BAB 03

Peter melihat sekelilingnya, banyak sekali remaja laki-laki maupun perempuan menatap dirinya dengan tatapan kasihan, remeh, senang, dan lainnya. Mereka semua seperti mengenakan seragam sekolah yang berwarna putih abu-abu.

Ia melihat sekelilingnya lagi, ia seperti berada di dalam ruangan kelas. Ia berguman. "Benar juga, bukankah aku sedang bersekolah ?"

"Ya, kamu sedang sekolah, namun kamu malah tidur di mata pelajaranku."

Peter terbelalak, lalu ia menoleh kepalanya dan menatap pria dewasa yang tengah menatap marah padanya. Dalam batinnya ia berkata. "Benar juga, dia ini 'kan Guru Matematika sekolahku."

"Karena kamu sudah berani tidur di mata pelajaranku, sekarang kamu keluar sampai jam istirahat !!" ucap Pak Guru Matematikanu yang name tag nya bertulis 'Andi'.

Peter membalas. "Tunggu dulu pak, saya tak sengaja tertid..."

Ucapan Peter terpotong, oleh kata-kata Pak Guru Matematikanya. "Peter Hardian, aku menyuruhmu keluar saat ini juga !!"

Peter menghela nafasnya. Ia pun bangkit dari duduknya, lalu ia berjalan menuju pintu keluar kelasnya. Indra pendengarannya mendengar suara tertawa teman sekelasnya. Ia tak peduli hal itu.

Suara tawa masih terdengar setelah Peter keluar dari kelasnya. Pak Andi melotot ke arah semua murid dihadapannya. "Diam !!"

Seketika semua murid di kelas terdiam. Pak Guru bersuara lagi. "Jika masih ada yang tertawa, silahkan keluar."

Tak ada yang menjawab, tak ada yang berani, semua murid memilih untuk diam. Pak Andi pun melanjutkan mata pelajaran Matematikanya.

.....

Kini Peter tengah berada di belakang sekolahnya. Banyak sekali kursi-kursi kayu bertumpukan yang sudah tak terpakai. Ia mengambil salah satu dan mendudukinya.

Ia duduk melamun dan memenjam kedua matanya. Meski melamun, dalam pikirannya, tertuju tentang mimpi yang barusan ia alami.

Peter merasa aneh, karena mimpi itu terasa nyata, seakan dirinya pernah hidup di Dunia Sihir. Tapi baginya itu hal yang mustahil, karena memang kenyataan dia hidup di Dunia yang biasa-biasa saja pada umumnya.

Tapi mimpi benar-benar terasa nyata. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Kedua tangannya memegang kepalanya dan ia memenjam kedua matanya, ia merasa dirinya harus bertahan rasa sakit.

Dalam pikirannya, tiba-tiba ia melihat bayangan-bayangan tentang dirinya. Ia melihat dirinya bisa menggunakan Sihir, dan ahli senjata. Ia melihat dirinya mengupas kejahatan.

Dan ia melihat dirinya membunuh para mahluk aneh berkulit hitam, berbulu, dan memiliki 2 tanduk di kepalanya. Sampai-sampai ia menutupi identitasnya.

Bahkan sosok itu di puja-puja oleh karena selalu membantu dan menolong siapapun. Namun ada hal pahit yang menimpanya, sehingga ia harus tewas oleh kaumnya sendiri.

Kini Peter terdiam. Ia masih bingung karena kenapa ia melihat dirinya bisa menggunakan Sihir dan ahli senjata. Padahal selama ini ia hidup normal, ia tak pernah melakukan hal aneh apapun.

Tiba-tiba apapun yang ia lihat, semua menggelap. Lalu ia melihat sosok Pria Tua yang muncul dihadapannya. Peter ingin sekali bertanya, tapi ia tak bisa menggerakkan mulutnya, bahkan tubuhnya tak bisa digerakan.

Pria Tua itu berkata. "Apa yang kamu lihat barusan, itulah dirimu yang lain, yang hidup di Dunia Lain."

Peter terbelalak. Seakan ia tak percaya kalau ia memiliki saudara kembar yang hidup di Dunia Lain. Tunggu Dunia Lain ? Yang benar saja !! Mana mungkin ada Dunia Lain, Dunia Paralel, dan semacamnya. Ia tak percaya.

Kalau memang ada, bagaimana bisa saudara kembarnya bisa berada di Duna Lain. Bagaimana caranya agar bisa pergi ke Dunia Lain ? Sungguh aneh bukan ? Itulah isi pikiran Peter saat ini.

Meski ia pernah mendengar cerita beberapa ilmuwan yang mengatakan teori tentang keberadaan Dunia Lain. Tapi kenyataan belum ada kebenaran tentang keberadaan Dunia Lain.

Pria Tua itu kembali bersuara. "Aku tau apa yang kamu pikirkan. Sosok itu, bukanlah saudara kembarmu, melainkan dirimu yang lain yang hidup di Dunia Sihir."

"Bisa dikatakan, dia adalah duplikatmu, atau tepatnya varian dari dirimu yang hidup di Dunia Alternatif. Sebaliknya, kamu adalah sosok dirinya yang hidup di Dunia ini, kamu adalah duplikatnya, atau variannya." tambahnya.

Tunggu !! Bukan saudara kembar ? Diriku yang lain ? Duplikat ? Varian ? Dirinya yang lain hidup di Dunia Lain ? Dunia Alternatif ? Dunia Paralel kah ? Bagaimana bisa ? Bukankah semua itu hanyalah teori yang belum ada kebenarannya.

Pria Tua itu berkata. "Banyak sekali Dunia tanpa kalian ketahui. Ada yang mahluknya kembar, ada yang tidak. Banyak sekali kehidupan-kehidupan yang unik di dalamnya. Jadi setiap dunia-dunia yang ia lihat, memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya mahluk hidupnya di dalamnya."

"Dirimu yang lain telah meninggal karena dibunuh. Dia sosok yang hebat, maka dari itu, aku mereinkarnasikan jiwa dan pikirannya kepadamu." tambahnya.

Peter mendengar sangat baik, ia paham apa yang dikatakan oleh Pria Tua itu. Ingin sekali berkata, tapi mulutnya rapat membeku, seakan ia tak diizikan berbicara atau bertanya sepatah kata apapun.

"Mungkin itu saja yang aku sampaikan padamu. Kamu tenang saja. Dirimu dan dirimu yang lain takkan saling berebutan atas tubuhmu, Karena kalian berdua adalah satu." ucap Pria Tua.

"Dan juga, aku telah membekali Sihir dan kemampuan milik dirimu yang lain. Jadi sekarang, kamu adalah yang terbaik di Dunia Tinggalmu." tambahnya, lalu ia menghilang.

.

.

.

.

.

.

Peter pun membuka kedua matanya. Ia melihat sekeliling. Ia masih di belakang gedung sekolahannya. Ia berdiri dari duduknya. Ia menurunkan kedua tangannya, karena kepalanya sudah tak terasa sakit.

Ia memandang kedua telapak tangannya. "Jadi, Dunia Lain itu benar-benar ada ?"

Peter pun teringat kata-kata Pria Tua yang datang ke dalam pikirannya. "Diriku yang lain berasal dari Dunia Sihir."

"Tapi setelah dipikir-pikir, mimpi yang 'ku alami beberapa waktu yang lalu, benar-benar terasa nyata." lanjutnya.

Ia kembali memenjam kedua matanya kembali. Tak lama kemudian, ia membuka kedua matanya. Sesuai dugaan, ingatan dirinya yang lain juga tertanam dalam kepalanya.

Peter merasa kasihan pada dirinya yang lain, karena sebuah kecelakaan, kedua orang tua harus pergi selama-lamanya. Hingga di umur 20 tahun pada akhirnya, dirinya yang lain harus mati setelah dihianati oleh suatu kelompok.

Yah..., meskipun dirinya sendiri juga hidup sendiri, itu pun karena ia tak tau dimana kedua orang tuanya. Selama ini ia hidup di panti asuhan sedari balita berumur 2 tahun.

Setelah lulus SMP, ia memilih keluar dari panti, untuk hidup mandiri. Karena Tak mungkin ia hidup selamanya di Panti. Sudah setengah tahun lebih ia hidup mandiri di kos-kosan.

Peter juga bekerja sebagai pelayan caffe setelah pulang sekolah. Meski gaji tak besar setidaknya bisa untuk menutupi kebutuhannya. Beruntung di SMA-nya ia mendapat beasiswa.

Tapi baginya, itu bukanlah apa-apa. Peter teringat sesuatu. "Diriku yang lain sudah berumur 20 tahun, sedangkan umurku sendiri sudah 16 tahun."

Peter bertanya-tanya keras tentang hal itu. Lalu ia menepisnya. Yang ia yakini adalah jalani hidupnya seperti biasanya. Mau bagaimanapun dirinya dan dirinya yang lain tetaplah satu.

Tapi satu kesimpulan baginya setelah melihat ingatan dari dirinya yang lain, yaitu. "Orang baik, belum tentu baik. Begitu sebaliknya, mulai sekarang aku tidak akan mudah percaya kepada siapapun."

___________

Jangan Lupa Like.

Terpopuler

Comments

KING LIVERPOOL

KING LIVERPOOL

kalo dipapua gurunya bilang begitu yo keluar semua

2022-10-29

0

[ Azuya ]

[ Azuya ]

penghianatan itu diperlukan untuk mengubah org yg naif menjadi tidak naif....

2021-11-27

0

AzaZel

AzaZel

orang baik + orang terlalu baik = naif

2021-11-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!