Bab 3. Teka-Teki yang Mengganggu

Frasha udah punya cowok, Star.

Kalimat itu terus terngiang di kepala Alastar hingga pagi ini, berputar-putar tanpa henti, seolah tak pernah berhenti menghantui pikirannya. Begitu Alastar melaju cepat dengan motor sportnya, membelah jalanan yang masih sepi dan kosong, angin yang menerpa wajahnya terasa tajam, seolah mencoba mengusir pikiran-pikiran kacau itu.

Frasha sudah punya cowok. Kalimat itu membuat Alastar merasa seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya. Sebuah kenyataan yang sulit diterima, namun tetap saja harus dihadapi. Dia mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan, tapi perasaan itu tetap muncul, seolah semakin dalam dan semakin kuat.

Sesampainya di sekolah, Alastar memarkirkan motornya di tempat biasa, lalu melangkah masuk ke halaman sekolah dengan langkah yang lebih cepat dari biasanya. Seakan-akan, dengan setiap langkahnya, dia berharap bisa menghapus kalimat itu dari pikirannya.

Namun, belum sempat dia masuk ke dalam gedung sekolah, langkahnya terhenti ketika seseorang menghentikan jalannya. Seorang gadis yang tampaknya ingin berbicara dengannya. Gadis itu adalah Kayana, teman sekelasnya yang juga cukup cerdas dan menarik. Dengan bando hitam di rambutnya yang tergerai rapi, dia menambah kesan manis pada wajah bulatnya. Penampilan Kayana memang sempurna bagi banyak orang, namun bagi Alastar, dia tetap merasa bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan pesona Frasha, meskipun Frasha bukanlah tipe gadis yang paling menonjol di luar sana.

"Hai, Star," Kayana mengangkat rendah satu tangannya menyapa Alastar dengan senyum cerah.

Alastar hanya melangkah lebih cepat, berusaha menghindari percakapan lebih lanjut. Namun Kayana tampaknya tidak menyerah begitu saja. Dia menambah kecepatan langkahnya, dan dalam sekejap, posisinya sejajar dengan Alastar.

"Alastar, gue cuma mau kasih ini," kata Kayana sambil menyodorkan kotak bekal ke arah Alastar.

Dengan sedikit ragu, Alastar menghentikan langkahnya. Saat itu, pandangannya tertumbuk pada sosok Frasha yang berdiri beberapa meter dari mereka, menatap mereka dengan ekspresi datar. Entah mengapa, melihat Frasha di sana membuat jantung Alastar berdebar lebih kencang. Dia melihat Frasha sejenak, lalu menoleh ke arah Kayana dan menerima kotak bekal yang ditawarkan.

"Thanks, nanti gue makan," ujar Alastar dengan nada datar, lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut.

Kayana yang masih berdiri di belakang hanya bisa tersenyum senang, seolah senang bisa memberi sesuatu kepada Alastar, meskipun dia tahu ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengganggu perhatian pria itu.

Alastar berjalan melewati Frasha tanpa berkata apa-apa. Tanpa godaan, tanpa sapaan. Hanya langkah cepat yang mengarah ke pintu tangga. Ini membuat Frasha bingung. Dia memutar tubuhnya dengan cepat, menatap punggung Alastar yang semakin menjauh, dan untuk sesaat, dia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Alastar. Sesuatu yang tak biasa. Sesuatu yang membuatnya merasa terabaikan, meskipun dia tahu seharusnya dia tidak perlu peduli.

Di dalam kelas, Alastar memasuki ruangan dengan langkah santai. Keempat temannya sudah duduk di bangku masing-masing, menunggu kehadirannya. Namun, tatapan mereka yang heran dan penasaran segera mengalihkan perhatian Alastar.

"Nggak salah nih, Star?" ejek Faldo dengan nada bercanda, membuat yang lainnya tertawa. "Badan gede, rahang tegas kayak patung pahlawan, bawa bekal dari rumah." Ujarnya sambil tertawa.

Alastar hanya menatap Faldo dengan tatapan datar, lalu meletakkan tasnya di meja dan menaruh kotak bekal itu di sampingnya. Dalam diam, ia mencoba untuk mengabaikan ejekan dari teman-temannya, meskipun sejujurnya dia merasa agak canggung.

"Ini dari Kayana," ujar Alastar, memberi penjelasan singkat, meskipun tidak ada yang terlalu peduli.

Falleo, yang duduk di sebelah Faldo, langsung beranjak mendekat ke meja Alastar. "Star, yang bener aja lo. Padahal gue yang ngincar Kayana, malah lo yang dapat kotak bekalnya," ucap Falleo sambil tersenyum lebar, membuat suasana semakin riuh.

Alastar hanya mengangkat pandangannya ke arah Falleo yang berdiri di depannya, lalu memberikan kotak bekal itu kepada Falleo. "Lo aja yang makan, perut gue udah kenyang," jawabnya dengan santai, mencoba menghindari perhatian lebih lanjut.

Dengan senang hati, Falleo menerimanya sambil berkata. "Nah, gini dong, harus setia kawan, Star."

Mereka tertawa dan tidak terlalu memikirkan hal itu lagi, tapi di dalam hatinya, Alastar merasa sedikit canggung. Meskipun begitu, dia tetap menyembunyikan perasaan itu dan berusaha tetap terlihat biasa.

****

Saat bel berbunyi tanda waktu istirahat, Alastar dan teman-temannya keluar dari kelas, saling bercanda dan tertawa. Namun, berbeda dengan mereka, Frasha keluar dari kelas dengan langkah tenang, berjalan berdampingan dengan sahabatnya, Ilva. Seperti biasa, Frasha terlihat tidak terlalu peduli dengan keramaian di sekitarnya.

"Tumben banget, si tengil itu nggak gangguin lo," kata Ilva, sambil melirik ke arah Alastar yang berjalan di depan mereka.

Frasha hanya mengangkat bahunya dengan acuh. "Gue nggak tahu, Ilva. Mungkin dia sibuk dengan dunianya sendiri," jawab Frasha, dengan suara datar, namun ada sedikit keheranan di balik kata-katanya.

Ilva mengangkat alisnya, tetapi tidak melanjutkan pembicaraan. Mereka terus berjalan menuju kantin, sementara di belakang mereka, Alastar dan teman-temannya melangkah keluar dengan perasaan yang berbeda-beda.

Alastar merasa sedikit lega, meskipun kalimat yang di ucapkan oleh Alarick terus terngiang di pikirannya. Mungkin, dia memang harus menerima kenyataan itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, perasaan itu tidak mudah hilang begitu saja. Dia merasa ada yang harus dia lakukan, entah apa, untuk bisa mengerti lebih jauh tentang Frasha dan hubungannya dengan orang lain.

Episodes
1 Bab 1. Alastar
2 Bab 2: Teka-Teki yang Menarik
3 Bab 3. Teka-Teki yang Mengganggu
4 Bab 4. Pertemuan yang Membingungkan
5 Bab 5. Kepastian Hati
6 Bab 6. Festival Seni dan Budaya SMA Gonzaga.
7 Bab 7. Perubahan yang Terlihat di Kantin
8 Bab 8. Keheningan yang Terguncang
9 Bab 9. Langkah Baru dalam Hujan
10 Bab 10. Jalan Pulang yang Lain
11 Bab 11. Jalan yang Tak Pernah Sama
12 Bab 12. Dua Hati, Satu Luka
13 Bab 13. Pilihan yang Tidak Mudah
14 Bab 14. Bayang-Bayang yang Membekukan SMAGA
15 Bab 15. Ketegangan yang Semakin Membeku
16 Bab 16. Hati yang Terluka
17 Bab 17. Keheningan yang Menyembuhkan
18 Bab 18. Hujan yang Menyisakan Luka
19 Bab 19. Di Balik Pintu Rumah Itu
20 Bab 20. Menyepi dari Keramaian
21 Bab 21. Antara Peran dan Perasaan
22 Bab 22. Melindunginya adalah Harga Mati
23 Bab 23. Rahasia di Balik Jendela
24 Bab 24. Ruang Amarah
25 Bab 25. Jejak di Tengah Keraguan
26 Bab 26. Lingkaran yang Retak
27 Bab 27. Rumit
28 Bab 28. Dia, Lebih Rapuh dari Yang Terlihat
29 Bab 29. Luka yang Tak Terlihat
30 Bab 30. Kota Malang, dan Banyak Kisah
31 Bab 31. Satu Meja, Dua Impian
32 Bab 32. Rumah Runtuh
33 Bab 33. Alastar dan Perasaannya
34 Bab 34. Terkejar Akhirnya Tak Tergapai
35 Bab 35. Jejak Hujan dan Rasa yang Tertinggal
36 Bab 36. Di Antara Hening dan Kata-Kata
37 Bab 37. Langit yang Retak
38 Bab 38. Ketulusan di Balik Luka
39 Bab 39. Teka-teki di Balik Tragedi
40 Bab 40. Jalan Menuju Kebenaran
41 Bab 41. Garis Terdepan
42 Bab 42. Langit yang Gelap dan Alastar yang Gelisah
43 Bab 43. Malang, Kota dengan Segala Keresahan Penduduknya
44 Bab 44. Menanti Sebuah Kabar
45 Bab 45. Pertemuan yang Tak Terduga
46 Bab 46. Jarak
47 Bab 47. Menyepi dari Keramaian Kota
48 Bab 48. Semesta dengan Segala Candaannya
49 Bab 49. Kacau
50 Bab 50. Keterlambatan yang Menyakitkan
51 Bab 51. Di Antara Pilihan yang Tak Selesai
52 Bab 52. About Alastar
53 Bab 53. Saat Perasaan Tak Pernah Sampai
54 Bab 54. Jejak yang Tak Pernah Lenyap
55 Bab 55. Jejak yang Tak Terlihat
56 Bab 56. Langit yang Menuntut Jawaban
57 Bab 57. Retakan Kepercayaan
58 Bab 58. Di Balik Ingatan yang Luntur
59 Bab 59. Bayang-bayang Penghianatan
60 Bab 60. Semesta Memang Senang Menguji
61 Bab 61. Tautan Tak Terlihat
62 Bab 62. Di Balik Luka dan Rahasia
63 Bab 63. Luka yang Seolah Tak Pernah Merasa Cukup
64 Bab 64. Ayah Peran yang Sudah Lama Pudar
65 Bab 65. Rumah Bukan yang Ternyaman
66 Bab 66. Luka yang Tak Terlihat
67 Bab 67. Keputusan di Persimpangan
68 Bab 68. Bandung yang Asing
69 Bab 69. Manusia dengan Hati yang Pernah Patah
70 Bab 70. Penuh Teka-Teki
71 Bab 71. Kabar Baik untuk Alastar
72 Bab 72. Sesuatu yang Tidak Bisa di Paksa, Perasaan.
73 Bab 73. Perasaan yang Tak Seharusnya
74 Bab 74. Jejak yang Tertinggal
75 Bab 75. Dengan Ilva
76 Bab 76. Runtuh
77 Bab 77. Suara yang Berisik, Pikiran yang Sunyi
78 Bab 78. Menjelang Pertemuan
79 Bab 79. Runtuhnya Tiang Hidup
80 Bab 80. Setumpuk Amarah, dan Kekecewaan
81 Bab 81. Banyak Luka dari Bandung
82 Bab 82. Menemukan Kembali yang Hilang
83 Bab 83. Kenyataan yang Menyakitkan
84 Bab 84. Ada Rindu yang Terlanjur Patah
85 Bab 85. Semakin dekat dengan jawaban
86 Bab 86. Masa lalu tidak pernah benar-benar hilang
87 Bab 87. Luka yang Tak Terucapkan
88 Bab 88. Langit Malam dan Luka yang Menganga
89 Bab 89. Bukit Bintang, Bandung
90 Bab 90. Memberi Kenangan, Agar Tetap Tinggal
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1. Alastar
2
Bab 2: Teka-Teki yang Menarik
3
Bab 3. Teka-Teki yang Mengganggu
4
Bab 4. Pertemuan yang Membingungkan
5
Bab 5. Kepastian Hati
6
Bab 6. Festival Seni dan Budaya SMA Gonzaga.
7
Bab 7. Perubahan yang Terlihat di Kantin
8
Bab 8. Keheningan yang Terguncang
9
Bab 9. Langkah Baru dalam Hujan
10
Bab 10. Jalan Pulang yang Lain
11
Bab 11. Jalan yang Tak Pernah Sama
12
Bab 12. Dua Hati, Satu Luka
13
Bab 13. Pilihan yang Tidak Mudah
14
Bab 14. Bayang-Bayang yang Membekukan SMAGA
15
Bab 15. Ketegangan yang Semakin Membeku
16
Bab 16. Hati yang Terluka
17
Bab 17. Keheningan yang Menyembuhkan
18
Bab 18. Hujan yang Menyisakan Luka
19
Bab 19. Di Balik Pintu Rumah Itu
20
Bab 20. Menyepi dari Keramaian
21
Bab 21. Antara Peran dan Perasaan
22
Bab 22. Melindunginya adalah Harga Mati
23
Bab 23. Rahasia di Balik Jendela
24
Bab 24. Ruang Amarah
25
Bab 25. Jejak di Tengah Keraguan
26
Bab 26. Lingkaran yang Retak
27
Bab 27. Rumit
28
Bab 28. Dia, Lebih Rapuh dari Yang Terlihat
29
Bab 29. Luka yang Tak Terlihat
30
Bab 30. Kota Malang, dan Banyak Kisah
31
Bab 31. Satu Meja, Dua Impian
32
Bab 32. Rumah Runtuh
33
Bab 33. Alastar dan Perasaannya
34
Bab 34. Terkejar Akhirnya Tak Tergapai
35
Bab 35. Jejak Hujan dan Rasa yang Tertinggal
36
Bab 36. Di Antara Hening dan Kata-Kata
37
Bab 37. Langit yang Retak
38
Bab 38. Ketulusan di Balik Luka
39
Bab 39. Teka-teki di Balik Tragedi
40
Bab 40. Jalan Menuju Kebenaran
41
Bab 41. Garis Terdepan
42
Bab 42. Langit yang Gelap dan Alastar yang Gelisah
43
Bab 43. Malang, Kota dengan Segala Keresahan Penduduknya
44
Bab 44. Menanti Sebuah Kabar
45
Bab 45. Pertemuan yang Tak Terduga
46
Bab 46. Jarak
47
Bab 47. Menyepi dari Keramaian Kota
48
Bab 48. Semesta dengan Segala Candaannya
49
Bab 49. Kacau
50
Bab 50. Keterlambatan yang Menyakitkan
51
Bab 51. Di Antara Pilihan yang Tak Selesai
52
Bab 52. About Alastar
53
Bab 53. Saat Perasaan Tak Pernah Sampai
54
Bab 54. Jejak yang Tak Pernah Lenyap
55
Bab 55. Jejak yang Tak Terlihat
56
Bab 56. Langit yang Menuntut Jawaban
57
Bab 57. Retakan Kepercayaan
58
Bab 58. Di Balik Ingatan yang Luntur
59
Bab 59. Bayang-bayang Penghianatan
60
Bab 60. Semesta Memang Senang Menguji
61
Bab 61. Tautan Tak Terlihat
62
Bab 62. Di Balik Luka dan Rahasia
63
Bab 63. Luka yang Seolah Tak Pernah Merasa Cukup
64
Bab 64. Ayah Peran yang Sudah Lama Pudar
65
Bab 65. Rumah Bukan yang Ternyaman
66
Bab 66. Luka yang Tak Terlihat
67
Bab 67. Keputusan di Persimpangan
68
Bab 68. Bandung yang Asing
69
Bab 69. Manusia dengan Hati yang Pernah Patah
70
Bab 70. Penuh Teka-Teki
71
Bab 71. Kabar Baik untuk Alastar
72
Bab 72. Sesuatu yang Tidak Bisa di Paksa, Perasaan.
73
Bab 73. Perasaan yang Tak Seharusnya
74
Bab 74. Jejak yang Tertinggal
75
Bab 75. Dengan Ilva
76
Bab 76. Runtuh
77
Bab 77. Suara yang Berisik, Pikiran yang Sunyi
78
Bab 78. Menjelang Pertemuan
79
Bab 79. Runtuhnya Tiang Hidup
80
Bab 80. Setumpuk Amarah, dan Kekecewaan
81
Bab 81. Banyak Luka dari Bandung
82
Bab 82. Menemukan Kembali yang Hilang
83
Bab 83. Kenyataan yang Menyakitkan
84
Bab 84. Ada Rindu yang Terlanjur Patah
85
Bab 85. Semakin dekat dengan jawaban
86
Bab 86. Masa lalu tidak pernah benar-benar hilang
87
Bab 87. Luka yang Tak Terucapkan
88
Bab 88. Langit Malam dan Luka yang Menganga
89
Bab 89. Bukit Bintang, Bandung
90
Bab 90. Memberi Kenangan, Agar Tetap Tinggal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!