Paviliun yang dimaksud Wak Atin adalah yang terletak di sebelah halaman toko kami.
Letak berseberangan dengan toko hanya dipisahkan oleh jalan masuk dari pintu gerbang.
Toko ada di sayap kanan, dan paviliun ada di sayap kiri. Rumah tinggal Wak Haji Darma tepat dibelakang toko.
Dan kamar mungil Mela berada di belakang paviliun.
Namun kalau dari kamar Mela mau ke paviliun harus berputar dulu jalan ke depan. Karena tidak ada jalan tembus.
Berbeda dengan toko dan rumah Wak Haji ada jalan tembusnya yang menghubungkan rumah dan toko.
Halaman rumah besar sekali sekitar 800 meter persegi.
Sehingga di bagian belakang banyak stock barang berupa batu bata, genting, semen dan lain-lainnya, juga ada gudang besar.
Kalau Mela keluar kamarnya menuju toko harus menyeberang halaman tersebut.
Dan tidak ada penutup atas di antara kedua sayap bangunan, jadi kalau hujanpun Mela harus ke toko atau sebaliknya, sambil harus berhujan-hujanan.
Saking perhitungannya Wak Atin, di kamar mungilnya Mela ada alur listrik sendiri dengan sistem token, sehingga kalau pulsa token habis maka Mela harus isi pulsa token listrik sendiri.
Yah bisa dianggap mirip rumah kontrakan kecil, tapi tidak bayar. Semuanya serba sendiri bahkan pompa air pun sendiri.
Untung di paviliun juga ada sumur air jadi saluran air ke kamar mandi Mela itu berbagi jatah dengan paviliun.
Untuk makan Mela mendapat jatah 2 kali makan, siang dan malam.
Itupun menu berbeda dengan keluarga Uwaknya.
Jarang bertemu dengan yang namanya ayam goreng, paling mewah telur balado. Selain itu pertemuan di piring setiap hari tidak jauh dari tahu, tempe dan kangkung atau bayam.
Makanya Mela dulu ikut cicilan kompor gas kecil untuk masak mie instan sendiri bila dirinya lapar.
Mela memandang paviliun yang ada di halaman seberang toko lalu masuk ke halamannya.
Di depan paviliun ini ada halaman yang bisa digunakan sebagai tempat parkir bila penyewa nanti membawa kendaraan.
Lalu Mela mengeluarkan kunci dan membuka pintu depan. Langsung tercium hawa lama tidak ditempati.
Memang terakhir yang menyewa adalah seorang dokter dari kota Jakarta yang ditugaskan di puskesmas dekat sini.
Dan sekarang sudah hampir 3 bulan kosong karena dokter tersebut ditugaskan lagi ke kota lain.
Dulu beliau menempati paviliun ini selama hampir 3 tahun. Dan selama itu pula Mela dekat dengan dokter tadi.
Namanya dokter Harsono, orangnya baik dan kocak. Dia suka minta tolong kepada Mela misalkan malam hari kelaparan minta dibuatkan mie instan. (Padahal dokter loh tapi doyan mie instan...hihihi)
Atau kadang minta dibuatkan teh manis atau kopi.
Dan dokter Harsono inilah yang menyemangati Mela untuk kuliah lagi. Dia menyarankan ambil kelas karyawan, cari yang jadwalnya tidak menggangu jam kerja.
Setelah ditimbang-timbang maka Mela setuju, dan dokter Harsono pula yang membantu mencarikan kampus yang tepat untuknya.
Melihat kedekatan mereka dulu, jelas membuat Wak Atin sangat iri hati. Dipikirnya Mela menutup kesempatan untuk Wiwit anaknya mendapatkan jodoh seorang dokter.
Padahal Mela sama sekali tidak ada hati kepada dokter Harsono, dia menganggapnya kakak sendiri. Begitupun dokter Harsono menganggapnya adik, dan Mela juga tahu dokter sudah punya tunangan.
Mela memeriksa setiap sudut paviliun itu. Sebuah rumah kecil ukuran 45 meter persegi, ruang tamu kecil, ada 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur kecil.
Semuanya masih dalam keadaan baik tidak ada yang bocor, hanya mungkin harus di cat ulang.
Lalu Mela menyampaikan kepada Wak Atin perihal di cat ulang tersebut.
Dengan wajah dingin Wak Atin menjawab," Ya wes luru bae cet sisaan ning gudang. Di enggo bae kuwen kang ana, engko jaluk tulung ning Mang Didi kang ngecete".
(\=Ya sudah cari saja cat sisa di gudang. Pakai saja itu, nanti minta tolong Mang Didi yang mengecat nya)
"Inggih Wak, mengkine kangge ongkose Mang Didi e pripun?"tanya Mela.
(\=Baik Wak, maaf ongkos Mang Didinya bagaimana)
"Ya wes deweke bae kang bayar jeh. Masa a Wawak maning bae. Yong beli sepira iki. Menggawe cet mengkonon paling sedina pragat. Sira kuh arepan tak pai duwit tapi beli gelem rugi setitik bae gen".
(\=Ya sudah kamu yang bayar dong. Kan tidak seberapa ini. Kerja mengecat begitu paling sehari selesai. Kamu tuh mau dikasih uang tapi tidak mau rugi sedikit juga.)
Mela hanya bisa mengiyakan sambil hatinya terkadang luka. Cara bicara wak Atin tak pernah halus sekali saja kepadanya. Selalu ketus dan kasar.
Dia mencari sisa cat tembok di gudang belakang. Kebetulan ada beberapa cat tembok yang memang kalengnya rusak tidak layak dijual, selain itu juga memang ada sisa-sisa bekas dulu mengecat ulang rumah Wawak.
Mela juga memanggil Mang Didi pegawai toko dan beliau bersedia mengecat paviliun hari minggu nanti.
"Mang tapi warnanya tidak sama begini bagaimana yah?"tanya Mela.
"Wes nok kalem bae, mengko mamang sing ngatur warna e. Misal Kamare ijo daun, Kamar mandie biru, dapure emping. Setuju bli?"Mang Didi memberikan Mela saran sambil setengah bercanda.
*nok itu panggilan kepada anak gadis yang artinya nona atau non.
(\=sudah non tenang saja, nanti mamang yang mengatur warnanya. Misalkan kamarnya hijau daun, kamar mandi biru, dapurnya pink. Setuju tidak?)
"Ya wes nok tenang bae apa jare mamang sih, sing penting hasile apik nok".
(\=sudah non tenang saja kata mamang sih, yang penting bagus hasilnya non)
Melapun akhirnya setuju dengan ide Mang Didi, dan merekapun berjanjian hari minggu pagi nanti pengerjaannya.
Tepat di hari minggu pagi, mang Didi sudah datang lalu melihat ke dalam paviliun.
Kemudian dia mencoba mencari beberapa cat sisa yang warnanya hampir sama dengan sebelumnya.
Hampir seluruh ruangan dulunya di cat warna coklat muda, dan kebetulan cukup banyak dari kaleng penyok warna yang hampir serupa.
Akhirnya minggu malam menjelang isya selesai juga pengecatan paviliun tersebut.
Mela harus keluar uang dari kocek pribadinya sekitar 350 ribu rupiah untuk membayar upah, cemilan dan makannya siMang Didi.
Padahal bagi Mela uang sebesar itu sangat berarti sekali tapi demi mendapatkan 5 juta untuk keperluan adiknya, maka dia pun ikhlas dalam mengeluarkannya.
Lalu dia memasang pengumuman di depan pagar,
"Disewakan Paviliun beserta isi lengkap, hubungi toko sebelah".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Farul Ayang
kasihan banget kehidupan Mela
2020-09-04
0
🥀🥀Rasyid-Rahmani🥀🥀
ora paham aku🤣🤣
2020-08-24
1