Pria Si Baik Hati?

Selesai mengemasi beberapa keperluan yang akan Lenka bawa ke rumah Airen, dirinya mengambil bakul rotan yang berisi buah persik. Buah yang baru ia petik dari halaman rumahnya subuh tadi akan ia bawa sebagai buah tangan untuk Airen.

Ya, mulai hari ini ia akan bekerja sebagai pelayan disana. Dari pagi hingga menjelang sore, Lenka akan menghabiskan waktunya di rumah Airen. Bersama tas ransel yang sudah tersampir di pundak perempuan itu, dia melangkahkan kaki meninggalkan kediamannya.

Setelah menempuh perjalanan kira-kira duapuluh menit lamanya dengan menggunakan bus Kota, Lenka tiba di sebuah kawasan perumahan elit milik sang majikan. Menyisiri jalan beralas paving block, Lenka mengedarkan pandangan mencari keberadaan rumah Airen. Sampai suara gonggongan seekor doggy membuyarkan fokus perempuan itu.

Menoleh kebelakang, Lenka berteriak histeris sebab hewan tersebut hendak mengejar dirinya.

“Tolong!!!” Seru Lenka, sambil berlari tak karuan.

“Auhh.” Sial bagi perempuan itu, dia tersandung batu hingga membuat buah persik yang berada di dalam bakul berhambur keluar.

“Oh God, persikku.” Lirih Lenka menatap buah tersebut menggelinding jauh di jalan. Tak ingin membuang waktu, perempuan itu kembali berlari mengejar persik yang semakin jauh dari jangkauannya.

Tanpa Lenka sadari, sepasang mata sedang menatap ke arah dirinya.

“Tetap awasi disana. Beritahu aku segera jika kau melihatnya.” Ujar seorang pria melalui sambungan telepon yang baru saja ia akhiri. Membuka jas yang ia kenakan, pria tersebut keluar dengan buru-buru dari dalam mobil miliknya.

Menggunakan jas tersebut untuk menahan buah persik yang tergelincir ke arahnya, pria itu menaikkan sudut bibirnya saat melihat langkah kaki Lenka berhenti dan perempuan itu segera berjongkok tepat di hadapannya. Tampak Lenka menghapus peluh di dahi putihnya, dia cukup lelah berlari.

“Terimakasih, Tuan.” Ujar Lenka tersenyum ramah kepada pria itu sambil memungut satu persatu buah persik yang tak lagi menggelinding. Menaruh buah persik itu di lipatan baju yang ia pakai, perut Lenka kini menggembul dipenuhi buah berwarna merah muda itu, sebab bakul yang ia bawa tadi sudah tertinggal jauh di belakang.

“Kau terluka.” Nada khawatir terdengar jelas dari suara pria itu saat melihat lutut Lenka berdarah dan pergelangan tangan perempuan itu tergores cukup parah.

“Aku baik-baik saja.” Ujar Lenka, dia segera berdiri setelah selesai memungut seluruh buah tangan yang akan ia berikan kepada Airen.

Mengibaskan jas yang ia gunakan untuk menahan buah persik tadi, pria itu kembali mengenakannya. Dia hendak masuk ke dalam mobil untuk mengambil kotak P3K, namun Lenka menahan langkah pria itu.

“Kau mau kemana, Tuan?” Tanya Lenka, sebab ia ingin mengucapkan ‘terimakasih’ sekali lagi kepada pria baik hati itu.

“Aku akan mengobati lukamu.” Ujarnya.

“Ti—tidak perlu, Tuan. Aku bisa melakukannya nanti,” menolak niat baik pria itu, Lenka justru mengeluarkan tiga buah persik dari lipatan bajunya.

“Ini untukmu, Tuan. Sekali lagi, terimakasih sudah menolongku.” Ujar Lenka sambil menyodorkan buah tersebut ke tangan pria itu.

Menerima buah pemberian Lenka dengan senang hati, pria itu mengulum senyum manakala kulit tangan mereka saling bersentuhan.

“Aku Piero Ackerley, panggil aku Ero. Bisa kutahu namamu, Nona?” Tanya pria itu ramah.

“Namaku Lenka Lainovacka, Tu— Ehm maksudku Ero, kau bisa memanggilku Lenka.” Jawab Lenka.

“Kau mau kemana dengan buah persik ini, Lenka?” Kembali Piero bertanya. Dari tampilan Lenka, dia bisa memastikan jika perempuan itu bukan salah satu pemilik perumahan elit di sana.

“Aku mau ke rumah majikanku,” mengeluarkan kartu nama berisikan alamat Airen dari saku celananya, Lenka mengangkat benda tipis itu di hadapan Piero. “Ini— no 37B. Aku pelayan baru disana, persik ini sengaja kupetik sebagai buah tangan untuk beliau.” Jelas Lenka pada Piero, tak ada sedikitpun rasa malu di benak perempuan itu untuk mengakui jika dirinya adalah seorang pelayan pada pria yang baru dikenalnya itu.

Manik Piero membeliak, dia cukup terkejut mendengar alamat yang ingin dituju Lenka. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada perempuan di hadapannya itu, namun Piero urungkan manakala maniknya menangkap bayangan mobil hitam di ujung jalan sana.

“Kau sudah terlalu jauh berlari tadi, rumah yang kau tuju tepat di sebelahmu, Lenka.” Ujar Piero mengarahkan pandangan ke rumah mewah tersebut.

Membalik badan ke kiri, Lenka dapat membaca dengan jelas nomor rumah yang tertempel di pagar beton itu—37B.

“Astaga aku tidak menyadarinya. Sekali lagi terimakasih Ero. Aku permisi dulu.” Ujar Lenka setengah membungkuk.

“Baiklah Lenka, senang bertemu denganmu. Terimakasih juga untuk buah persikmu, akan kumakan saat di rumah.” Mengangkat satu tangan yang menggenggam buah persik sebatas dada, Piero melambaikan tangan yang satunya lagi sebagai perpisahan pada Lenka yang kini berjalan mendekati rumah mewah itu.

Setelah menekan bel yang berada di luar rumah, seorang security membukakan gerbang untuk Lenka dan mempersilahkan perempuan itu masuk. Menatap Piero yang masih berdiri di tempat semula, Lenka tersenyum dan kembali menunduk pada pria itu sebagai isyarat jika ia akan masuk ke dalam.

Piero mengangguk dan turut menyunggingkan senyum pada Lenka, sampai perempuan itu menghilang dari balik gerbang, barulah ia masuk ke dalam mobil.

“Dia bisa dimanfaatkan.” Ujar pria itu dengan wajah datar tanpa ekspresi. Menginjak pedal gas dengan sebelah kakinya, pria itu melajukan mobil dengan cukup kencang.

***

Seorang kepala pelayan menyambut Lenka di sana, dia membawa perempuan itu ke ruangan khusus pelayan untuk menjelaskan pekerjaan apa saja yang akan Lenka lakukan.

“Anda bekerja di bagian dapur dan juga taman. Di taman hanya terdapat bunga lily, pekerjaanmu cukup menyiramnya setiap pagi dan sore. Nyonya tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun namun beliau sangat tidak menyukai makanan manis, seperti buah persik yang Anda bawa ini. Ada yang ingin Anda tanyakan?” Tanya sang kepala pelayan, sambil ekor matanya menatap persik yang menyembul dari balik baju Lenka, dia sedikit terkejut melihat luka goresan di tangan perempuan itu.

“Tidak ada, Bu.” Jawab Lenka sopan pada wanita paruh baya itu. Dia sudah cukup mengerti dengan apa yang dikatakan sang kepala pelayan.

“Tanganmu kenapa, Lenka?” Kembali kepala pelayan itu bertanya.

“A—anu, tadi aku tersandung.” Jelas Lenka singkat.

“Kotak P3K ada di rak dekat ruang tamu, segera obati lukamu dan mulai bekerja setelahnya.” Ujar kepala pelayan itu.

“Baik, Bu.”

Berlalu ke arah ruang tamu, Lenka berjalan sedikit pincang sebab luka di lututnya mulai terasa sakit. Dia mendudukkan tubuhnya di atas sofa yang berada di sisi rak tempat penyimpanan kotak P3K. Membersihkan lukanya dengan cairan alkhohol, Lenka juga mengoleskan obat merah menggunakan ujung cotton bud.

Saat sedang asyik mengobati lukanya, Valir muncul dari balik pintu masuk. Mendapati Lenka yang menatap ke arahnya, Valir menghampiri perempuan itu.

“Tuan.” Sapa Lenka sambil dengan sigap berdiri, kemudian menunduk memberi hormat kepada calon kakak ipar majikannya.

“Apa yang terjadi, Lenka?” Tanya Valir heran melihat banyak luka di tangan dan kaki perempuan itu.

“Tadi aku tersandung batu, Tuan.” Ujar Lenka menundukkan pandangannya.

“Apa luka itu tidak mengganggu pekerjaanmu?” Valir memastikan, jika luka itu menghalangi Lenka bekerja maka perempuan itu bisa mengambil libur untuk beristirahat beberapa hari. Semalam Airen sudah menceritakan kepadanya jika Lenka memutuskan untuk berhenti kuliah dan memilih bekerja sebagai pelayan di rumah Airen.

“Tidak, Tuan. Saya baik-baik saja, luka ini tidak mengganggu pekerjaan saya.”

“Syukurlah, kalau begitu tolong hangatkan kembali champurrado ini. Berikan pada Airen di kamar. Katakan padanya aku tidak mampir karena ada rapat penting di kantor perkebunan.” Ujar Valir sambil menyerahkan bubur khas Meksiko itu kepada Lenka.

“Baik, Tuan.” Lenka menerima bubur dari tangan Valir. Pria itu segera pergi meninggalkan kediaman sang calon adik ipar yang beberapa saat tadi memintanya membelikan bubur bercita rasa manis itu.

“Champurrado—bukannya Nyonya tidak menyukai makanan manis?” Batin Lenka dalam hati.

Terpopuler

Comments

marrydiana

marrydiana

mampir thor, semangat updatenya🔥
mampir juga di karya aku ya😄

2024-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!