Langit sudah gelap dan semua penghuni Mansion Bach telah terlelap. Inilah kesempatan yang ditunggu oleh Venus. Ia akan pergi dari Mansion itu, meninggalkan semuanya, meninggalkan kehidupannya. Ia harus berdiri di atas kakinya sendiri mulai saat ini.
Venus keluar dari Mansion melalui pintu belakang, pintu yang biasa digunakan oleh para pelayan untuk keluar masuk Mansion.
“Dad, aku pergi. Aku berharap Dad akan bahagia tanpa adanya diriku. Dad sudah memiliki Aunty Izebel, Dad tak lagi membutuhkanku,” gumam Venus sebelum ia berlalu dari Mansion yang ia tempati sejak kecil.
Venus berjalan menyusuri kompleks tempat tinggalnya. Sepi dan sunyi, apalagi jarak antara mansion satu ke mansion lainnya sedikit jauh, membuatnya harus melewati taman-taman yang sunyi.
Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ada rasa takut di dalam dirinya, takut bila ia bertemu dengan penjahat, yang akan menyakitinya dan merampas harta bendanya. Meskipun tak membawa banyak, tapi hanya itulah yang ia miliki saat ini.
“Mom …,” gumam Venus sambil memegang erat tas kecil miliknya selain tas ransel di punggungnya.
Perasaan Venus begitu kacau, langkahnya pun tak tentu karena ia belum tahu akan pergi ke mana.
Srekkk kresekkk …
Mendengar suara yang ia yakini bukan berasal darinya, Venus langsung mengambil langkah seribu. Ia berlari ke arah depan kompleks perumahan itu tanpa melihat ke belakang.
***
Brakkk
Ryu menggebrak meja dengan kencang ketika babysitter putranya itu untuk kesekian kalinya membuat Kazuo terluka.
“Apa saja kerjamu hah?!” teriak Ryu, membuat babysitter Ryu langsung mundur dan menundukkan kepalanya karena takut dengan amarah Ryu.
“Sayang,” Vanilla yang masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu pun langsung mendekat. Dengan perutnya yang sudah membuncit karena sudah mencapai usia kandungan tujuh bulan, Vanilla melebarkan langkahnya agar bisa segera sampai di dekat Ryu.
“Honey,” suara Ryu langsung berubah lembut ketika berbicara dengan Vanilla.
“Keluar kamu! Dan segera bereskan pakaianmu!” tanpa melihat kembali ke arah babysitter putranya, Ryu memecatnya.
Babysitter itu pun langsung keluar. Ia mengakui jika ia bersalah. Ia hanya fokus memegang ponselnya dan berselancar di media sosial, hingga tak melihat Kazuo yang menaiki ayunan di taman belakang. Putra majikannya itu pun jatuh hingga dahinya terluka.
“Sayang, tenanglah,” Vanilla mengusap lembut dadda Ryu untuk menenangkan suaminya itu. Ryu memang tak pernah mentolerir kesalahan para babysitter putranya, apalagi hingga menyebabkan putranya itu terluka.
“Jangan memintaku untuk memaafkannya. Aku tak akan menerimanya kembali bekerja di sini, bahkan aku akan membuatnya tak bisa diterima bekerja di mana pun,” ungkap Ryu yang masih saja dendam pada babysitter putranya itu.
“Tidak, sayang. Aku tak akan memintamu mempertahankannya. Namun, jangan marah-marah. Kita tidak tahu apakah seseorang yang kita marahi itu akan sakit hati atau tidak. Aku tidak ingin sampai terjadi apapun padamu jika mereka nekat melakukan hal yang buruk,” kata Vanilla.
Ryu menghela nafasnya dalam kemudian kembali duduk di kursi kerjanya. Ia menarik tangan Vanilla lalu mendudukkannya di pangkuannya.
“Kamu juga jangan terlalu baik pada siapapun. Aku tak mau mereka mengambil keuntungan dari sikapmu itu,” pesan Ryu.
“Aku tahu,” Vanilla menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah itu, mereka kembali ke kamar karena hari sudah larut.
***
“Apa?! Kamu memecat babysitter Kazuo lagi?” Jessica menghela nafas panjang ketika mendengar untuk kesekian kalinya, Ryu memecat babysitter Kazuo.
“Ya mau bagaimana lagi, Mom. Ia membuat Kazuo terluka dan aku tidak mentolerir itu,” kata Ryu.
“Kalau begitu, bawalah Kazuo ke sini, biar Mommy yang menjaganya sementara waktu. Mommy tak ingin Vanilla kelelahan menjaga Kazuo, apalagi usia kandungannya sudah mencapai trimester ketiga,” kata Jessica.
“Aku akan membicarakannya dengan Vanilla terlebih dahulu, Mom.”
Setelahnya, Ryu pun pergi ke Perusahaan Smith, sementara Jessica berencana akan pergi ke supermarket karena buah-buahan yang ada di lemari pendingin sudah hampir habis.
Di dalam mobil,
“Bob, apa kamu punya kenalan seorang babysitter?” tanya Jessica pada supirnya.
“Tak ada, Nyonya. Mengapa tidak ambil di tempat biasa saja?” tanya Bob.
Jessica menghela nafasnya pelan, “Ryu kembali memecat babysitter-nya dan rasanya aku tidak enak jika mengambil dari sana lagi. Sudah berapa banyak babysitter yang diganti.”
“Perlahan saja, Nyonya. Mungkin nanti akan mendapatkan seseorang yang tepat.”
“Kamu benar, Bob. Kita pasti akan mendapatkn babysitter yang tepat untuk Zuo.”
Jessica pergi ke supermarket yang ada di salah satu pusat perbelanjaan. Ia turun di lobby lalu masuk ke dalam sementara supir pergi untuk mencari tempat parkir.
Setelah menyelesaikan acara belanjanya, Jessica menghubungi kembali supirnya agar menjemputnya di lobby. Ia kini berdiri sambil membawa satu tas belanja yang berisi buah-buahan.
Srettt
“Hei!!!” Jessica berteriak ketika tas miliknya ditarik aksa oleh seorang pria yang menggunakan masker dan topi.
Pria tersebut mengeluarkan sebuah pisau lipat dan Jessica kembali berteriak saat melihatnya. Petugas keamanan yang berjaga di sana, mencoba membantu, tapi saat melihat pisau lipat yang dipegang, ia sedikit mundur karena tak ingin terjadi hal yang buruk juga padanya.
Bughhh
Tiba-tiba saja pria itu merasakan sakit dan pusing di saat yang bersamaan.
Mati kamu! - batin Venus geram. Sejak keluar dari Mansion Bach, ia benci bahkan sangat benci saat melihat kekerasan di depan matanya.
Pria tersebut jatuh, begitu pula pisau lipat yang ia pegang. Petugas keamanan langsung mengambil pisau tersebut lalu meringkusnya. Pria tersebut dibawa ke pos keamanan terdekat untuk selanjutnya dibawa ke pihak kepolisian.
“Terima kasih,” Jessica langsung menggenggam tangan Venus saat pihak keamanan telah membawa pria tadi.
Venus yang merasakan kehangatan genggaman seseorang pun mendongakkan kepalanya dan melihat sosok wanita yang mengingatkannya pada Mom Maria.
Mom. - batin Venus.
“Kamu tinggal di mana?” tanya Jessica menatap Venus.
Venus menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba saja Jessica mengingat putrinya, Vanilla, kemudian kembali menatap Venus.
“Apa kamu mau bekerja?” tanya Jessica.
“Be-kerja?” tanya Venus dengan sedikit terbata.
“Ya.”
“Saya mau!” Saat ini Venus akan mengambil pekerjaan apapun. Ia membutuhkan uang untuk hidup selepas pergi dari Mansion Bach.
“Apa pendidikan terakhirmu?” Jessica tak ingin menawarkan pekerjaan sebagai babysitter jika Venus memiliki pendidikan yang tinggi. Ia tak ingin dianggap tak menghargai seseorang yang telah menolongnya.
“Saya akan mengambil pekerjaan apapun, Nyonya,” kata Venus. Ia tak peduli dengan pekerjaan apapun, yang terpenting biaa menghasilkan uang.
“Putraku membutuhkan seorang babysitter untuk putranya yang berusia dua tahun. Apa kamu berminat?”
Babysitter? - dengan cepat Venus menganggukkan kepalanya. Ia sangat menyukai anak-anak. Dulu saat Mom Maria masih hidup, ia sering menemani Mom Maria ke panti asuhan untuk memberikan bantuan karena Mom Maria menjadi salah satu donatur di sana.
“Oya, siapa namamu?” tanya Jessica.
“Venus, Nyonya.”
“Venus?” Jessica menautkan kedua alisnya, seperti pernah mendengar nama itu di suatu tempat.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
LISA
Aq mampir Kak
2024-04-14
1
Audrey Chanel
lanjut kakak Seruuuu🤗🤗🩵
2024-02-27
1