Bab 2. Gadis Unik

"Setiap orang memiliki kesempatan, saat ini jam makan siang. Biar kita bicarakan di lain waktu." Ucap Kinan memasuki kendaraan roda empatnya.

"Saya traktir," ucap Gilang cepat, Kinan kembali menghela nafas.

"Masuklah, saya tidak terbiasa makan di luar." Ucap Kinan memberikan jalan pada Gilang, Gilang pada akhirnya masuk ke dalam mobil tersebut dan di bawa pada sebuah apartemen sederhana.

"Dwi, mari makan bersama?" Ajak Kinan pada asistennya yang nampak sibuk menata kertas di tangannya.

"Maaf, saya ada janji dengan tim satu." Jawab Dwi memberikan kertas di tangannya pada Kinan, Kinan mengangguk. Dwi akhirnya memakai mobil yang semula dirinya kendarai dan kembali melesat.

Kinan melangkah menuju lift dan lantai 12 menjadi tujuannya, nomor 129 merupakan unit tempat tinggal Kinan.

"Silahkan masuk, apa anda memiliki riwayat alergi?" Tanya Kinan membuka pintu rumahnya dan menaruh kertas di tangannya pada sebuah laci yang tak jauh letaknya dari tempat penyimpanan sepatu.

"Tidak," jawab Gilang tanpa sadar dia malah menatap penuh kagum pada Kinan.

"Duduklah, hanya satu jam." Ucap Kinan menunjuk sebuah kursi rotan yang memiliki ukiran sangat unik.

Kinan memasak dengan sangat fokus, dari tempat Gilang berada dia dapat melihat bagaimana kelihaian Kinan yang membuatnya semakin takjub. Gilang sendiri memang sangat menyukai makanan rumahan, namun Kaila tak bisa memasak, dan Gilang sendiri tidak suka memaksa.

Tak ada foto atau sesuatu yang menunjukkan kepribadian Kinan di rumah itu, semuanya nampak menakjubkan dengan banyaknya pekerjaan. Jadwal yang nampak bertumpuk, perabotan yang sederhana namun unik sudah sangat mencirikan bila Kinan seniman luar biasa.

Kinan selesai memasak dan menghidangkannya dengan baik, Gilang menatap makanan yang tertata di atas meja. Tak ada satupun makanan perancis ataupun makanan barat, opor ayam, rendang iga sapi, nasi putih yang mengepul, lalapan dan juga sambal serta ikan goreng nampak tersaji indah.

"Saya tidak suka membicarakan pekerjaan saat sedang makan, mohon bersabar dulu. Selamat menikmati!" Ucap Kinan mulai mengambil piring dan nasi, Gilang menatap Kinan sekali lagi, rambutnya nampak jatuh dari telinga.

Gilang ingin sekali menyingkirkan rambut itu, namun tak bisa. Mereka rekan bisnis, maka Gilang harus ada dalam batasan tersebut.

Kinan nampak makan dengan lahap, tanpa sadar Gilang juga mengagumi masakan yang di buat Kinan. Rasanya sangat nikmat dan mengugah selera, selain masakan sang ibu rasanya Gilang tak pernah memakan makanan senikmat itu sebelumnya.

Tanpa sadar Gilang sudah menghabiskan dua piring nasi, keduanya akhirnya kenyang. Kinan nampak terbiasa merapikan bekas makannya dengan sangat lihai hingga tak ada celah bagi Gilang untuk membantu.

"Saya memiliki data pribadi mengenai Dila, apa anda tertarik?" Kinan menaruh dua lembar kertas di hadapan Gilang.

"Jangan salah faham, saya mendengar pembicaraan anda dari balik pintu saat saya datang." Ucap Kinan memotong rasa curiga Gilang terhadap dirinya.

"Itulah kenapa saya juga mengatakan bila lebih baik membatalkan pemilihan gaun pengantin, pernikahan sebaiknya batal saja bila tanpa prinsip yang jelas dan kesetiaan." Ucap lagi Kinan membuat perasaan Gilang seolah merasa tenang.

"Hubungan saya sudah 3 tahun, bukan perkara mudah untuk menyelesaikan hubungan itu dengan cepat." Ucap Gilang, rasa cintanya sekali lagi berusaha percaya pada Kaila.

"Hubungan setelah pernikahan adalah seumur hidup, apa anda mau seumur hidup di khianati?" Tanya balik Kinan, ucapan itu seolah menjadi pedang yang menusuk dada Gilang.

"Tak baik mendengarkan pembicaraan orang dari balik pintu, dan saya masih mau pesan gaun pengantin." Ucap lagi Gilang dengan tegas, Kinan hanya mengangkat bahu seolah tak perduli.

"Ini adalah disain yang saya buat, pilihlah yang sesuai. Dalam 2 bulan pengerjaan saya jamin hasilnya memuaskan, bahan dapat di pilih atau memilih dengan bahan terbaik atau sesuai keinginan anda." Kinan juga menyerahkan contoh bahan, Gilang nampak mengamati dengan teliti.

Ada yang bergaya moderen dan anggun serta klasik dan menawan, Gilang sudah menantikan hari itu sejak lama. Namun saat tiba waktunya, hati Gilang justru terasa tercabik-cabik.

"Saya tidak tahu apa Dila yang anda maksud adalah Dila yang saya kenal, namun melihat penolakan anda membuat saya merasa kecil." Ucap Kinan, Gilang menyipitkan matanya menatap dua disain gaun di tangannya.

"Aku ingin seperti yang ada di sana!" Gilang menunjuk sebuah gaun di balik lemari kaca, Kinan menghela nafas berat.

"Itu milik saya, saya yang akan pakai gaun itu." Gilang mengangguk mendengar pengakuan Kinan, wajah Kinan nampak masih sangat muda.

"Berapa usia anda?" Tanya Gilang, dia sama sekali tak ingin ikut campur urusan pribadi. Namun dia merasa kasihan saat melihat gadis belia akan menikah.

"Aku pulang!" Seorang pria masuk ke dalam rumah itu, senyum Kinan mengembang dan menyambutnya dengan hangat.

"Kemari, cepat makan siang! Kau bahkan akan lupa makan saat melihat pelajaran." Ucap Kinan membawa pria itu ke dapur, tanpa sengaja pria itu melihat Gilang hingga keduanya saling bersitatap.

"Siapa dia?" Tanya pria itu, pria itu sendiri bernama Yuhou Gilal Adiwinata.

"Dia rekan bisnis, cepat makan!" Kinan menghidangkan masakan yang dia buat yang memang sengaja di sisakan untuk Yuhou.

"Oh rekan bisnis, paman di sana! Jangan ganggu pacar ku ya?" Ucap Yuhou sedikit geli, Kinan terkekeh mendengar ocehan Yuhou.

"Hahah, kau melantur anak muda!" Kinan tertawa dan kembali duduk di hadapan Gilang.

"Kalian berdua nampaknya akan seger menikah juga?"

"Feet, uhuk! Uhuk!" Yuhou tersendat makanannya sendiri saat mendengar ucapan itu.

"Hei, sudah aku bilang untuk hati-hati bocah!" Kinan mengambilkan air untuk Yuhou, Yuhou hanya tertawa setelah menghabiskan air itu.

"Aku sudah bilang Kak, kamu bahkan seperti gadis seumuran ku tahu." Yuhou terkekeh, Kinan juga ikut tertawa dan kembali fokus pada Gilang.

"Jadi, bisakah anda menentukan yang mana?" Tanya Kinan lagi, Yuhou juga makan dengan lahap kemudian.

"Dia saudara mu ternyata, aku ingin gaun itu saja. Berapa harganya?" Gilang kembali menunjuk pada gaun di balik lemari kaca.

"Paman, biar aku peringatkan ya. Kinan ku tak akan pernah menjual gaun itu meski kau menukarnya dengan ginjal mu!" Ucap Yuhou hingga membuat Gilang menjadi semakin tertarik.

"Wah, aku jadi lebih ingin membelinya. Kita buka harga saja, bagaimana?" Gilang mulai tersenyum dan yakin akan mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Tuan, aku ingin berbisnis dengan keinginan hati saya, bila saya tak ingin menjualnya maka tidak akan saya jual. Bila anda tidak ada keinginan untuk memilih dari kedua gaun itu, pintu rumah saya terbuka agar anda segera pergi!" Ucap Kinan dengan wajah dinginnya, Yuhou sampai terkikik mendengar ucapan Kinan barusan.

"Hem, sayang sekali." Gilang berdiri dan mengambil satu disain, dia menyerahkan disain itu pada Kinan.

Terpopuler

Comments

SakhaNya

SakhaNya

Dila & Kaila itu orang sama atau bukan sih ..🤔🤔🤔

2024-03-09

1

🦋⃟ℛ siti nurdiah🦋ᴬ∙ᴴ࿐🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

🦋⃟ℛ siti nurdiah🦋ᴬ∙ᴴ࿐🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️

makin penasaran sama umur Kinan....

2024-03-03

1

vivinika ivanayanti

vivinika ivanayanti

lanjutkan kak ....🥰🥰🥰

2024-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!