Bab 5. Kepastian Hati

Pagi ini, suasana di sekolah terasa berbeda. Langit mendung seolah mencerminkan suasana hati Alastar yang sedang kacau. Ia tiba di parkiran sekolah lebih awal dari biasanya, namun bukannya langsung menuju kelas, ia memilih untuk duduk di atas motornya, merenung.

Kejadian di bukit kemarin terus terbayang di benaknya. Tatapan Frasha, pengakuan Kayana, semuanya bercampur aduk di pikirannya.

“Kenapa semuanya jadi rumit?” gumamnya pelan sambil menendang kerikil kecil di bawah kakinya.

Langkah-langkah siswa lain yang mulai berdatangan membuyarkan lamunannya. Alastar memutuskan untuk masuk ke kelas, berharap rutinitas sekolah dapat mengalihkan pikirannya, setidaknya untuk sementara.

****

Di dalam kelas, suasana lebih ramai dari biasanya. Teman-teman Alastar sudah duduk di bangku masing-masing, terlibat dalam obrolan santai. Namun, perhatian mereka segera beralih ketika Alastar masuk dengan raut wajah serius.

"Star, Lo kenapa? Kelihatan kayak orang yang abis kalah perang," ejek Faldo sambil mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya.

"Ngantuk aja," jawab Alastar singkat sambil melempar tas ke meja dan duduk.

Barram yang duduk di belakangnya mencondongkan tubuh ke depan. "Eh, kemarin Lo kemana? Gue denger ada yang lihat Lo sama Kayana di bukit."

Mendengar itu, Alastar mendongak, menatap Barram dengan tatapan tajam. "Lo denger dari siapa?"

"Ah, nggak penting siapa yang bilang. Tapi seriusan, Lo deket sama Kayana?" tanya Barram penasaran.

Alastar menghela napas panjang. "Nggak ada apa-apa. Dia cuma temen."

Namun, Faldo dan Barram saling bertukar pandang, jelas tidak percaya dengan jawaban itu.

****

Di tempat lain, Frasha sedang duduk di ruang OSIS bersama Ilva. Mereka sibuk mempersiapkan dokumen untuk acara besar yang akan digelar Sabtu depan. Tapi, seperti biasa, Ilva tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Frash, gue mau nanya sesuatu," kata Ilva tiba-tiba sambil meletakkan pena di atas meja.

Frasha menatapnya sekilas. "Apa lagi, Va? Gue sibuk banget, tahu."

"Lo kenapa nggak pernah ngomongin pacar Lo ke gue? Serius deh, gue cuma tahu namanya, tapi nggak pernah lihat dia. Lo beneran bahagia sama dia?"

Pertanyaan itu membuat Frasha terdiam. Ia tidak menyangka Ilva akan menanyakan hal yang sama seperti yang Alastar tanyakan di bukit.

"Gue bahagia, Va. Udah, nggak usah bahas ini lagi," jawab Frasha cepat sambil kembali fokus ke dokumen di depannya.

Tapi Ilva tidak menyerah. "Beneran bahagia? Karena menurut gue, lo kelihatan lebih sering melamun akhir-akhir ini."

Frasha hanya menghela napas panjang, mencoba mengabaikan komentar Ilva. Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu ada sesuatu yang tidak beres.

****

Sore harinya, Alastar memutuskan untuk pergi ke lapangan basket. Ia berharap dengan bermain, ia bisa melupakan semua yang terjadi belakangan ini. Namun, saat ia tiba, ia mendapati Kayana sedang duduk di tribun, memperhatikan anak-anak lain yang sedang bermain.

"Kay?" panggil Alastar sambil berjalan mendekat.

Kayana menoleh dan tersenyum kecil. "Hey, Star. Lo juga mau main?"

"Rencana awal sih gitu," jawabnya sambil duduk di samping Kayana. "Tapi lo ngapain di sini? Bukannya lo biasanya ke bukit kalau mau ngilang?"

Kayana tertawa kecil. "Bukit nggak selalu jadi pilihan, Star. Kadang gue butuh suasana ramai juga."

Alastar mengangguk pelan, lalu menatap lurus ke lapangan. Ada jeda hening di antara mereka sebelum akhirnya Alastar bicara.

"Kay, kemarin... soal yang lo bilang di bukit. Lo serius?"

Kayana menoleh padanya, menatapnya dengan mata yang penuh arti. "Lo pikir gue bercanda?"

Alastar menghela napas panjang. "Gue cuma nggak nyangka aja. Gue pikir lo nggak mungkin..."

"Jatuh cinta sama lo?" potong Kayana cepat.

Alastar terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Kayana tersenyum tipis, lalu bangkit berdiri.

"Star, nggak semua hal harus lo ngerti sekarang. Kadang, jawabannya datang di waktu yang tepat."

Namun, sebelum Kayana sempat pergi, Alastar meraih pergelangan tangannya.

"Kay, tunggu."

Kayana terkejut, tapi ia tidak berusaha melepaskan diri. Alastar menatapnya serius. "Lo nggak perlu pergi. Kalau ada yang mau lo ceritain, gue bakal dengerin."

Kayana tersenyum kecil, lalu menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Star. Beneran. Gue cuma butuh waktu buat diri gue sendiri."

Setelah itu, Kayana pergi, meninggalkan Alastar yang masih duduk di tribun, memikirkan semuanya.

****

Hari berganti, dan suasana di sekolah semakin sibuk menjelang acara besar. Tapi di tengah keramaian itu, Alastar merasa ada sesuatu yang berubah. Frasha tidak lagi menghindarinya, tapi juga tidak menunjukkan sikap yang sama seperti dulu.

Saat jam istirahat, Alastar memutuskan untuk menghadapinya. Ia menemui Frasha di depan ruang OSIS, memanggilnya pelan.

"Frash, gue mau ngomong," katanya dengan nada serius.

Frasha menatapnya ragu, tapi akhirnya mengangguk. "Oke, tapi nggak lama, ya. Gue sibuk."

Alastar mengangguk, lalu berkata, "Gue cuma mau tahu satu hal. Lo bahagia sama cowok lo?"

Frasha tertegun. Pertanyaan itu lagi. Tapi kali ini, ia merasa tidak bisa menghindar.

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Karena gue nggak tahu gimana caranya berhenti peduli sama lo," jawab Alastar jujur.

Kata-kata itu membuat Frasha terdiam. Di satu sisi, ia merasa terharu, tapi di sisi lain, ia tahu bahwa ada batas yang tidak boleh ia langkahi.

"Star, gue bahagia. Gue udah bilang ke lo, ini privasi gue," jawab Frasha pelan, mencoba terdengar tegas meski hatinya bimbang.

Alastar mengangguk pelan, lalu tersenyum kecil. "Oke. Kalau itu jawaban lo, gue nggak bakal ganggu lagi."

Setelah itu, Alastar pergi, meninggalkan Frasha yang masih berdiri di tempatnya, mencoba memahami perasaannya sendiri.

Episodes
1 Bab 1. Alastar
2 Bab 2: Teka-Teki yang Menarik
3 Bab 3. Teka-Teki yang Mengganggu
4 Bab 4. Pertemuan yang Membingungkan
5 Bab 5. Kepastian Hati
6 Bab 6. Festival Seni dan Budaya SMA Gonzaga.
7 Bab 7. Perubahan yang Terlihat di Kantin
8 Bab 8. Keheningan yang Terguncang
9 Bab 9. Langkah Baru dalam Hujan
10 Bab 10. Jalan Pulang yang Lain
11 Bab 11. Jalan yang Tak Pernah Sama
12 Bab 12. Dua Hati, Satu Luka
13 Bab 13. Pilihan yang Tidak Mudah
14 Bab 14. Bayang-Bayang yang Membekukan SMAGA
15 Bab 15. Ketegangan yang Semakin Membeku
16 Bab 16. Hati yang Terluka
17 Bab 17. Keheningan yang Menyembuhkan
18 Bab 18. Hujan yang Menyisakan Luka
19 Bab 19. Di Balik Pintu Rumah Itu
20 Bab 20. Menyepi dari Keramaian
21 Bab 21. Antara Peran dan Perasaan
22 Bab 22. Melindunginya adalah Harga Mati
23 Bab 23. Rahasia di Balik Jendela
24 Bab 24. Ruang Amarah
25 Bab 25. Jejak di Tengah Keraguan
26 Bab 26. Lingkaran yang Retak
27 Bab 27. Rumit
28 Bab 28. Dia, Lebih Rapuh dari Yang Terlihat
29 Bab 29. Luka yang Tak Terlihat
30 Bab 30. Kota Malang, dan Banyak Kisah
31 Bab 31. Satu Meja, Dua Impian
32 Bab 32. Rumah Runtuh
33 Bab 33. Alastar dan Perasaannya
34 Bab 34. Terkejar Akhirnya Tak Tergapai
35 Bab 35. Jejak Hujan dan Rasa yang Tertinggal
36 Bab 36. Di Antara Hening dan Kata-Kata
37 Bab 37. Langit yang Retak
38 Bab 38. Ketulusan di Balik Luka
39 Bab 39. Teka-teki di Balik Tragedi
40 Bab 40. Jalan Menuju Kebenaran
41 Bab 41. Garis Terdepan
42 Bab 42. Langit yang Gelap dan Alastar yang Gelisah
43 Bab 43. Malang, Kota dengan Segala Keresahan Penduduknya
44 Bab 44. Menanti Sebuah Kabar
45 Bab 45. Pertemuan yang Tak Terduga
46 Bab 46. Jarak
47 Bab 47. Menyepi dari Keramaian Kota
48 Bab 48. Semesta dengan Segala Candaannya
49 Bab 49. Kacau
50 Bab 50. Keterlambatan yang Menyakitkan
51 Bab 51. Di Antara Pilihan yang Tak Selesai
52 Bab 52. About Alastar
53 Bab 53. Saat Perasaan Tak Pernah Sampai
54 Bab 54. Jejak yang Tak Pernah Lenyap
55 Bab 55. Jejak yang Tak Terlihat
56 Bab 56. Langit yang Menuntut Jawaban
57 Bab 57. Retakan Kepercayaan
58 Bab 58. Di Balik Ingatan yang Luntur
59 Bab 59. Bayang-bayang Penghianatan
60 Bab 60. Semesta Memang Senang Menguji
61 Bab 61. Tautan Tak Terlihat
62 Bab 62. Di Balik Luka dan Rahasia
63 Bab 63. Luka yang Seolah Tak Pernah Merasa Cukup
64 Bab 64. Ayah Peran yang Sudah Lama Pudar
65 Bab 65. Rumah Bukan yang Ternyaman
66 Bab 66. Luka yang Tak Terlihat
67 Bab 67. Keputusan di Persimpangan
68 Bab 68. Bandung yang Asing
69 Bab 69. Manusia dengan Hati yang Pernah Patah
70 Bab 70. Penuh Teka-Teki
71 Bab 71. Kabar Baik untuk Alastar
72 Bab 72. Sesuatu yang Tidak Bisa di Paksa, Perasaan.
73 Bab 73. Perasaan yang Tak Seharusnya
74 Bab 74. Jejak yang Tertinggal
75 Bab 75. Dengan Ilva
76 Bab 76. Runtuh
77 Bab 77. Suara yang Berisik, Pikiran yang Sunyi
78 Bab 78. Menjelang Pertemuan
79 Bab 79. Runtuhnya Tiang Hidup
80 Bab 80. Setumpuk Amarah, dan Kekecewaan
81 Bab 81. Banyak Luka dari Bandung
82 Bab 82. Menemukan Kembali yang Hilang
83 Bab 83. Kenyataan yang Menyakitkan
84 Bab 84. Ada Rindu yang Terlanjur Patah
85 Bab 85. Semakin dekat dengan jawaban
86 Bab 86. Masa lalu tidak pernah benar-benar hilang
87 Bab 87. Luka yang Tak Terucapkan
88 Bab 88. Langit Malam dan Luka yang Menganga
89 Bab 89. Bukit Bintang, Bandung
90 Bab 90. Memberi Kenangan, Agar Tetap Tinggal
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1. Alastar
2
Bab 2: Teka-Teki yang Menarik
3
Bab 3. Teka-Teki yang Mengganggu
4
Bab 4. Pertemuan yang Membingungkan
5
Bab 5. Kepastian Hati
6
Bab 6. Festival Seni dan Budaya SMA Gonzaga.
7
Bab 7. Perubahan yang Terlihat di Kantin
8
Bab 8. Keheningan yang Terguncang
9
Bab 9. Langkah Baru dalam Hujan
10
Bab 10. Jalan Pulang yang Lain
11
Bab 11. Jalan yang Tak Pernah Sama
12
Bab 12. Dua Hati, Satu Luka
13
Bab 13. Pilihan yang Tidak Mudah
14
Bab 14. Bayang-Bayang yang Membekukan SMAGA
15
Bab 15. Ketegangan yang Semakin Membeku
16
Bab 16. Hati yang Terluka
17
Bab 17. Keheningan yang Menyembuhkan
18
Bab 18. Hujan yang Menyisakan Luka
19
Bab 19. Di Balik Pintu Rumah Itu
20
Bab 20. Menyepi dari Keramaian
21
Bab 21. Antara Peran dan Perasaan
22
Bab 22. Melindunginya adalah Harga Mati
23
Bab 23. Rahasia di Balik Jendela
24
Bab 24. Ruang Amarah
25
Bab 25. Jejak di Tengah Keraguan
26
Bab 26. Lingkaran yang Retak
27
Bab 27. Rumit
28
Bab 28. Dia, Lebih Rapuh dari Yang Terlihat
29
Bab 29. Luka yang Tak Terlihat
30
Bab 30. Kota Malang, dan Banyak Kisah
31
Bab 31. Satu Meja, Dua Impian
32
Bab 32. Rumah Runtuh
33
Bab 33. Alastar dan Perasaannya
34
Bab 34. Terkejar Akhirnya Tak Tergapai
35
Bab 35. Jejak Hujan dan Rasa yang Tertinggal
36
Bab 36. Di Antara Hening dan Kata-Kata
37
Bab 37. Langit yang Retak
38
Bab 38. Ketulusan di Balik Luka
39
Bab 39. Teka-teki di Balik Tragedi
40
Bab 40. Jalan Menuju Kebenaran
41
Bab 41. Garis Terdepan
42
Bab 42. Langit yang Gelap dan Alastar yang Gelisah
43
Bab 43. Malang, Kota dengan Segala Keresahan Penduduknya
44
Bab 44. Menanti Sebuah Kabar
45
Bab 45. Pertemuan yang Tak Terduga
46
Bab 46. Jarak
47
Bab 47. Menyepi dari Keramaian Kota
48
Bab 48. Semesta dengan Segala Candaannya
49
Bab 49. Kacau
50
Bab 50. Keterlambatan yang Menyakitkan
51
Bab 51. Di Antara Pilihan yang Tak Selesai
52
Bab 52. About Alastar
53
Bab 53. Saat Perasaan Tak Pernah Sampai
54
Bab 54. Jejak yang Tak Pernah Lenyap
55
Bab 55. Jejak yang Tak Terlihat
56
Bab 56. Langit yang Menuntut Jawaban
57
Bab 57. Retakan Kepercayaan
58
Bab 58. Di Balik Ingatan yang Luntur
59
Bab 59. Bayang-bayang Penghianatan
60
Bab 60. Semesta Memang Senang Menguji
61
Bab 61. Tautan Tak Terlihat
62
Bab 62. Di Balik Luka dan Rahasia
63
Bab 63. Luka yang Seolah Tak Pernah Merasa Cukup
64
Bab 64. Ayah Peran yang Sudah Lama Pudar
65
Bab 65. Rumah Bukan yang Ternyaman
66
Bab 66. Luka yang Tak Terlihat
67
Bab 67. Keputusan di Persimpangan
68
Bab 68. Bandung yang Asing
69
Bab 69. Manusia dengan Hati yang Pernah Patah
70
Bab 70. Penuh Teka-Teki
71
Bab 71. Kabar Baik untuk Alastar
72
Bab 72. Sesuatu yang Tidak Bisa di Paksa, Perasaan.
73
Bab 73. Perasaan yang Tak Seharusnya
74
Bab 74. Jejak yang Tertinggal
75
Bab 75. Dengan Ilva
76
Bab 76. Runtuh
77
Bab 77. Suara yang Berisik, Pikiran yang Sunyi
78
Bab 78. Menjelang Pertemuan
79
Bab 79. Runtuhnya Tiang Hidup
80
Bab 80. Setumpuk Amarah, dan Kekecewaan
81
Bab 81. Banyak Luka dari Bandung
82
Bab 82. Menemukan Kembali yang Hilang
83
Bab 83. Kenyataan yang Menyakitkan
84
Bab 84. Ada Rindu yang Terlanjur Patah
85
Bab 85. Semakin dekat dengan jawaban
86
Bab 86. Masa lalu tidak pernah benar-benar hilang
87
Bab 87. Luka yang Tak Terucapkan
88
Bab 88. Langit Malam dan Luka yang Menganga
89
Bab 89. Bukit Bintang, Bandung
90
Bab 90. Memberi Kenangan, Agar Tetap Tinggal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!