Suasana Mencekam

Ingin menjelaskan kesalahpahaman terkait cincin yang tersemat di syal Lenka, Airen justru kembali mencecar Lenka dengan pertanyaan lain.

“Apakah kalian sudah merencanakan kehamilan? Berapa anak yang kalian inginkan Lenka?” Pertanyaan beruntun itu mengalir seperti air dari mulut Airen, membuat Lenka yang mendengarnya saja bingung harus menjawab darimana.

“Nyonya, sebenarnya—“ Lenka tak melanjutkan perkataannya, sebab dia melihat gurat kesedihan di wajah sang majikan. Kondisi temaram di dalam mobil tak menghalangi penglihatan Lenka. Sangat jelas—sebulir air mata jatuh dari pelupuk Airen.

“Lenka, apakah aku cukup baik menjadi seorang ibu? Aku takut mengecewakan anakku nanti.” Membiarkan tetesan airmata membasahi pipinya, Airen seperti kehilangan tenaga untuk mengusap wajahnya.

Menarik nafas cukup dalam, Lenka ingin melebur dengan kesedihan sang majikan sekaligus menjadi penguat untuk Airen. Meski dia sendiri tidak tahu apa penyebab rasa takut Airen menjadi seorang ibu.

“Nyonya, bukankah ketika kita memutuskan untuk hamil artinya kita sudah siap menjadi seorang ibu? Dan apapun yang terjadi di masa depan nanti, aku yakin semua ibu pasti akan berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya,” kali ini Lenka memberanikan diri mengusap punggung tangan Airen.

“Tidak ada yang sempurna di antara kita, begitupun menjadi seorang ibu. Kadang kala tanpa disadari, mungkin orangtua pernah mengukir kecewa pada anak-anaknya. Tapi ingatlah, waktu selalu menyediakan ruang untuk belajar memperbaiki diri, Nyonya.” Lanjut Lenka.

Kini senyum terukir di sudut bibir Airen, perkataan Lenka bak afirmasi positif yang akan terus ia ingat dan ucapkan di dalam hatinya. Rasa sesak yang bercokol di dadanya tadi kini mulai diisi kelegaan.

“Terimakasih, Lenka. Terimakasih banyak.”

Lenka mengangguk, “Aku yakin, Nyonya pasti akan melahirkan sosok anak baik yang mau menerima ketidaksempurnaan orangtuanya.”

“Semoga saja Lenka.” Mengaminkan dalam hati ucapan Lenka barusan, Airen juga bersyukur telah mengenal perempuan itu.

Dua perempuan itu kembali membisu, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Suara hujan yang semakin deras mendominasi penuh indra pendengaran mereka. Seperkian menit berlalu, tiba-tiba Airen melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, Lenka tersadar dari lamunan sebab tubuhnya sedikit tergunjang.

“Ini bukan jalan ke rumah sakit.” Jantung Lenka berdegup kencang, samar-samar dia mendengar suara tembakan bersama sebuah mobil yang mengejar mereka. Sangat dekat, bahkan sesekali bergesekan ke mobil milik Airen.

“Nyo—nyonya, ki—kita mau kemana?” Tanya Lenka terbata, perempuan itu sudah sangat ketakutan. Mobil mereka berputar arah, melewati hutan rimbun yang membuat suasana semakin mencekam.

“Maafkan aku sudah membohongimu, Lenka. Maafkan aku, Ta—tapi aku benar-benar membutuhkanmu. Aku sangat takut, Lenka. Aku takut.” Ujar Airen dengan suara bergetar. Wajah perempuan ini kini basah oleh peluh dan air mata.

Lenka semakin tidak mengerti dengan situasi yang terjadi, lidahnya kelu. Dia hanya bisa memejamkan mata, memasrahkan diri di tengah maut yang sangat dekat dengan mereka.

Dorr!!

Satu tembakan mengenai kaca jendela Airen, serpihannya bahkan sampai mengenai tangan Lenka. Dia memberanikan diri membuka mata. Manik perempuan itu membola, Airen memucat. Lengan sang majikan mengeluarkan banyak darah. Disisa tenaga yang mulai menipis, Airen tetap membawa mobil dengan laju, meski kendaraan roda empat itu kini berjalan tak tentu arah—kadang ke kiri dan kadang ke kanan.

“Nyonyaa!!!” Teriakan Lenka dibenam oleh suara dentuman dari belakang. Mobil mereka terjungkal akibat benturan keras dari sebuah truck yang menghantam muffler knalpot. Tepat di tepi jurang yang sangat curam, mobil mereka menggantung—terayun diterpa angin malam.

Hening...

Langit enggan menghentikan titik-titik air yang semakin deras jatuh ke bumi, hingga tetesannya menghujami tubuh seorang perempuan yang beberapa saat tadi tidak sadarkan diri. Meski penglihatannya mengabur, tapi Lenka dapat merasakan tubuh kekar seseorang sedang membopong dirinya, membawanya menjauh dari tempat ia semula.

Duarrr!!!

Suara ledakan mobil seperti memecah gendang telinga Lenka, hawa panas sedikit terasa mengenai kulitnya yang basah. Dia dan seorang yang membopongnya belum terlalu jauh dari lokasi kecelakaan.

“Nyo—nya Ai—ren.” Gumam Lenka pelan. Mengingat sang majikan, perempuan itu kembali tidak sadarkan diri.

***

[Rumah Sakit Liébe, Hamburg. Pukul, 19.00 waktu setempat]

Lima hari kemudian.

Disebuah ruangan yang didominasi cat berwarna putih, seorang perempuan yang terbaring lemah di sebuah hospital bed berlahan mengerjapkan maniknya. Memegang tengkuknya yang sedikit sakit, indra penglihatan Lenka terbuka sempurna. Dia tampak kebingungan dengan keberadaanya sekarang.

“Aku dimana?” Bertanya pada dirinya sendiri, Lenka tidak menemukan siapapun bersamanya. Dia mencoba mengumpulkan kepingan memori yang sudah ia lalui. Perempuan itu tiba-tiba menegang, bersama dengan suhu tubuhnya yang berubah dingin.

Mengingat kembali kecelakaan yang ia alami bersama Airen, sungguh Lenka tidak bisa mengontrol emosinya. Perempuan itu terisak, menggigit bibir bawahnya hingga mengeluarkan darah, Lenka juga memukul dadanya berkali-kali.

Dia tidak siap kehilangan sang majikan.

“Aku selamat, pasti Nyonya Airen juga selamat. Pas—ti.” Setelah menyadari dirinya sedang dirawat di rumah sakit, Lenka dengan kasar mencabut jarum infus yang tertancap di tangannya hingga membuat kulit putihnya terluka. Dengan jalan terseok-seok, Lenka meninggalkan ruangan tempat ia di rawat.

Langkah Lenka terhenti di sebuah meja resepsionis. Melihat wajah panik Lenka, salah satu petugas disana menyapa perempuan itu dengan ramah.

“Ada yang bisa saya bantu, Bu?” Tanya seorang suster dengan seragam berwarna magenta lengkap dengan nursing cap di kepalanya.

“Sa—saya sedang mencari kamar pasien bernama Airen, Airen Eugerania.” Jawab Lenka cepat. Nafas perempuan itu terdengar memburu.

“Mohon maaf, bisa saya tahu hubungan ibu dengan pasien?”

“Saya pelayan di rumah beliau.” Ujar Lenka, dia tampak meremas jemarinya. Seakan waktu begitu banyak terbuang menunggu jawaban sang suster, ingin rasanya Lenka menerobos masuk ke ruangan resepsionis itu. Mengotak-atik komputer yang ada disana untuk mencari keberadaan Airen.

“Sebentar saya melihatnya ya, Bu.” Pandangan suster tersebut beralih ke layar monitor yang ada di hadapannya.

“Maaf, Bu. Pasien atas nama Airen Eugerania tidak pernah dirawat di rumah sakit ini.” Ujar sang suster setelah beberapa kali mengklik menu search, namun nama yang disebut Lenka tidak terdaftar di rumah sakit mereka.

Seperti tertikam ribuan belati, Lenka merasakan sakit yang luar biasa menghujami seluruh tubuhnya. Bersama dengan pasokan oksigen yang sepertinya mulai menipis di paru-paru perempuan itu, dia kesulitan mengatur nafas. Sesak—pengap—kalut, itu yang Lenka rasakan sekarang.

“Tidak mungkin, tidak mungkin!!! Nyonya Airen pasti dirawat disini. Co—coba periksa kembali, kau salah suster, kau pasti salah melihat. Cepat cek berkali-kali, sampai kau menemukannya.” Ujar Lenka meninggikan nada bicaranya.

“Tapi, Bu—“

Lenka menggeleng, memotong perkataan sang suster, “Airen Eugerania. A—I—R—E—N—E—U—G—E—R—A—N—I—A. Coba cek kembali, suster.” Mengeja satu persatu nama sang majikan, Lenka mengucapkannya dengan penuh penekanan.

Melakukan kembali apa yang diminta Lenka, sang suster kembali tidak menemukan nama Airen disana.

“Maaf, Bu. Pasien yang Ibu cari memang tidak pernah dirawat disini.” Ujar sang suster berbicara sesopan mungkin kepada Lenka.

Lenka tersenyum getir. Merendahkan nada bicaranya, dia juga menundukkan pandangan. “Terimakasih, Suster. Maaf sudah meneriakimu, Nyonya Airen mungkin sudah di rumah sekarang.” Ujar Lenka lirih, perempuan itu cukup menyesal karena sudah membentak petugas resepsionis itu tadi.

Berbalik badan, Lenka mengayunkan langkah meninggalkan rumah sakit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!