3

****

"Stella, apa yang membuatmu berbunga-bunga hari ini" Joy teman sekelas Stella menghampirinya mengikuti langkah gadis itu berjalan menuju kelas mereka.

Stella melirik gadis di sebelahnya dengan senyuman yang mengembang "kau tau sialan, semalam aku bertemu dengan pangeran tampan, sialnya aku sudah jatuh cinta pandangan pertama padanya" ujar Stella membayangkan kejadian semalam, kejadian terindah yang pernah ia rasakan seumur hidupnya bertemu dengan pangeran tampan.

Joy menatap tak percaya pada gadis di sebelahnya, seorang Stella berbunga-bunga karena pria? Ayolah setahu Joy gadis itu berbunga-bunga hanya karena uang yang di berikan kakak dan pamannya secara dadakan juga uang yang dikirim orangtuanya.

"Apa kau sehat?" Tanya Joy "sepertinya kau sudah kembali normal, ah aku lega mendengarnya" ujar Joy melirik gadis itu.

Stella menghentikan langkahnya menatap tajam gadis itu membuat Joy tersenyum kikuk "aku hanya bercanda, kau jangan terlalu serius" ujar Joy takut-takut tangan pria itu akan meleset mengenai bagian tubuhnya.

Stella terkekeh melihat reaksi gadis itu lalu mengandeng tangannya "kenapa kau takut, memangnya aku pemakan manusia?" Tanya Stella mencoba lebih santai lagi.

Joy sudah bisa kembali bernafas lega "buka begitu, hanya saja tulang-tulangku masih menginginkan utuh tidak ingin cacat" balas Joy, bagaimana tidak, Stella hanya bentukannya saja seperti wanita tetapi coba saja bagaimana dengan tenaganya, bahkan bertengkar dengan laki-laki saja di sekolah ini Stella tidak pernah takut.

"Kau lemah sekali" balas Stella.

Mereka memasuki kelas lalu duduk di meja bersebelahan.

"Diko, kau lihat ada sesuatu yang berbeda dengan bandit itu?" Tanya Joy pada teman laki-lakinya itu.

Diko melirik Stella "dia terlihat semakin tidak waras dari sebelumnya" ucap Diko membuat Stella yang mendengarnya menatap tajam pria itu.

"Apa aku salah?" Tanya Diko

"Tentu saja kau salah, yang tidak waras itu kau bukan aku sialan" balas Stella "urus saja mantan mu itu Joy, sepertinya ia butuh makan yang banyak agar dia bisa menebak dengan benar" balas Stella kesal.

Diko menarik bangkunya mendekati Stella menatap dalam wajah gadis itu yang masih menampilkan raut kesal, Diko mengerutkan keningnya lalu menoleh pada Joy "apa yang berbeda dengannya? Aku tidak melihat perbedaan apapun" balas Diko tak mengerti.

"Aku tauu yang berbeda dari Stella, lihatlah dari wajah sumringah nya saat memasuki kelas bersamaan Joy, jadi Stella tengah berbunga-bunga karena semalam menemukan pangeran bersayap patah" suara melengking Kiara memenuhi penjuru kelas membuat semua siswa yang sudah berdatangan itu menoleh pada Stella.

"Sungguh Kaira lah teman sejatiku yang bisa menebak tanpa meleset sedikitpun" ucap Stella kembali menampilkan raut wajah gembiranya menatap gadis itu.

"Tentu saja aku bisa menebaknya, tadi aku mendengar obrolan mu dengan Joy saat di koridor" balas Kiara santai sembari mendudukkan tubuhnya di kursi sementara Stella Sudak kembali menormalkan ekspresinya, ia pikir gadis itu benaran mengetahui sendiri.

"Seorang bandit Stella jatuh cinta? Apa ini sebuah pertanda kiamat sudah dekat?" Pekik Gio mendekati gadis itu.

"Sepertinya dia memang sedang tidak waras sekarang" balas Diko.

"Memangnya kalian pikir Stella bukan gadis normal yang tidak bisa jatuh cinta? Kalian ini lebay sekali, baguslah jika Stella sudah menemukan pujaan hatinya mengapa kalian semua yang ribut" timpal Lula yang baru saja datang dan mendengar keributan teman-temannya tentang Stella yang jatuh cinta.

"Aku padamu Lula, kau memang yang paling normal di antara mereka," ujar Stella.

"Memangnya dengan siapa kau jatuh cinta" tanya Lula penasaran begitupun teman-temannya yang lain melirik Stella menunggu jawaban dari gadis itu, siapa yang berhasil memikat hati seorang Stella yang tidak pernah membahas tentang cinta sebelumnya.

Stella tersenyum sumringah "aku jatuh cinta dengan salah satu pebisnis muda yang aku temui tadi malam di acara rekan bisnis Daddy ku" balas Stella membuat semuanya melongo mendengarnya.

"Jangan bilang kau mencintai seorang om-om? Sungguh Stella aku pikir seleramu yang sepantaran kita ternyata kau pencinta om-om. Sungguh Stella kau membuatku kaget" balas Diko geleng-geleng kepala.

"Katakan jika selama ini kau memang mencari seorang sugar Daddy" lanjut Diko menatap gadis itu masih tak menyangka.

Stella yang mendengar perkataan Diko menjadi kesal lalu melayangkan sebuah pukulan keras pada perut pria itu membuatnya mengaduh kesakitan dengan menjauh dari Stella sebelum pukulan selanjutnya mendarat di bagian tubuhnya yang lain.

"Argh, Stella sialan!" Kesal Diko, bukan kali pertama tapi yang kesekian kalinya ia mendapat pukulan dahsyat dari gadis bandit satu itu.

Yang lain tertawa melihat Diko yang tengah kesakitan "siapa yang menyuruhmu melawan gadis bandit itu, sekarang kau rasakan sendiri pukulan keramatnya" balas Gio.

"Aku pikir pria yang sudah berhasil membuatmu jatuh cinta siswa dari sekolah kita" balas Lula.

Stella menggeleng "jika saja ada yang membuatku tertarik sudah pasti dari lama aku mempunyai kekasih di sekolah ini tetapi sayangnya semua pria yang aku lihat di sekolah ini seperti Diko dan Gio, tidak menarik." Balas Stella.

"Matamu saja yang buta, bahkan semua siswi di sekolah ini mengatakan jika kami tampan dan rupawan" balas Diko percaya diri.

"Benar, dari sisi manapun kami tetap terlihat tampan. Kau saja yang tidak menyadari karena kau pencinta om-om" balas Gio

"Ya, ya aku memang pencinta om-om. Gadis manapun kalau melihat pria yang aku cintai itu juga pasti akan tertarik, dia tinggi, putih bersih tidak banyak bicara bukan seperti kalian berdua banyak bicara mengatakan hal-hal yang tidak perlu." Ujar Stella mengakui jika ia menyukai om-om muda.

"Hei, dia mengatakanmu pencinta om-om mengapa kau tidak memukulnya juga sepertiku, apa kau mempunyai dendam denganku?" Keluh Diko merasa tidak adil.

"Diam saja kau, aku sedang berbaik hati pada Gio" balas Stella.

"Stella apa pria itu mempunyai teman? Jika punya berikan padaku satu, sungguh aku juga tertarik dengan pria-pria dewasa. Pasti pemikiran nya jauh berbeda tidak seperti pria berdua ini. Huh sangat menyebalkan" ucap Kiara yang kini mendekati Stella.

"Hei bajingan, pria yang kemarin memang sudah kau putuskan mengapa sekarang kau tertarik dengan om-om? Kau aneh sekali tidak cukup dengan satu pria" timpal Joy menatap temannya itu.

"Diamlah Joy, aku akan mencintai banyak pria bila nanti sudah waktunya aku akan menikah maka aku akan memilih salah satu yang pas untuk diriku di masa depan, memangnya kau yang tidak mau berpacaran alih-alih ingin fokus belajar dan memutuskan Diko dengan alasan yang tidak pasti, padahal nilaimu sama saja tidak mencapai nilai terbaik" balas Kiara.

"Mengapa aku mempunyai teman-teman yang tidak bisa menjaga omongan nya, apa kau tidak berfikir jika akan melukai hati mungilku" balas Joy dramatis.

"Ah lihatlah anak manusia itu mendrama tanpa introspeksi diri, padahal mulutnya lebih pedas dariku mengapa ia seolah-olah tersakiti" kesal Kiara.

"Bisakah kalian untuk tidak ribut dalam sehari? Telingaku terganggu dengan keributan tidak berguna kalian" timpal Lula.

"Kah bunuh saja mereka, Lula. Agar kau tidak mendengarkan keributan tidak berguna dari kedua temanmu itu atau sekalian kau bunuh dua pria biadab itu" suruh Stella.

"Jangan membawa-bawa kami sialan, kami sedari tadi diam saja yang heboh hanya Kiara dan Joy, mereka saja sebaiknya yang kalian bunuh" balas Gio tidak terima dirinya di seret-seret padahal ia sudah diam.

"Terserah kalian saja, aku muak melihat kalian" balas Stella.

"Andai kau tau Stell, justru kami lebih muak melihatmu" balas Diko.

"Aku sudah tau dari lama"

"Baguslah jika kau sudah tau"

Stella menghela nafas, gadis itu mendekati tas milik Diko membuat sang empunya melirik Stella "jangan kau ambil makananku" peringat Diko yang sudah paham gerak-gerik Stella.

Stella memanyunkan bibirnya "apa kau yakin tidak mau berbagi makanan dengan temanmu yang sangat cantik dan baik hati ini?" Tanya Stella merayu Diko.

"Cih, jangan mudah di rayu bandit itu, Diko. Apa sakit yang di berikan gadis itu barusan sudah sembuh?" Hasut Kiara.

"Kia, diam saja kau!"

"Aku tidak bisa diam, ini juga karena pengajaranmu" balas Kiara.

Stella menghela nafas "harusnya memang aku biarkan saja kalian menjadi siswa-siswi pendiam dari awal agar tidak mengusikku selalu, mengapa kalian semua menjadi sangat menyebalkan sekarang" balas Stella kesal, memang benar teman-teman nya ini dulu adalah orang-orang pendiam karena Stella yang merupakan seorang gadis ekstrover yang mudah bergaul dengan siapapun mulai mengajak mereka berbicara random meskipun respon dari mereka awal-awal seadanya Stella tidak menghiraukan yang terpenting baginya ia mempunyai manusia lain untuk dirinya mengobrol daripada ia berbicara sendiri nanti berujung di katakan orang gila, dan itu berhasil membuatnya menjadi Karan dengan mereka sampai akhirnya seperti sekarang, mereka suka tidak beradab berbicara dengannya karena ketularan diri Stella. Benar-benar buruk sekali, dia mengajarkan yang buruk pada teman-temannya.

"Kau juga menyebalkan, seharusnya kau juga berkaca, sialan" balas Kiara.

"Ah mengapa guru lama sekali masuknya, yang ada perdebatan tidak berguna ini akan terus berlanjut hingga kiamat tiba" ujar Gio jengah dengan teman-temannya yang akan seperti ini sepanjang hari tiada henti.

"Makanya kalian diam saja" balas Stella "Diko tampan, berilah teman baikmu ini cemilan yang bisa di makan, memangnya kau mau nanti kau sendiri yang aku makan? Aku kalau sudah kelaparan suka memakan apa saja yang ada di dekatku termasuk dirimu" ujar Stella membuat Diko memutar bola matanya malas, pandai sekali gadis itu merayu dirinya agar memberikan cemilan yang selalu ia bawa dari rumah karena ia gemar sekali makan, meskipun begitu tenang saja, tubuh Diko terawat. Dia tidak gemuk juga tidak kurus karena ia sering berolahraga.

"Ambilah" pasrah Diko.

Stella mengembungkan senyumannya lalu meraih tas Diko dan mengambil satu cemilannya "kau memang yang terbaik" balas Stella mencubit gemas pipi pria itu.

"Aku terpaksa"

"Tidak apa, aku tidak memperdulikan itu yang terpenting sekarang aku bisa memakan sesuatu daripada mengoceh tidak jelas dengan kalian" balas Stella.

"Minggu depan kita akan membuat tugas kelompok, kita membuatnya dimana?" Tanya Joy menanyakan "kelompok kita bebas, jadi lebih baik kita berenam satu kelompok" ujar Joy lagi.

"Dirumah Stella saja, rumahnya besar tidak ada orangtuanya jadi kita akan bebas di sana" balas Diko.

Stella mendengus "haruskah rumahku yang menjadi korban di setiap belajar kelompok?" Tanya gadis itu sebal.

"Tentu saja, rumahmu sangat nyaman untuk kami"balas Diko.

"Kalian semua setuju? Di rumah Stella" tanya Joy

"Aku setuju, kita membuatnya hari Minggu bagaimana jika kita menginap di sana, malamnya kita barbeque, aku rasa itu ide yang bagus" usul Kiara.

"Aku juga setuju" balas Lulu.

"Kau setuju Diko?" Tanya Joy.

"Dimana saja aku setuju karena nanti aku bagian mengawasi saja" ucap pria itu pasrah.

"Enak saja, kau nanti akan banyak berpartisipasi dalam tugas kali ini" balas Stella.

Diko berdecak kesal "atur saja semaumu."

"Nanti kau persiapan apa yang kita perlukan untuk bakar-bakar Stell, bukankah yang mengurus urusan dapur di rumahmu juga akan berbelanja? Jadi kau titipkan saja nanti, setelahnya kita akan patungan untuk membayar bahan-bahan nya" ujar Joy mengatur.

"Semuanya aman, kalian tidak perlu mengeluarkan uang. Biarkan saja mengunakan uang bulanan belanja dapurku" balas Stella santai.

"Beginilah untungnya mempunyai teman kaya raya jadi kita tidak perlu mengeluarkan banyak uang" kata Lulu bangga mempunyai teman seperti Stella.

Tenang saja, nanti sebagai bayarannya kalian akan aku jadikan pesuruh di mansionku balas Stella tersenyum jahil.

"Enak saja, kami tidak akan mau" balas Kiara menolak.

"Biarkan Gio saja nanti yang mengantikan kita Stell, dia mau menjadi pesuruh mu" kata Diko merekomendasikan Gio.

Gio berdecak "enak saja, aku tidak mau" tolak Gio.

"Sudah-sudah, hentikan. Guru sudah datang jangan membuat keributan"kata Joy menghentikan teman-teman nya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!