****
Bukannya lanjut pulang melainkan Stella menuju apartemen Maxim. Gadis itu memasuki apartemen kosong yang kini di singahi nya. Seperti nya kakaknya itu belum pulang. Stella membuka sepatutnya lalu membanting tubuh nya di atas sofa. Gadis itu berdecak, mengapa kakaknya itu lama sekali pulang ia bosan jika sendirian saja tidak bisa mengadu mulut, sudah jelas mulutnya ingin berbicara terus menerus, dan tujuan awalnya untuk datang ke sini adalah ingin berjumpa dengan kakaknya dan mengajak berbicara supaya ia tidak bosan.
Sembari menunggu kakak nya pulang Stella menuju kamarnya untuk mandi. Apartemen ini terdiri dari tiga kamar salah satunya milik Stella, meskipun ini bukan apartemen nya tetapi Stella mempunyai akses bebas di sini. Ia mempunyai kamar sendiri khusus untuk dirinya dan ada barang-barang nya juga di sini termasuk bajunya jadi Stella tidak perlu khawatir jika ia sepulang sekolah langsung ke apartemen Maxim karena ini sama saja seperti mansionya.
Setelah beberapa menit lamanya Stella selesai mandi, sekarang gadis itu sudah menggunakan pakaian santainya. Mengunakan kaos oversize dengan celana selutut lalu rambutnya dibiarkan tergerai, karena ia malas mengeringkan rambutnya maka ia biarkan kering dengan sendirinya. Stella memang gadis yang sangat pemalas, tidak hanya itu, sepertinya semua hal-hal yang berbau keburukan ada pada dirinya. Tidak apa, ia tidak menyesal mempunyai kehidupan seperti ini. Justru ia memiliki perbedaan dari gadis lain yang biasanya memiliki sikap baik, anggun, rajin dan sebagainya. Berbedaan yang sangat tidak di iri kan oleh siapapun, justru orang-orang akan memandang sebelah mata haha.
Stella beranjak keluar kamar, ia mendapati kedua kakaknya di sana yaitu Maxim dan Justin yang sudah pulang bekerja. Kedua orang itu tidak kaget dengan kehadiran Stella mungkin tadi mereka melihat sepatu dan mobil Stella yang terparkir di parkiran gedung apartemen. Stella ikut bergabung duduk di sana.
"Kakak kalian tau" ujar Stella membuka pembicaraan membuat kedua kakaknya menoleh melirik gadis itu.
"Ya, ada masalah?"Tanya Maxim.
Stella menggeleng "aku ingin memberitahu jika tadi aku bertemu dengan Galen di restoran, aku menyapanya tetapi dia merespon ku seperti tidak niat"ujar Stella mengadukan "dan saat dia pergi aku mengikuti mobilnya sampai akhirnya ia sampai di kantornya, aku sudah mengetahui dimana kantornya sekarang" ujar Stella bangga.
Sementara Maxim dan Justin salin lirik lalu menoleh pada Stella.
"Hei, aku pikir kau hanya bercanda dan sekarang kau mencari tahu kantornya? Kau tidak serius bukan Stell?" Tanya Justin.
"Aku tidak melarang kau berhubungan dengan laki-laki tetapi lihatlah, apa kau waras sekarang? Kau menyukai pria yang usianya terpaut jauh denganmu, aku harap kau hanya bercanda Stell" ujar Maxim tidak menyangka gadis itu akan serius dengan kejadian malam itu.
Stella berdecak kesal "apa yang salah? Hanya perbedaan usia itu bukan berati masalah. Lagian kalian sendiri tau pria yang aku cintai untuk apa kalian mempermasalahkan nya, bahkan dia masih lajang belum mempunyai istri ataupun kekasih jadi tidak masalah" balas Stella.
"Masalah nya kau masih remaja sementara dia sudah dewasa dan fakta tentang dia yang tidak pernah berhubungan dengan perempuan, bahkan setiap perempuan yang mendekatinya selalu ia tolak mentah-mentah apa kau juga ingin di perlakukan seperti itu. Aku hanya khawatir nanti kau akan trauma pada cinta pertamamu, kau masih remaja sebaiknya kau jatuh cinta juga dengan pria sepantaranmu"ujar Justin khawatir hal itu akan terjadi pada adiknya.
"Tenang saja, aku akan menaklukkan hatinya. Memangnya kau pikir aku lemah hanya karena di tolak? Tentu saja tidak, aku akan melakukan dengan caraku untuk mendapatkannya." Balas Stella dengan keyakinannya yang bisa mendapatkan Galen meskipun ia mendapatkan kesan buruk di percobaan pertama.
"Bagaimana jika dia gay?" Tanya Maxim membuat Stella dan Justin menatapnya. "Ya, karena dia tidak pernah berhubungan dengan perempuan manapun bisa jadi bukan?" Lanjut Maxim.
Stella berdecak "kau berprasangka buruk sekali tentangnya, apa kau lupa berkaca? Memangnya kau pernah membawa perempuan ke hadapanku dan juga paman? Justru kalian berdua lah yang patut di curigakan, selalu bersama di sepanjang hari, apa kalian masih normal? Ah sungguh aku tidak menyangka jika dugaanku benar. Pantas saja kalian tidak pernah membawa seorang gadis rupanya kalian?" Stella menyipitkan matanya menyelidik kedua pria itu.
"Hei jangan menatap kami seperti itu, kami masih normal" bantah Maxim tidak setuju dengan dugaan gadis itu.
"Aku tidak percaya sebelum kalian berdua menunjukkan seorang gadis di hadapanku. Aku akan menganggap kalian tidak normal selama kalian masih sendiri. Memangnya kalian tidak memikirkan usia kalian yang sudah tidak lagi muda itu? Ayolah sekarang kalian bawa seorang gadis ke hadapanku dan juga paman lalu kalian menikah baru aku akan menganggap kalian normal" suruh gadis itu.
"Tidak ada wanita yang menarik" balas Maxim.
Stella terkekeh "seperti inilah manusia, kau menilai Galen tidak normal dan kau sendiri? Hei kau sama saja, bodoh!" balas Stella kesal di buatnya.
"Mengapa kau membela pria asing itu, bahkan kau baru bertemu dengannya semalam dan sekarang seolah-olah kau sudah mengenalnya lama saja" sahut Maxim tidak terima adiknya malah membela pria asing itu.
"Kalian selesai kan saja perdebatan konyol ini, lebih baik aku tidur sekarang," kata Justin hendak pergi dari sana.
"Ikut denganku bodoh," balas Maxim.
"Kau mau membawa kak Justin kemana? Apa kalian mau ke klub? Ayolah apa kau tidak bisa mengunakan otak mu untuk berhenti mendatangi neraka itu. Kau ambil saja satu wanita di dalam sana setelah nya kau nikahi agar kau tidak perlu repot-repot mendatangi tempat itu" suruh Stella.
"Kami hanya sedikit minum menghilangkan setres, jika tetap di sini bersamamu kami akan benar-benar setres" balas Maxim.
"Lalu aku akan di sini sendiri?"
"Bukankah kau sudah biasa sendiri" balas Justin.
"Tidak perlu memperjelas bodoh, pergilah kalian tapi belikan aku makanan terlebih dulu, kalian tidak ingin bukan nanti saat pulang mendapati adik cantik berharga kalian ini mati kelaparan di sini" ujar Stella menampilkan senyuman manisnya.
"Tenang saja, nanti ada makanan datang ke sini."
"Baiklah, selamat bersenang-senang. Kak Justin jika kau malas menemani pria murahan itu lebih dulu lah pulang" pesan Stella.
"Tentu saja"
"Mulutmu memang pantas aku tutup, Stell"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments