Gilang tersenyum dan duduk di kursinya kembali, ingatannya kembali saat bertemu Kinan untuk pertama kalinya. Wajah yang imut, serta tingkah Kinan yang tanpa ragu-ragu membuatnya terkesan saat pertama kali bertemu.
"Sepertinya menarik, aku ingin melihat penderitaan wanita sia*lan itu!" Pekik Gilang, dia berencana akan hidup bahagia dan membuat mantannya itu iri setengah mati.
"T-tapi, sepertinya Kinan bukan orang yang mudah untuk di hadapi." Ucap Bayu berusaha menjelaskan identitas Kinan.
"Kalo mudah gak akan menarik dong, beri tahu kedua orang tua ku. Aku akan membatalkan pernikahan ini!" Gilang menyeringai.
.
.
.
Dua minggu kemudian
"Kak, kakak bawa banyak banget oleh-olehnya." Komentar Yuhou saat melihat tas Kinan yang penuh dengan banyak pernak-pernik.
"Buat Bibi dan Eyang, kangen banget sama mereka aku hihihi." Tawa Kinan, dia begitu merindukan sosok wanita tua yang merupakan sahabat dari Neneknya yang sudah tiada.
"Gabungnya sama nenek-nenek tapi sendirinya gak mikir kalo udah kaya nenek, dasar Neli!" Umpat Yuhou, Kinan menatap tajam ke arah keponakannya itu.
"Apa kamu bilang hem?" Kinan meremas tinjunya, Yuhou bergidik dan langsung kabur.
"Neli! dasar nenek lincah!" Ejek lagi Yuhou berlari menuju ke luar Bandara, Kinan juga sama berlari dengan menyeret dua kopernya.
Yuhou berdiri di tepi jalan untuk memesan taxi, Kinan juga datang dan menggeplak kepala bagain belakang milik Yuhou.
"Kinan?" Seseorang nampak menatap Yuhou dan Kinan yang tengah bercanda, wajah Kinan dan Yuhou langsung serius.
"Apa kabar?" Kinan menyodorkan tangannya dengan wajah serius, Yuhou tak memperdulikannya. Kedekatan Kinan dengan pria merupakan berkah bagi Yuhou, namun dia juga sosok yang sangat tahu betul sikap Kinan. Bila dia bilang rekan bisnis maka hanya akan sebatas itu, tidak pernah ada yang lebih.
"Baik, kamu sendiri?" Tanya Gilang menjabat tangan Kinan, Kinan tersenyum ramah.
"Saya juga baik, bukankah anda akan segera menikah?" Tanya Kinan melihat tampilan Gilang yang cerah seperti fajar di pagi hari.
"Tentu saja, bukankah semua manusia juga akan menikah? Yuhou kan? Apa kabar?" Tanya Gilang mengulurkan tangannya pada Yuhou.
"Baik, ada apa menyapa kami? Bukankah urusan bisnis dengan Kakak sudah selesai ya?" Yuhou langsung menggertak, melihat gelagat tidak waras dari Gilang. Yuhou agaknya sudah tahu maksud di baliknya sebagai seorang pria.
"Memang sudah, sebagai kenalan bukankah tidak baik bila tidak menyapa?" Tanya balik Gilang, Yuhou mengangkat bahunya seolah tidak perduli.
"Bila tahu yang tidak baik, maka kondisikan mata mu itu! Aku benci kakak ku di tatap dengan menjijikan seperti itu!" Pekik Yuhou, Gilang terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
"Mata ku memang seperti ini Yuhou, bila-pun aku terpesona dengan wanita cantik, bukankah itu hal wajar sebagai seorang pria normal?" Gilang dengan blak-blakan mengutarakan rasa ketertarikannya.
"Tidak wajar paman, kau sudah akan beristri. Pria yang menatap wanita lain selain istrinya dengan tatapan menjijikan seperti itu di sebut b*ajing*an!" Yuhou tersenyum sinis dan menarik lengan Kinan untuk memesan taxi sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bandara.
"Tadi itu berbahaya sekali loh Yu, kamu gak takut terlibat masalah apa?" Kinan menggelengkan kepalanya. Yuhou nampak tak perduli dan memilih menyumpal telinganya dengan earphone.
.
.
.
"Assalamualaikum?" Kinan mengucap salam ke depan sebuah gerbang sederhana bergaya antik khas keraton sunda.
"Na saha itu Mang Udin?" Tanya seorang wanita yang tengah merapikan bonsai di belakang rumah.
"Kin bade di tingal heula," Udin yang merupakan salah satu penjaga keraton itu ke luar dan berjalan menuju gerbang.
"Ya allah gusti, Bu ini Neng Kinan dongkap!" Teriak Udin dengan hebohnya, mendengar teriakan Udin yang sudah mampu menggetarkan seluruh Keraton. Semua orang di Keraton itu berlari menuju ke arah depan.
"Ya allah Kinan?" Wanita paruh baya keluar dan langsung memeluk Kinan dengan bahagia, dia juga memeluk Yuhou dengan berlinang air mata.
"Apa kabar? Ayo masuk!" Ucap wanita paruh baya itu, Kinan dan Yuhou pada akhirnya masuk dan tak merasakan canggung lagi.
"Eyang Putri di mana Bu, aku kangen banget nih! Bahkan aku belum sempet ke rumah karena pengen ketemu sama Eyang." Ucap Kinan yang tak melihat keberadaan wanita yang sudah berusia satu abad itu.
"Eyang sakit, beliau ada di kamarnya. Minum dulu teh ini Neng." Kinan mengangguk, dia meminum teh yang sudah di sajikan.
"Di mana Kinan?" Suara wanita tua terdengar lirih, Kinan menangkap suara itu dengan baik dan melihat sosok wanita yang berada di atas kursi roda.
"Eyang?" Kinan berlari dan langsung duduk bersimpuh seraya memeluk Eyang putri, bersamaan dengan itu seorang pria turun dengan setelan jas di tubuhnya.
"Eyang apa kabar? Kok sakit si?" Kinan menangis tersedu-sedu, Yuhou juga berjalan menuju Eyang Putri berada dan memeluk wanita tua itu.
"Kinan dan Yuhou sudah besar ya? Eyang sudah tua, pantas bila sakit Kinan." Eyang putri mengelus Yuhou dan Kinan dengan senyum tua nya.
"Kinan ada di sini?" Pria bersetelan jas menyapa Kinan yang tengah menangis, pria itu adalah suami dari Ibu Sani atau putra semata wayang dari Eyang Putri bernama Alfath.
"Ayah, apa kabar?" Kinan memeluk pria itu dan mengecup punggung tangannya. Alfath memang sangat menyayangi Kinan dan Yuhou layaknya anaknya sendiri. Selain karena persahabatannya dengan kedua orang tua Kinan yang baik, mereka juga memang dekat sejak Kinan kecil.
"Kinan gak berubah sama sekali, tapi Yuhou sekarang tinggi sekali ya? Bila tidak bersama dengan Kinan, mungkin Ayah akan melupakan kalian wajah mu loh." Ucap Alfath, Yuhou mengangguk dan berlari menuju ranselnya di dekat kursi.
"Ayah, aku beli sesuatu buat Ayah." Yuhou mengeluarkan sebuah jam tangan super mewah yang memang sudah di siapkan Yuhou untuk hadiah.
Alfath tersenyum dan merangkul bahu Yuhou, Yuhou di bawa ke bagian belakang kediaman itu. Sesama pria, Yuhou dan Alfath memang terkesan sangat nyambung. Selain selera mereka yang hampir sama, meski berbeda generasi tapi keduanya memiliki banyak kesamaan.
"Eyang udah minum obat?" Kinan duduk bersimpuh dengan kepala yang di letakan di pangkuan Eyang Putri.
"Eyang susah banget minum obat loh Nan, tapi kalo kamu di sini kayanya Ibu punya kartu as sekarang." Bu Sani tersenyum jahil, Kinan masih menangis karena rindu.
"Kamu jangan nangis terus dong, Eyang jadi sedih lihatnya. Kinan sudah makan belum?" Tanya Eyang Putri mengangkat wajah Kinan yang masih berlinang air mata.
"Assalamualaikum?" Suara salam terdengar dan pintu rumah itu kembali terbuka, sosok pria bertubuh tinggi masuk dan melihat kejadian yang tak pernah dia sangka sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
lily
jadi yg dipanggil ayah itu, bukan ayah Kinan kan melainkan temen dari ayah Kinan
eh bener nggak?
2024-03-22
1
Ani
siapa tuh???
2024-03-04
1
🦋⃟ℛ siti nurdiah🦋ᴬ∙ᴴ࿐🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
jangan" yg masuk kedalam rumah Gilang lagi......
2024-03-04
2