdengar menghela nafas. Entah siapa sebenarnya atasan diantara mereka, karena terkadang Levin justru merasa ada dalam pengawasan dan perintah Lidya ketika di kantor.

"Pak Levin, saya mendapatkan pertanyaan penting dari karyawan lain."

"Tentang apa?"

"Ulang tahu Pak Levin hanya tinggal 2 bulan lagi, mereka bertanya apakah akan ada bonus gaji atau liburan bersama?"

Levin mendadak diam, kegiatan makannya terhenti setelah kalimat Lidya tersampaikan dengan sempurna. Ketika diperjalanan pun Levin ingat dengan usia ke 30nya itu, tapi bukan pesta, melainkan gadis 4 tahun itu yang mengusik pikirannya.

"Tidak masalah, mereka tidak begitu serius tentang itu."

"Kalau dia datang, keduanya akan kalian dapatkan!"

"Keduanya?"

"Bonus gaji dan liburan!"

Lidya terkejut dengan itu, sejak kapan Levin memberikan hadiah berlipat seperti itu. Setiap tahun memang selalu ada hadiah, tapi satu saja, jika bukan bonus gaji maka karyawan mendapatkan jatah liburan bersama. Levin meneguk susu hangatnya dengan tenang, satu tahun kinerja karyawannya sangat bagus, sepertinya Levin pantas memberikan itu.

"Pak Levin...."

"Ada hal yang begitu ingin saya dapatkan diusia 30, jika itu terwujud, saya akan sangat senang," seka Levin.

"Pak Levin akan menikah?"

Episodes
1 Jangan Lakukan Ini, Tuhan!!
2 Mungkin Sudah Berakhir
3 Melangkah Saja Dulu!
4 Aku Menemukannya
5 Bukan Dia
6 Tentang Keyakinan
7 Siapa?
8 Tidak Perduli
9 Setiap Hari
10 Itu Benar!
11 Itu Bagus!
12 Tetap Ingat
13 Izinkan Aku Menjaganya
14 Jangan Bertingkah!
15 Sandrina Saja
16 Jangan Berlebihan!
17 Ini Manis
18 Terserah!
19 Ada Apa Denganmu?
20 Sesuatu
21 Jangan Pergi!
22 Bukan Itu!
23 Pulang Saja!
24 Hati-hati!
25 Kau Tampak Murahan!
26 Fokus!
27 Selesai
28 Itu Tidak Bagus!
29 Tunggu Dia Kembali!
30 Jadi Seperti itu!
31 Tidak Pernah Salah!
32 Awal Yang Bagus!
33 Senang
34 Harus Tahu!
35 Bagaimana Rasanya?
36 Jangan Khawatir!
37 Nyaris Saja!
38 ℍarus Berfikir Apa?
39 Tidak Ada Apa-apa
40 Bersenang-senanglah!
41 Mimpi!
42 Yang ℙenting ℍasilnya!
43 Aku Yang Salah
44 Kita Berangkat
45 Masih Saja!
46 Sebaiknya Jangan!
47 Teman Dekat
48 Bahagiakah?
49 Seandainya!
50 Boleh?
51 Jangan Ragu!
52 Sudah Jelas
53 Keterlaluan!
54 Jangan Lagi!
55 Kembali
56 Berfikir Baik Saja!
57 Memang Berubah
58 Luar Batas!
59 Kita Kesana?
60 Karena Dia Cantik?
61 Tidak Seburuk Itu!
62 Terlambat!
63 Bodoh!
64 Tidak Bisa!
65 Buruk!
66 Sepertinya Salah
67 Kosongkan!
68 Mimpi
69 Tidak Masalah!
70 Jangan Bantah!
71 Mulus!
72 Jelas
73 Tunggu!
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Jangan Lakukan Ini, Tuhan!!
2
Mungkin Sudah Berakhir
3
Melangkah Saja Dulu!
4
Aku Menemukannya
5
Bukan Dia
6
Tentang Keyakinan
7
Siapa?
8
Tidak Perduli
9
Setiap Hari
10
Itu Benar!
11
Itu Bagus!
12
Tetap Ingat
13
Izinkan Aku Menjaganya
14
Jangan Bertingkah!
15
Sandrina Saja
16
Jangan Berlebihan!
17
Ini Manis
18
Terserah!
19
Ada Apa Denganmu?
20
Sesuatu
21
Jangan Pergi!
22
Bukan Itu!
23
Pulang Saja!
24
Hati-hati!
25
Kau Tampak Murahan!
26
Fokus!
27
Selesai
28
Itu Tidak Bagus!
29
Tunggu Dia Kembali!
30
Jadi Seperti itu!
31
Tidak Pernah Salah!
32
Awal Yang Bagus!
33
Senang
34
Harus Tahu!
35
Bagaimana Rasanya?
36
Jangan Khawatir!
37
Nyaris Saja!
38
ℍarus Berfikir Apa?
39
Tidak Ada Apa-apa
40
Bersenang-senanglah!
41
Mimpi!
42
Yang ℙenting ℍasilnya!
43
Aku Yang Salah
44
Kita Berangkat
45
Masih Saja!
46
Sebaiknya Jangan!
47
Teman Dekat
48
Bahagiakah?
49
Seandainya!
50
Boleh?
51
Jangan Ragu!
52
Sudah Jelas
53
Keterlaluan!
54
Jangan Lagi!
55
Kembali
56
Berfikir Baik Saja!
57
Memang Berubah
58
Luar Batas!
59
Kita Kesana?
60
Karena Dia Cantik?
61
Tidak Seburuk Itu!
62
Terlambat!
63
Bodoh!
64
Tidak Bisa!
65
Buruk!
66
Sepertinya Salah
67
Kosongkan!
68
Mimpi
69
Tidak Masalah!
70
Jangan Bantah!
71
Mulus!
72
Jelas
73
Tunggu!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!