“Arghhh!!! Kurang ajar! Sialllannn!!” teriak Izebel setelah mendengar pengakuan Vladimir bahwa semua aset pria itu adalah milik Venus.
Izebel memgira dengan menikahi seorang pria tua bernama Vladimir Bach, ia akan menjadi pewaris tunggal semua aset pria itu jika ia menyingkirkan Venus, tapi nyatanya?
“Arghhh siallannn!!!” teriak Izebel sekali lagi.
Ingin sekali rasanya ia menumpahkan segala kemarahannya dengan menghancurkan semua benda yang mampu ia jangkau. Namun, ia tak mau hal itu menjadi pertanyaan di benak para pelayan Mansion Bach.
“Ada apa, honey?” bisik Edison di telinga Izebel. Pria itu dengan mudahnya masuk ke dalam kamar tidur Vladimir dan Izebel, tentu saja setelah melihat ke kiri dan ke kanan agar tak ada yang mencurigainya.
“Ed!” Izebel yang sedang kesal pun kaget karena tak menyadari bahwa Edison masuk ke dalam kamar tidurnya.
“Ada apa, hmm? Apa ada sesuatu mengganggu pikiranmu?” tanya Edison sambil menciummi leher Izebel, membuat wanita itu seketika mengeluarkan dessahannya.
“Eddd …,” dessah Izebel. Ia memang tak bisa menolak sentuhan yang diberikan oleh Edison, apalagi baginta Edison lebih perkasa dan bisa memuaskannya dibandingkan Vladimir.
“Kamu menyukainya kan, honey. Aku akan memuasskanmu,” Edison langsung menggendong Izebel lalu membaringkan wanita itu di atas tempat tidur. Ia tak peduli jika tempat tidur itu adalah milik majikannya, karena ia sudah melakukannya beberapa kali.
Izebel terus mendessah dan meneriakkan nama Edison. Penyatuan keduanya begitu panas hingga tak menyadari seseorang tengah mengintip dari balik pintu.
***
Venus sampai di sebuah Mansion besar, jauh lebih besar daripada Mansion Smith milik Ryu. Ia menggendong Kazuo dan seorang supir membantunya membawa barang-barang miliknya dan Kazuo.
Salah seorang membantu mengantar Venus ke kamar yang akan ditempati oleh Kazuo. Jessica sudah berpesan pada mereka sebelumnya karena Vanilla juga akan tinggal di sana setelah melahirkan.
Venus tak memperhatikan sekeliling, bahkan saat keluar dari Mansion Ryu tadi, ia lebih banyak menundukkan kepalanya. Ia takut ada yang mengenalinya dan membawanya kembali ke Mansion Bach. Ia tak mau kembali ke sana, tidak mau!
“Nanny akan membuatkan susu untukmu ya, Zu,” Kamar tidur yang dipersiapkan untuk Kazuo sangatlah lengkap. Ada rak khusus di mana Venus bisa membuat susu tanpa harus keluar dari kamar, bahkan ada area permainan di dalam kamar tersebut. Lagi dan lagi, Venus tersenyum menatap Kazuo.
“Nanny juga pasti dulu sangat beruntung karena memiliki Mommy Maria, tapi semua itu lenyap,” gumam Venus sembari menghela nafasnya.
Hingga malam tiba, Venus terus berada di dalam kamar tidur Kazuo. Ia lebih suka berada di dalam sana, sepi dan sendiri. Ia merebahkan Kazuo di tempat tidur, kemudian membuka pintu balkon kamar tidur Kazuo.
Venus memejamkan matanya dan membiarkan angin malam menera wajah dan membuat rambutnya terurai. Ia menatap langit malam yang penuh dengan bintang.
Sepertinya langit begitu cerah malam ini. Mom, apa Mommy melihatku dari atas sana? Apa Mommy tak rindu padaku? Ajak aku ke atas sana, Mom. Aku ingin bersamamu. - batin Venus.
Ketika udara semakin dingin, Venus pun masuk ke dalam. Ia membersihkan diri dan akhirnya tidur di sofa, tak jauh dari tempat tidur Kazuo.
***
Suasana ruang perawatan Vanilla begitu penuh dengan kebahagiaan. Seluruh keluarga berkumpul di sana untuk menyambut kepulangan Vanilla dan si kembar ke Mansion utama Keluarga Smith.
“Zuo?” tanya Vanilla.
“Zuo sudah di mansion sejak kemarin,” jawab Ryu.
Vanilla tersenyum ketika Ryu membantunya berdiri lalu duduk di sebuah kursi roda. Ryu tak membiarkan Vanilla berdiri terlalu lama karena istrinya itu baru saja menjalani operasi dan ia tak ingin hal buruk terjadi.
Sementara itu, Redley sedang menggendong salah satu bayi kembar kakaknya. Beberapa kali ia tersenyum sembari memainkan jari jemari Kirei, keponakan cantiknya.
“Red, berikan Kirei pada Mommy,” kata Jessica.
“Mommy gendong Kenzo saja, biar Kirei denganku,” kata Red yang terus menggendong Kirei posesif.
“Ck … anak ini,” Axel langsung meraih Kirei yang berada dalam gendongan Red. Jika sudah Dad Axel yang turun tangan, maka Red tak berani membantah lagi.
“Buatlah sendiri, Red,” goda Ryu sambil tertawa kecil.
“Sayang …,” Vanilla memegang lengan Ryu agar tak menggoda adik mereka itu.
“Hushhh, dia baru lulus, harus membantu Dad di perusahaan dulu. Tidak boleh langsung menikah, masih kecil,” sahut Axel.
“Anak kecil yang sudah bisa memproduksi anak kecil, bukan begitu Red?” goda Ryu sekali lagi dan sontak membuat Red berdecak, pasalnya ia masih menunggu gadis pujaan hatinya yang pergi ntah ke mana.
“Kita pulang ke Mansion utama sekarang,” ajak Axel pada seluruh anggota keluarganya.
“Aku tidak, Dad,” ujar Ryu.
Axel menautkan kedua alisnya. Lagi-lagi putranya itu tak kembali ke mansion dan lebih senang berada di apartemen kecil miliknya.
“Kamu mau ke apartemen lagi?” tanya Axel.
“Ya, ada beberapa hal yang harus kuselesaikan sebelum bergabung bersama Dad di perusahaan,” jawab Redley.
Mendengar Redley akan segera bergabung dengan Perusahaan Smith, tentu saja Axel merasa senang. Tanpa ia sadari bahwa saat ini ia sedang diperdaya oleh putra bungsunya itu.
Ya, Red sengaja mengatakan bahwa ia akan membantu Axel di perusahaan agar Daddynya itu tak bertanya lagi terlalu jauh.
“Baiklah, cepat selesaikan! Dad akan mempersiapkan semua untukmu di perusahaan,” ujar Axel bersemangat.
Ryu dan Vanilla hanya bisa menggelengkan kepala melihat Axel yang begitu bersemangat. Namun, mereka juga turut senang jika Redley akhirnya mengambil keputusan untuk membantu di Perusahaan Smith yang semakin hari semakin besar, dengan anak perusahaan di mana-mana.
***
Redley tak langsung pergi ke apartemen, ia memilih pergi ke sebuah toko roti yang tak jauh dari rumah sakit. Setelahnya, ia pergi menuju panti asuhan di mana ia biasa bermain bersama anak-anak di sana.
Setidaknya, ia bisa mengingat terus seseorang di sana, sekaligus bermain untuk melepas penatnya. Jika ia sudah berada di Perusahaan Smith, tentu waktunya tak akan sebebas sekarang.
“Kapan aku bisa bertemu denganmu lagi?” gumam Redley.
“Siapa yang kamu tunggu, Tuan Red?” tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan pemilik panti tersebut.
“Aunty! Sudah kukatakan jangan memanggilku dengan sebutan Tuan,” Red berdecak kesal, tapi tentu saja ia hanya pura-pura marah.
Joyce tersenyum melihat Red lalu kembali bertanya, “siapa yang sebenarnya kamu tunggu, Red?”
“Aku bertemu dengannya di sini, sekitar tiga tahun yang lalu.”
“Mengapa tidak langsung mengajaknya berkenalan? jangan katakan bahwa kamu malu?” tanya Joyce tersenyum.
“Tentu saja aku malu, Aunty. Aku bukan siapa-siapa, tak berani mengajaknya berkenalan. Namun siapa yang menyangka bahwa kini aku tak pernah melihatnya lagi.”
“Aunty mungkin bisa membantumu, Red. Bagaimana ciri-cirinya?”
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
LISA
Pasti Venus
2024-04-14
1
Ayu Kerti
spa kah?
2024-03-07
2
Fitri Prasetyo
dia ada di mansion Red.. makanya cepetan pulang, biar ketemu.. 🤭🤭😂
2024-03-05
3