Deni hampir saja memotong jari tangan kirinya saat sedang memotong besi. Untung saja seorang temannya memberitahu Deni. Sehingga jari tangan Deni masih cukup aman dari mesin pemotong besi. Deni pun segera mematikan mesin itu terlebih dahulu. Beristirahat sejenak, untuk mulai menenangkan pikirannya yang sedikit kacau. Dia pun membaringkan tubuhnya di atas sebuah bangku panjang.
Seorang temannya datang dengan dua gelas gelas kopi hitam. Tentu saja satu gelas kopi itu untuk di berikan pada Deni. Untuk membuat Deni kembali bersemangat menjalani hari-harinya yang mulai sedikit goyah tersebut.
"Apa sih yang di pikirin?" tanya teman Deni duduk di samping Deni.
Deni segera merubah posisinya. Dia mulai bersandar di bagian depan bangku. Mulai meminum sedikit demi sedikit kopi yang diberikan oleh teman kerjanya tersebut.
"Biasa, Linda. Aku khawatir dengan dia. Aku takut hal buruk terjadi padanya," jelas Deni kembali meminum kopi.
Teman Deni pun langsung menyalakan rokoknya. Dia tidak lupa membagi rokok itu pada Deni. Meminta Deni untuk menghirup rokok dalam menenangkan pikirannya. Mungkin saat ini Deni sedang dalam masa yang sulit, sehingga beberapa batang rokok dan segelas kopi bisa membuat Deni lebih tenang lagi.
"Jangan terlalu panik seperti ini Den. Kalau di diri kalian ada rasa saling percaya. Kenapa harus khawatir. Percaya saja, Linda akan menjaga semuanya. Jadi kamu tidak harus khawatir," ucap teman Deni kembali menghirup rokok.
"Emmh... Itu teorinya. Tetapi kenyataannya, sama sekali berbeda. Aku rasa itu sulit untuk bisa aku jelaskan. Aku benar-benar merasa kesepian di hari ini. Di mana ada ketakutan yang terus melanda. Aku tidak tahu apa aku bisa melewati semua ini," ucap Deni dengan wajah lesuh.
Teman yang lainnya datang. Dia pun menyodorkan kunci motor miliknya pada Deni. Dia meminta Deni untuk segera menemui Linda. Sebab Deni seperti seorang yang kehilangan arah. Padahal Deni hanya kebersamaan dengan Linda. Bukan kehilangan Linda sepenuhnya.
"Pakai saja motorku. Aku tidak mau kamu mati di sini dengan kerinduan yang berat pada Linda. Sekarang, atau tidak sama sekali!" ucap teman Deni.
"Tapi bagaimana kamu pulang?" tanya Deni dengan wajah tidak enak.
"Dia bisa nebeng. Motorku kosong, jadi bisalah dia nebeng denganku. Arah rumah kita juga searah," terang teman Deni lainnya.
Deni segera menerima kunci motor temannya tersebut. Dia pun sudah tidak sabar untuk segera menemui Linda. Deni benar-benar merasa begitu rindu akan Linda. Padahal Deni dan Linda tidak berjumpa selama sehari saja. Tetapi Deni sudah cukup rindu akan Linda.
Masih mengenakan seragam kerjanya, Deni begitu antusias untuk bisa bertemu dengan Linda. Dia membawa motor matic temannya dengan begitu santai. Sesekali dia melajukan dengan kecepatan tinggi. Tetapi lebih banyak dia menarik gas motornya dengan kecepatan yang sedang. Deni pun terlihat begitu gembira bisa pergi menemui Linda.
Sepanjang perjalanan Deni sudah bisa membayangkan, bagaimana perasaan Linda yang akan bertemu dengan dirinya. Sudah pasti Linda akan merasakan perasaan yang sama. Rindu yang juga menggebu-gebu akan ada di dalam hatinya. Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Deni saat ini.
"Aku tidak bisa membayangkan hari ini akan seperti apa. Rasanya Linda pun akan merasakan apa yang aku rasakan. Rindu yang akan segera terbayarkan," ucap Deni terus memacu gas motornya.
Hampir menempuh jarak 25 kilometer. Akhirnya Deni pun sampai di kontrakan milik Linda. Lampu kontrakan dari Linda belum menyala, sehingga Deni yakin Linda masih belum pulang. Deni pun siap memberikan sedikit kejutan, dengan membawakan Linda bucket bunga seperti makan malam. Deni segera pergi dari kontrakan Linda, mencari pedagang kaki lima yang masih menjajakan dagangannya.
Perjalanan Deni terhenti di sebuah pedagang nasi goreng. Sepertinya nasi goreng itu lezat, terbukti dengan banyaknya orang yang membeli nasi goreng tersebut. Deni pun segera mendatangi pedagang nasi goreng untuk membeli dua bungkus nasi goreng untuk dirinya dan Linda. Sehabis memesan, Deni yang awalnya ingin mengejutkan Linda. Membatalkan rencananya, dia segera menghubungi Linda. Mengatakan jika dirinya sudah membeli nasi goreng. Sehingga Linda tidak harus membeli makan malam.
Begitu pesanan dari Deni sudah matang. Deni segera membawa dua bungkus nasi goreng itu ke kontrakan Linda. Di mana Linda sudah menunggu Deni di depan kontrakan. Linda pun mengungkapkan perasaan yang sama dengan Deni. Di mana dirinya begitu rindu, walaupun baru sehari berpisah dari Deni.
Linda langsung memeluk Deni saat Deni tiba di depan kontrakan. Dia mengungkapkan rasa rindu yang cukup berat yang dirasakan oleh dirinya akan Deni. Berat rasanya untuk menahan rindu yang ada, sehingga Linda begitu bahagia saat melihat Deni yang sudah ada di hadapannya saat ini.
"Aku rindu banget sama kamu. Biasanya aku mengantarkan makanan ke tempat kamu kerja. Kini aku sudah tidak bisa melakukan itu lagi," ucap Linda tetap memeluk Deni.
Deni yang mulai melirik ke arah penghuni kontrakan lain. Sedikit merasa kurang enak dengan pelukan dari Linda. Mengingat penghuni kontrakan lain mulai terlihat memperhatikan Linda dan Deni ya v bermesraan di depan kontrakan. Tindakan yang sudah pasti sedikit berlebihan di lakukan oleh Linda dan Deni.
"Aku pikir kita harus segera mengakhiri ini. Aku tidak enak dengan mereka yang terus memperhatikan kita. Mereka sepertinya semakin jelas memperhatikan kita. Aku tidak mau ada omongan yang tidak enak nantinya," ucap Deni melepaskan pelukan dari Linda.
Dengan berat hati, Linda pun langsung melepaskan pelukan dari tubuh Deni. Padahal Linda begitu betah untuk memeluk tubuh kekar Deni. Tetapi demi menghindari pandangan buruk orang-orang sekitar. Linda pun terpaksa melepaskan pelukan eratnya pada Deni.
"Kita bisa lakukan itu di dalam. Tidak ada yang tahu, kita bebas melakukan itu," Deni berbisik pelan di telinga kanan Linda.
Linda pun langsung tersenyum mendengar ucapan dari Deni. Linda yang di kenal selalu ingin mendapatkan sentuhan dari Deni. Terlihat tidak sabar untuk segera mendapatkan sentuhan Deni di dalam kontrakan. Apalagi Linda dan Deni sempat gagal dalam bersenggama hari kemarin. Mungkin ini adalah kesempatan bagi keduanya untuk bisa melakukan apapun yang mereka inginkan. Tidak akan ada orang yang melarang mereka melakukan perbuatan dosa tersebut. Hanya ada Deni, Linda dan sudah pasti malaikat yang akan mencatat perbuatan zina keduanya. Perbuatan yang seharusnya tidak di lakukan oleh Deni dan Linda. Tetapi keduanya begitu sudah tidak sabar untuk membalas kerinduan itu dengan berhubungan badan. Hal yang normal di lakukan oleh Linda dan Deni. Sekalipun status mereka mas
ih berpacaran, tetapi itu normal untuk keduanya. Sehingga mereka pun melakukan hubungan intim yang sudah sering di lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments