Dua hari kemudian Mela mendapatkan konfirmasi bukti transfer dari Anton.
Dan dia menyampaikan foto bukti bayar tersebut kepada Wak Atin.
Lalu dengan tatapan tajam dan dingin, Wak Atin memberikan uang 5 juta dalam bentuk tunai.
"Jadi kang nyewa kuh dudu wong kita ya? Wong cina tah?" tanya Pak Atin.
* tah\= kata tanya dalam bahasa Cirebon.
(\=Yang menyewa itu bukan orang kita yah? Orang Cina kah?)
"Sepertinya begitu Wak, Tapi orangnya tampak baik kok," jawab Mela.
"Hmmm," jawab wak Atin sambil berlalu.
Mela minta ijin untuk pergi ke sekolah Wahyu, dia hendak membayarkan uang untuk keperluan ujian dan kelulusan Wahyu.
Diapun naik ojek online. Perjalanan dari toko ke sekolah Wahyu sekitar setengah jam.
Setiba di sekolah Wahyu, dia langsung menuju bagian administrasi untuk penyelesaian semua keperluan untuk ujian dan
kelulusan Wahyu.
Setelah menerima kuitansi dari pihak sekolah, diapun menghubungi adiknya Rahman.
"Man, pai weru Mimi, bayaran Wahyu wes dibayari kabeh lunas ning aang,"kata Mela berbicara kepada adiknya melalui selularnya.
*Mimi \= panggilan kebanyakan untuk ibu dalam bahasa Jawa.
*Aang \= Sebutan Kakak untuk laki-laki maupun perempuan.
(\=Man, beritahu Mimi, pembayaran untuk Wahyu sudah dilunasi semua oleh kakak)
"Aih.. Ang Mela olih duwit sing endi? Nyili maning tah ning Wawak ?"tanya Rahman.
(\=Aih.. Kak Mela dapat uang darimana? Pinjam lagikah kepada Wawak)
"Dudu Man, aang olih rejeki. Wes pokoke pai weru ning mimi mengkonon bae ya".
(\=Bukan Man, kakak dapat rejeki. Sudah pokoknya beritahu Mimi seperti itu saja yah)
"Ya wis, kesuwun ang".
(\=Ya sudah, terima kasih kak)
Lalu Melapun kembali ke toko dengan menggunakan ojek online lagi.
Hatinya tenang sekali dia sudah membereskan uang pembayaran sekolah Wahyu sampai kelulusan nanti.
Sesampainya di toko kembali dia dengan rutinitas, melayani pembeli, memeriksa pembukuan, dan yang paling melelahkan apabila memeriksakan stock barang.
Beruntung partner kerjanya Mang Didi dan Japri selalu membantunya sehingga pekerjaannya tidak berantakan.
Jam 5 sore toko tutup, dan selesai sholat maghrib dia pergi lagi kuliah kelas karyawan.
Memang jadwal kuliahnya seharusnya dalam seminggu hanya 3 kali. Tapi sekarang Mela sudah mendekati semester akhir, jadi dia juga sering ke kampus mencari bahan untuk skripsi.
Namun Mela serasa tidak merasa lelah, dia menjalani semuanya dengan hati yang bahagia.
Dia hanya berpikir sederhana saja apapun kalau dibawa bahagia maka akan terasa ringan.
Dia sangat beruntung, dulu dokter Harsono menjual laptop bekasnya dengan harga murah. Jadi dia bisa membuat tugas dengan cukup mudah.
Hanya masalahnya kalau harus dikumpulkan dia harus ke rental komputer atau ke tukang cetak untuk mencetak tugasnya.
Untung didekat kampusnya ada, jadi dia cukup dipermudah.
Jarak toko dan kampus cukup jauh sekitar setengah jam, cukup dengan dia naik angkutan umum di depan toko lalu berhenti di dekat kampusnya.
Jadwal kuliah dari jam 19.00 sampai 21.00, dan dia bisa kembali ke rumah sekitar jam 22.00.
Untung di toko ada penjaga selain hansip keliling juga mang Solihin yang memang khusus dibayar untuk jaga malam.
"Nok, tembek balik kuliah tah?"tanya mang Solihin.
(\=Non,baru pulang kuliahkah)
"Iya mang".
"Ya wes jaga kesehatan, gage istirahat".
(\=Ya sudah jaga kesehatan mu, cepat istirahat)
" Ya mang, kesuwun".
(\=Ya mang terima kasih)
Hampir semua yang mengenal Mela pasti merasa iba kepadanya. Walaupun hampir semua orang tahu dia adalah keponakan Haji Darma, namun semua orang juga bisa menilai bagaimana perlakuan istrinya Haji Darma kepada Mela.
Setibanya di kamar masih banyak urusan Mela, yaitu mencuci pakaian dan menyetrika pakaiannya.
Setiap hari setelah mandi sore dia selalu merendam cucian pakaiannya. Dan setiap sepulangnya kuliah sambil membersihkan badan dia juga mencuci pakaiannya yang tentu saja cap tangan.
Setelah menjemur di depan kamarnya dia ambil Wudhu.
Lalu sholat isya, kemudian menyetrika baru sesudahnya bisa istirahat tidur.
Pagi jam 5.00 segera bangun, mandi ambil wudhu, sholat.
Kemudian dia menjerang air untuk menyeduh susu, kebetulan dia memang punya kompor sendiri. Susu merupakan ganjal perutnya untuk sarapan.
Lalu beranjak ke toko, menyapu dan bersih-bersih lainnya. Jika kebetulan Japri temannya datang lebih awal, itu keuntungan bagi dia karena bisa mengerjakan yang lain seperti input data atau mengecek nota.
Tiba-tiba dia ingat harus membuat surat perjanjian untuk penyewa paviliun. Kemarin ini penyewa itu minta untuk kantornya semacam surat perjanjian kontrak sewa menyewa.
Sekarang menurutnya ada peraturan baru sehingga harus ada minimal surat perjanjian sewa menyewa walau dalam bentuk sederhana sekalipun.
Bermodalkan contoh dari internet yang dia unduh dari kampusnya semalam, maka pagi ini dia membuatnya melalui komputer yang ada di toko.
Saat dia melihat foto KTP di selularnya dia cukup terkejut.
Nama Anton Wiharja yang tertera itu beragama Islam dan belum menikah.
Padahal kalau dihitung usianya sudah melebihi kepala tiga.
"Masa iya orang etnis tionghoa agama Islam,"batinnya.
Tapi ketika dia coba ingat-ingat lagi ibunya pak Anton saat kemarin datang juga memakai hijab.
Tapi kembali lagi entahlah urusan orang. Yang pasti orangnya sudah bayar, dia juga alhamdulillah sudah bisa menyelesaikan tantangan Wak Atin sehingga bisa mendapat uang untuk sekolah Wahyu.
Setelah selesai dia cetak dua lembar dan disimpan di laci mejanya.
Mela membuka toko sekitar pukul 07.00, dan pelanggan sudah ada yang datang sesaat setelah toko buka.
Mela melayani pembeli dengan ceria seperti biasa, juga melayani dan menerima pengantar barang dari pabrik atas pesanan dari tokonya.
Wiwit sepupunya anak pak Haji Darma, dia bertugas di kasir. Jarang dia melayani pembeli, kalau sampai melayanipun pasti tidak tahu harga dan akhirnya Mela lagi yang harus turun tangan.
Urusannya hanya pegang uang di kasir, mengambil uang pembayaran, lalu memberikan uang kembalian orang. Mencatat pemasukan atau pengeluaran atas karyawan yang minta uang transpor untuk antar barang atau lainnya.
Dia mencatat di buku kecil saja, sore hari dia hitung uang yang ada hari itu lalu setor ke ibunya, dan catatannya dia berikan kepada Mela untuk diinput di komputer.
Wiwit juga yang menelepon pabrikan untuk memesan persediaan barang dagangan di toko. Dan Mela harus benar dan jelas mencatat barang apa saja yang mau habis juga merek beserta tipe dan ukurannya untuk dipesan Wiwit. Karena Wiwit tugasnya hanya memesan, kalau salah pesanan tentu bukan salah Wiwit tapi yang salah tentunya Mela karena salah mencatat.
Apapun kalau ada salah antar pesanan atau salah datang barang pasti Mela selalu jadi sasaran.
Untuk itu Mela setiap harinya harus bekerja secerdas mungkin. Dia mencatat detail untuk pesanan yang akan dilakukan Wiwit agar nanti sepupunya tidak salah pesan.
Lalu dia juga belajar memahami tulisan tangan Wiwit karena saat input data nanti kalau tulisan Wiwit dirasa tak jelas dan dia bertanya, pasti ibunya Wiwit akan mengamuk badai.
Setiap hari selama 7 tahun seperti itu yang dilakukannya.
Ditambah wak Atin yang sejak awal selalu tak suka kepadanya, kadang dia merasa lelah hati.
Rasanya ingin keluar dari pekerjaannya ini, namun dipikir lagi untuk apa kalau nanti suatu saat keluar masih dengan menjadi pegawai toko di tempat lain.
Dia ingat perkataan dokter Harsono sahabatnya, buat apa kamu keluar kalau masih jadi pegawai toko juga, ayo kuliah biar minimal bisa kerja di kantoran kalau sudah mengantongi gelar nantinya.
Walaupun terseok-seok dia kuliah tapi dia terus jalani. Untung kampusnya memberi banyak keringanan dengan dia bisa mencicil pembayaran sebesar 500 rb per bulan.
Itu yang membuat dia penuh semangat dan harapan kelak lulus sarjana dan bisa segera keluar dari toko ini.
Sabar menjalani sambil ber Istighfar selalu saat melakukan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Imma Juhamzah
gak usah pake bahasa daerah Thor langsung aja pake bahasa Indonesia aja
2020-09-03
0