Di rumah sakit Daren sudah terbaring lemah lengkap dengan alat bantu napasnya, namun sedikit demi sedikit terlihat Daren berusaha menggerakkan tangan dan mengerjapkan kedua bola matanya. Mencoba peruntungannya untuk bangun dari kesadarannya yang telah lama hilang. Memaksakan kelopak matanya yang terasa berat namun kini kesadarannya kembali menghilang sehingga Daren kembali terlelap kedalam tidurnya.
Sementara di ruangan lain dokter sedang menjelaskan keadaan Daren kepada Lydia, Ella dan juga Delano, terdengar percakapan yang cukup serius mengenai kondisi Daren saat ini membuat guratan kekhawatiran semakin mendalam terlihat dari masing-masing dahi mereka.
"Pasien kehilangan kesadarannya setelah mobilnya didorong dan jatuh ke air.
CT scan sudah dijalankan" Melihat hasil.CT scan di komputer "Tidak ada yang serius dan tidak ada pendarahan, tapi hasil rontgen... menunjukan bahwa paru-paru kirinya terinfeksi. Saya sarankan pasien masuk ICU untuk diamati."
"Apa ?" membuat Lydia tidak percaya setelah mendengarnya sebagai seorang ibu dirinya hanya bisa menangisi akan nasib anaknya yang amat malang tersebut.
Ella terus mengusap pundak mertuanya dan berusaha menenangkannya memberikan kekuatan melalui sentuhan tangannya namun tatapan matanya terus melihat ke arah suaminya, Delano yang juga terlihat sama khawatirnya.
"Mam, yang sabar mam. Semuanya akan baik baik saja."
.
.
.
.
.
.
.
Daren menggerakan jarinya dan Ella pun melihatnya.
"Mam, Delano, lihatlah."
Lydia dan yang lainnya pun langsung berdiri dan menghampiri Daren.
"Daren, bagaimana keadaanmu nak ? bisakah kamu mendengar ibu ?"
"Daren ini kakak."
Daren pun akhirnya membuka matanya.
"Ada apa anakku sayang ?" tanya Lydia
"Apa kamu kesakitan ?"
"Kamu mengemudi dan jatuh ke air. Untungnya ada seseorang yang menyelamatkan kamu" Delano menjelaskan kepada Daren.
"Mami akan meminta dokter untuk memeriksa keadaan kamu nak."
"Aku akan pergi bersama mami" pinta Ella
"Hmmm... ayo pergi"
Lydia dan Ella pun pergi untuk memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Daren.
"Daren apa yang terjadi ?" tanya Delano "Jangan berbohong kepadaku, aku tahu ini bukan kecelakaan. Seseorang mengirimkan pesan padamu sebelum kamu sadar"
Delano pun menunjukan isi pesan tersebut dan memperlihatkan pesan ancaman untuk Daren.
"Siapa wanita itu ?"
Daren hanya diam dan tidak merespon perkataan Delano, dan pintu pun diketuk. Dokter dan yang lainnya masuk ke dalam kamar Daren. Delano sangat kesal
terhadap adiknya tersebut terlihat dari rahangnya yang mengeras menahan amarah, Delano hanya khawatir kenapa adiknya bisa melakukan hal bodoh sehingga membuat nyawanya sendiri terancam.
.
.
.
.
.
.
.
Freya terlihat dipapah oleh Lydia setelah Freya mengunjungi Daren, ketika berjalan
sampai di depan lift Freya menekan tombol pintu lift, ketika pintu lift terbuka Freya hendak masuk dan langkahnya terhenti oleh Lydia. Terlihat Alvon keluar dari pintu lift namun kedua wanita itu tidak menyadarinya karena mereka membelakangi pintu lift.
"Tunggu Freya, bibi lupa mengambil kacamata. Pasti tertinggal dikamar Daren, turunlah dulu bibi akan menyusul nanti oke ? bibi cuma sebentar kok."
"Baiklah." Freya pun masuk kedalam pintu lift
Sementara itu Emily datang ke kamar Daren sambil membawa buket bunga, Daren yang sedang tiduran berbalik dan melihat Emily sudah berdiri di dekat pintu.
"Kamu..."
"Daren." Melangkahkan kakinya mendekat ke arah Daren dan meletakan bunga yang dibawanya di atas nakas "Apakah kamu masih kesakitan ?"
Emily pun berusaha memegang tangan Daren namun Daren langsung menepisnya.
"Kapan kamu bisa berhenti menemuiku ?"
"Maafkan aku, aku minta maaf karena membuatmu terluka."
"Kamu harus menjauh dariku kalau begitu" bentak Daren.
"Tidak ! Dengarkan aku, aku sudah membuat keputusan. Aku akan bercerai,
tunggu aku Daren." Pinta Emily.
"Aku tidak mau ! Aku tidak tertarik kepadamu."
"Tapi kamu masih lajang, bukan ?" Tanya Emily yakin.
"Apa yang membuatmu begitu yakin kalau aku masih lajang ?" tanya Daren " Jika kamu pernah memeriksa latar belakangku, kamu harunya tahu kalau aku tinggal dengan seseorang. Aku tinggal dengan seorang wanita, dan dia adalah pacarku"
"Bukankah dia adalah adikmu yang bernama Freya ?" yakin dengan apa yang dikatakannya
"Apakah kamu tidak tahu ? Dia bukan adik kandungku. Kami akan segera menikah."
Emily tidak percaya dengan perkataan Daren dia hanya mematung dan menatap Daren penuh damba, Alvon yang sedang mendengarkan perkataan mereka pun akhirnya masuk kedalam. Mata Daren pun langsung awas melihat Alvon masuk ke kamarnya.
"Alvon !" Emily yang melihat Daren sedang memperhatikan ke arah lain langsung berbalik dan kaget melihat Alvon dibelakangnya.
"Apa yang kamu lakukan disini ?" langsung menghampiri Alvon "Mari kita bicara dirumah."
"Minggir !" Alvon langsung mendorong Emily yang berusaha menghalanginya
"Aku bilang minggir !"
"Tolong jangan." Menarik tangan Alvon.
"Tetaplah di sana." Mengangkat tangannya hendak memukul Emily.
"Aku akan menunggu dan melihat kalau kamu benar benar akan menikah. Hanya
masalah kecil, aku bisa mengetahuinya melalui daftar pernikahan untuk mengetahui jika.kamu berbohong" ancam Alvon "Oh ya, kamu harus tahu siapa ayahku. Dan hal-hal yang bisa kau lakukan kepadamu. Jadi mulai sekarang jika kamu terus saja bertemu dengan istriku, kamu tidak akan lolos begitu saja"
Daren pun jijik melihat pasangan yang ada dihadapannya, dia terus menatap tajam kearah keduanya.
"Ayo sayang." Menarik tangan Emily "Ayo kita pulang sekarang"
Emily pun langsung menepis tangan Alvon dan bergegas mengambil tasnya. ketika hendak berpamitan kepada Daren, Alvon langsung menarik tangan Emily dengan kasar
"Pulang sekarang !"
"Lepaskan aku bisa berjalan sendiri teriak Emily." mereka pun keluar dari kamar Daren
Daren terlihat marah dan mengeretakan giginya menahan amarah, marah terhadap dirinya sendiri karena bisa bisanya dia terlibat dengan masalah yang dihadapinya sekarang.
"Tampaknya, kamu terlibat dalam masalah" Emily seketika masuk kedalam kamar Daren
"Mam !" Daren kaget dan membelalakkan matanya.
"Kenapa kamu tidak memberitahu mami ?"
"Kapan mami datang ?" tanya Daren.
Sebenarnya Lydia yang hendak masuk untuk mengambil kacamata yang ketinggalan dikamar Daren, mengurungkan niatnya ketika dia melihat seorang pria asing masuk kedalam kamar anaknya. Lydia curiga langsung mendekat dan dia pun berdiri dibalik pintu sambil mendengarkan percakapan antara Daren dan dua orang asing yang terdengar
olehnya.
"Suaminya datang, kamu masih ingin merahasiakannya dari mami ya ?" bentak Lydia "Kakakmu sudah memberitahuku semuanya."
"Aku bisa menyelesaikannya."
"Menyelesaikan apa ?" memelototi Daren "Fokus sja pada kesembuhan mu dan mami akan melakukan apa yang kamu katakan pada pria itu. "
"Apa itu ?" Daren penasaran.
"Menikah dengan Freya secepatnya"
"Apa mami sudah tidak waras." Bentak Daren "Tidak mungkin aku menikah dengan Freya."
"Kamu sendiri tadi yang bilang ingin menikahinya ! Jika pria itu tahu kamu berbohong apakah kamu akan lolos darinya ?"
Dengan begitu Lydia memutuskan untuk menyatukan Daren dan Freya dalam satu ikatan lain bukan lagi sepupu tetapi yaitu ikatan pernikahan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa klik favorit, like dan komentar nya ya, dan jangan lupa juga vote novel ini sebanyak banyaknya jangan lupa soalnya suka kelupaan kalo keasikan baca, biar author
makin semangat nulisnya terimakasih buat semua pembaca novel Suamiku sepupuku 😘😘🤗🤗💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Disifa
bagus🖒🖒🖒
2021-06-02
0
Mbak Lilik
kasihan freya cman jdi tumbal,,😥
2020-10-20
4
Evitha Junaedy
bgus thor ceritamu keren...
2020-10-19
2