Pertemuan Tak Terduga

"Sepertinya aku harus mencoba sedikit lebih dekat ke arah mereka agar bisa mendengarkan percakapan mereka," bisik Yiran pada dirinya sendiri.

Yiran segera berbalik dan betapa kagetnya ia saat mendapati bahwa dibelakangnya juga ada seorang pria yang mengenakan topeng hitam dan sedang bersembunyi seperti dirinya. Dari matanya terlihat pria tersebut sepertinya juga terkejut akan kehadiran Yiran.

Yiran hampir saja akan menjerit sebelum pria dihadapannya ini segera menutup mulutnya. Pria tersebut meletakkan jari telunjuk di bibirnya untuk memberi isyarat agar Yiran tidak bersuara.

Yiran terdiam dengan perasaan gugup. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa selain diikuti oleh dirinya, Ayahnya juga diikuti oleh seorang mata-mata.

Tuan Wan dan pria yang ditemuinya sepertinya sudah selesai membahas sesuatu. Melalui sudut matanya Yiran melihat Ayahnya dan pria tersebut sudah berdiri dan berjalan keluar dari ruangan.

Saat pintu sudah tertutup Yiran segera mendorong pria bertopeng di hadapannya ini lalu segera berbalik hendak melarikan diri. Namun gerakan Yiran kurang cepat.

Pria bertopeng itu segera menarik tangan Yiran dan mengunci tangan gadis muda tersebut.

Yiran menjerit kesakitan karena cengkraman kuat pria bertopeng itu, "lepaskan".

"Siapa kamu? Apa tujuanmu berada di sini" tanya pria itu.

"Aku rasa ini bukan urusanmu, bukankah kamu sendiri juga mata-mata. Aku bahkan tidak menanyakan hal itu pada kamu."

"Jawab saja pertanyaan ku."

Wan Yiran terdiam sambil berpikir. Saat menemukan ide Yiran segera melihat ke bawah lantai. Dengan gerakan cepat ia menginjak kuat kaki pria bertopeng tersebut hingga cengkraman pria itu pada tangannya terlepas.

Yiran mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri. Namun, pria bertopeng itu dengan cepat mengeluarkan sihir yang langsung menyerang punggung Yiran hingga gadis itu terjatuh. Kain yang menutupi wajah Yiran langsung terlepas dan terbang menjauh.

Pria tersebut segera bergerak cepat menarik tangan Yiran. Matanya sempat menatap terkejut saat melihat wajah Yiran yang sudah tidak tertutupi kain.

Yiran berusaha melepaskan cengkraman tangan pria bertopeng itu, namun pria tersebut malah bergerak memutar tubuhnya hingga Yiran berbalik membelakangi pria itu kemudian mengunci leher Yiran dengan lengannya.

"Sebenarnya apa tujuanmu mengikuti Tuan Wan?" tanya Pria bertopeng itu sekali lagi.

"Kenapa kamu masih saja memaksaku berbicara. Jika aku menanyakan hal yang sama apa kamu juga akan menjawabnya?"

"Jangan keras kepala."

Yiran berusaha mencari ide lain untuk meloloskan diri. Matanya melirik ke arah lengan pria tersebut yang berada di lehernya.

Dengan gerakan cepat Yiran segera menggigit lengan pria tersebut dengan sangat kuat. Rasa asin darah mulai terasa di lidah Yiran karena gigitannya yang kuat.

Merasa kaget dengan serangan mendadak dari Yiran membuat pria tersebut langsung melepaskan tangannya yang menahan Yiran.

Yiran tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera mengambil sebuah botol arak di dalam lemari dan melemparkannya pada pria bertopeng itu kemudian langsung melarikan diri.

Yiran langsung melompat keluar dari jendela dan berlari kencang menuju tembok belakang restoran teratai. Ia segera menggunakan sihir angin meringankan tubuh kemudian melayang melewati tembok tersebut.

Dibalik tembok terlihat Saji yang sedang berjongkok menunggu Yiran. Mendengar sebuah suara Saji segera berbalik dan menemukan Yiran.

"Nona, akhirnya anda kembali. Kereta kuda Tuan Besar sudah pergi dari restoran teratai ini," lapor Saji.

Yiran segera mengangguk walau masih terlihat sibuk mengontrol nafasnya karena kelelahan.

"Kita jangan berbicara disini, Ayo pergi."

Yiran segera meraih pergelangan tangan Saji dan membawa pelayannya itu pergi dari tempat tersebut.

...****...

Yiran sedang menatap wajahnya yang terpantul dari cermin yang berada di depannya saat ini. Dibelakangnya Saji sedang sibuk menyisir rambutnya.

Yiran dan Saji sudah tiba di kediaman keluarga Wan sekitar 20 menit yang lalu. Setelah tiba Yiran segera mandi dan mengganti gaunnya. Saat ini Yiran mengenakan sebuah gaun putih panjang dengan gambar sulaman bunga sakura berwarna kuning yang membalut indah tubuhnya.

"Nona, sebenarnya apa yang anda lakukan tadi? Anda benar-benar membuatku ketakutan setengah mati," keluh Saji sambil tangannya tetap sibuk menata rambut Yiran.

"Aku belum bisa mengatakan apapun padamu Saji saat ini. Tapi aku harap apapun yang kulakukan kedepannya kamu akan siap membantuku."

Saji mengangguk, "tentu saja aku akan selalu membantu anda nona. Hanya saja dulu anda tidak pernah melakukan hal ekstrem seperti ini, tentu saja aku terkejut."

Yiran tertawa geli mendengar penuturan Saji, "lalu apa kau tidak akan berani mengikuti ku untuk melakukan hal gila lain kedepannya?" tanya Yiran menggoda Saji.

"Selama hal itu tidak mengancam nyawa kita tentu saya siap membantu nona. Tapi setidaknya jangan melakukannya secara tiba-tiba."

"Baiklah Saji."

Saji sudah selesai menyisir rambut Yiran. Ia mengambil sebuah hiasan rambut berbentuk bunga teratai berwarna emas dari kotak perhiasan milik Yiran dan hendak memasangkannya ke rambut hitam panjang milik majikannya itu.

"Berhenti Saji," cegah Yiran, "aku tidak ingin memakai perhiasan emas."

Yiran segera melihat ke arah kotak perhiasan miliknya dan matanya tertuju pada sebuah hiasan kepala berbentuk bunga sakura berwarna pink kecil. Yiran menunjuk ke arah hiasan tersebut pada Saji.

"Aku ingin memakai itu."

Saji menatap bingung pada Yiran, "bukankah itu hiasan kepala yang paling jarang anda gunakan karena terlalu sederhana?" tanya Saji bingung.

"Aku baru menyadari terlalu mewah dan mencolok kadang tidak selalu bagus. Cepat pakaikan." Ucap Yiran sambil tersenyum.

Saji yang kebingungan tetap mengikuti perintah majikannya ini. Ia segera memakaikan Hiasan tersebut di rambut Yiran kemudian mengambil sepasang anting yang sudah satu set dengan hiasan kepala itu untuk dipakaikan pada Yiran.

Yiran tersenyum melihat penampilannya yang saat ini lebih sederhana jika dibandingkan dengan penampilan-penampilannya terdahulu.

"Ayo, aku ingin pergi ke perpustakaan milik ibuku," ucap Yiran sambil berdiri.

"Ke perpustakaan?" tanya Saji bingung. Setahunya ruangan yang tidak pernah dan tidak akan dikunjungi Yiran di kediaman keluarga Wan ini adalah perpustakaan.

Kenapa tiba-tiba majikannya ini mulai berubah?

"Ayo Saji." panggil Yiran yang sudah berada di depan pintu kamarnya.

Saji yang masih mematung karena rasa terkejut segera sadar dari lamunannya dan berjalan mendekati Yiran. Keduanya segera berjalan bersama keluar dari kamar Yiran menuju ke ruang perpustakaan milik Nyonya Wan.

Perjalanan menuju ruang perpustakaan harus melewati dapur dan ruang makan bagi para pelayan dan pekerja di kediaman keluarga Wan. Saat sedang berjalan Yiran sempat melihat beberapa pelayan yang berkerumun dan sedang saling bercanda gurau.

"Kau yakin tidak ada sisa makanan sama sekali?"

"Tentu saja, semua makanan sudah habis. Aku hanya meletakkan sisa-sisa makanan kita yang aku kumpulkan dalam satu mangkuk. Biarkan saja Nona Su Yimin dan pelayannya itu memakan makanan sisa kita," ucap salah seorang pelayan.

Perkataan pelayan tersebut disusul suara tawa pelayan lainnya.

Yiran segera menghentikan langkahnya saat mendengarkan pembicaraan para pelayan di kediamannya tersebut.

"Ada apa nona?" tanya Saji yang kebingungan karena Yiran yang tiba-tiba berhenti.

Tanpa menjawab pertanyaan Saji, Yiran segera berbalik dan berjalan menuju ruang makan bagi para pelayan. Ia melewati kerumunan para pelayan dan terus berjalan masuk ke dalam ruang makan.

Di dalam ruang makan Su Yimin bersama pelayan pribadinya yang bernama Yao terlihat sedang mengambil mangkuk berisi makanan sisa.

Saat Yimin mau memakan makanan sisa tersebut sebuah tangan tiba-tiba mendorong mangkuk yang ada di tangan Yimin hingga mangkuk tersebut terjatuh di lantai.

"Apa yang kamu lakukan Wan Yiran?" tanya Su Yimin sambil menatap Yiran terkejut.

Yiran yang merupakan pelaku yang menumpahkan mangkok di tangan Su Yimin tidak menjawab pertanyaan sepupunya tersebut. Ia malah berbalik menatap para pelayan yang sudah berbondong-bondong masuk ke ruang makan.

"Jika aku memberikan kalian makanan sisa untuk dimakan apakah kalian mau memakannya?" tanya Yiran dengan perasaan marah.

Semua pelayan yang ada di sana menunduk tidak berani menjawab.

Yiran menarik nafasnya sebentar berusaha mengontrol amarahnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mulai mengontrol sikapnya. Hal ini bukanlah kesalahan para pelayan di kediaman ini, mereka hanya melakukan apa yang selama ini Yiran lakukan yaitu memperlakukan Su Yimin dengan buruk.

Yiran segera berbalik menatap Su Yimin, "kenapa kamu masih memakan makanan itu? bukankah kamu tahu kalau itu hanyalah makanan sisa?" tanya Yiran.

Su Yimin menatap Yiran dengan wajah datar, "memangnya kenapa kalau itu makanan sisa Wan Yiran? Makanan basi sekalipun tetap akan ku makan. Perutku tetap butuh diisi untuk bertahan hidup" jawab Su Yimin.

Yiran terdiam tidak bisa membalas perkataan Su Yimin. Ia sama sekali tidak menduga sikapnya yang semena-mena ternyata begitu memberikan penderitaan pada Su Yimin. Setelah merasakan hidup menyedihkan di dalam mimpinya Yiran seperti bisa merasakan penderitaan Su Yimin saat ini.

Yiran segera menarik tangan Su Yimin dan menarik gadis itu keluar dari ruang makan tersebut. Saji serta Yao pelayan Su Yimin berjalan mengikuti keduanya.

Yiran membawa Su Yimin menuju sebuah ruangan yang ada di kediaman. Saat sampai Yiran langsung membawa Yimin untuk duduk di sebuah kursi depan sebuah meja kecil.

Yiran segera menatap Saji meminta pelayannya itu untuk menyuruh orang menyiapkan makanan. Hanya butuh waktu lima menit hingga para pelayan membawa makanan ke dalam ruangan tersebut dan meletakkannya di meja kecil depan Yimin.

"Makanlah," ucap Yiran pada Yimin.

"Kenapa kamu tiba-tiba bersikap baik padaku Wan Yiran? Apa kamu sedang bersandiwara saat ini dan berniat meracuniku?" tanya Yimin sambil menatapnya curiga.

Merasa lelah untuk menjelaskan, Yiran memilih duduk di kursi lain kemudian mengambil sebuah sumpit. Yiran mulai menyendok kan satu persatu lauk yang ada di atas meja dan memakannya.

Setelah mencoba lauk terakhir, Yiran langsung meletakkan sumpit dan menatap Yimin dengan pandangan datar.

"Apa kamu sudah yakin sekarang kalau makanan ini tidak beracun?"

Yimin hanya diam tidak menjawab.

Tanpa menunggu jawaban Yimin, Yiran segera berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut bersama Saji yang mengikutinya dari belakang.

"Kenapa tiba-tiba Nona Muda Wan menolong anda Nona?" tanya Yao pelayan Su Yimin setelah kepergian Yiran dan Saji.

"Aku juga tidak tahu Yao. Entahlah rencana apalagi yang akan dilakukannya untuk menyiksaku," jawab Yimin, "sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Kemarilah kita makan bersama, setidaknya kita harus mengisi perut kita".

Yao segera berjalan mendekati meja dan duduk di kursi yang ditempati Yiran tadi. Keduanya mulai menikmati makanan yang disiapkan Yiran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!