Pemburu Foresta

"Siapa kamu dan makhluk apa tadi?"

Wanita muda dengan pakaian pendek berwarna merah itu mengusap rambut pendeknya. Rambutnya berwarna kemerahan. Membuatku teringat dengan Ghava. Namun jelas style Ghava tidak sebanding dengan wanita ini yang terlihat modis, cantik, elegan dan pastinya keren. Ia memakai jepit rambut. Awalnya kukira berbentuk bunga warna putih, setelah kuperhatikan ternyata berbentuk tengkorak. Namun tengkoraknya tidak menyeramkan. Melainkan imut.

"Sudah kukatakan, bukan!? Namaku Hil. Makhluk transparan tadi adalah foresta."

"Forest? Hutan?"

Terdengar suara nyanyian dari arah bumi perkemahan dari tempatku dan Hil berada. Bukannya menjawab pertanyaanku, Hil malah ikut bersenandung mendengar nyanyian dari arah sana. Dia hafal lirik lagu itu. Artinya, dia bukanlah penghuni hutan dan dia mungkin tinggal di kota bersama orang-orang pada umumnya. Artinya, dia juga manusia biasa? Atau manusia ninja?

"Itu lagu favoritku. Bisa-bisanya kamu hanya diam mendengar lagu itu," ujar Hil sambil langsung lanjut bernyanyi.

Apa-apaan orang ini. Dia aneh. Bahkan lebih aneh dari anjing transparan tadi. Dia membiarkanku terjebak dalam kebingungan sedangkan ia bernyanyi sesuka hati? Tapi dilihat dari mana pun ia tetaplah manusia. Bukan makhluk lain. Tidak terlihat jahat juga. Entah kenapa aku tidak ada rasa takut dan ragu dengan orang aneh ini. Firasat seperti beberapa saat lalu datang lagi.

Beberapa saat berlalu. Hil bernyanyi ria sedangkan aku hanya mematung menunggunya menjawab pertanyaanku. Padahal jika ingin, aku akan meninggalkannya bernyanyi sendirian di tengah hutan seperti orang gila. Namun apa yang kusaksikan tadi terlalu hebat untuk diabaikan. Siapa tahu jika aku kembali, aku tidak akan bertemu Hil lagi dan tidak akan mendapatkan jawaban atas kejadian aneh tersebut.

"Yah, udah selesai," keluh Hil.

"Udah, nyanyinya?"

"Udah. Lagu favoritku hanya dinyanyikan tiga kali. Lagu yang ini aku nggak suka," jawab Hil.

Aku hanya mengangguk, yang penting dia segera mengingat posisiku yang seperti orang bodoh ini. Penuh pertanyaan namun diabaikan hanya karena lagu galau.

"Makhluk tadi adalah Foresta. Itu adalah makhluk aneh dan menyeramkan namun tak kasat mata," ujar Hil akhirnya kembali dari iklan menyebalkan itu.

Aku melayangkan pandang ke arah makhluk aneh yang dipotong itu. Tidak ada lagi?

"Tak kasat mata? Tapi aku melihatnya dengan jelas," pungkasku bingung.

"Tentu saja. Karena kamu adalah orang terpilih yang bisa melihat foresta."

Aku mengernyitkan dahi. Hei, ini benar-benar tidak masuk akal. Sebagai peminat film horor, aku tak pernah tahu adanya makhluk bernama foresta.

"Jadi, foresta adalah hantu?"

Hil tertawa, "Bukan, Kea. Foresta adalah makhluk tak kasat mata tapi bukan berarti hantu. Ya, bisa dibilang makhluk supranatural yang berbahaya."

Berbahaya? Aku menelan ludah.

"Tapi jangan khawatir. Tim Vigna radiata akan senantiasa menjaga hutan ini dengan sebaik-baiknya."

"Vigna apa?" tanyaku polos.

"Itu adalah nama timku. Kau tahu, aku adalah seorang pemburu foresta. Ya, singkatnya seperti itu agar kamu tidak kebingungan."

Aku mendengus. Peduli apa dia soal kebingunganku setelah ia bernyanyi dengan penuh semangat tanpa merespon pertanyaanku.

"Dengar, Kea. Ini adalah rahasia. Ingat, jika kamu bongkar maka dipastikan kamu akan dibunuh pada saat itu juga bersama dengan orang yang kamu kasih tahu," ujar Hil mengancam namun dengan senyuman manisnya.

Seketika bulu kudukku seperti berdiri. Walaupun ramah, aku yakin bahwa Hil tidaklah bergurau. Lalu apa maksudnya orang terpilih? Apa yang akan aku lakukan dan apa tujuannya?

"Bagaimana jika ada Foresta yang lolos ke bumi perkemahan, Hil?" tanyaku berusaha mencari topik lain agar tidak diancam lagi.

"Apakah kamu melihat anjing aneh itu sangat lambat dibanding aku?"

Aku menggeleng. Jelas Hil jauh lebih gesit.

"Itulah pekerjaan pemburu foresta. Menjaga hutan dan menjaga agar jangan sampai ada foresta yang keluar dari hutan."

"Lalu, apa yang terjadi jika manusia diserang foresta?"

"Apa yang terjadi padamu?" Hil balik bertanya.

Aku melihat lenganku yang berdarah. Darah pada lenganku sampai mengering karena tidak diurus.

"Luka. Hanya ini? Tidak ada bedanya dengan digigit anjing normal."

"Itu karena yang tadi hanyalah foresta lemah. Yaitu foresta yang kekuatannya sama persis dengan hewan yang mirip dengannya."

"Artinya, foresta bentuknya menyerupai hewan-hewan pada umumnya dan tak hanya anjing?"

Hil mengangguk, "Pintar sekali, Kea."

Sebelum aku mengajukan pertanyaan lagi, Hil memetik sesuatu di antara semak-semak. Daun semanggi? Teringat julukan dengan Lea dan Dea.

Itu adalah daun semanggi 5. Sebentar, aku paham sekarang. Benda terbang memutar tadi bukanlah shuriken. Melainkan daun semanggi!? Tapi itu tampak keras sekali. Ukurannya juga tiga kali lebih besar dari daun semanggi biasa. Ya, contohnya daun semanggi yang dipetik Hil. Ukuran normal.

"Sini angkat lenganmu," pinta Hil.

Seperti sulap. Saat daun semanggi itu didekatkan pada lenganku yang terluka, seketika ukurannya membesar. Seukuran lukaku. Bahkan sedikit lebar lebar. Lantas menempel pada lenganku. Tak sampai lima detik, Hil segera melepaskan daun tersebut dan wah. Lukaku hilang. Sembuh tanpa bekas sedikit pun.

"Bagaimana kamu melakukannya?"

Hil mengangkat bahu, "Hanya trik sederhana seorang pemburu foresta."

"Apakah aku boleh bertanya lagi?"

"Silakan, selagi tidak memberi tahu orang lain karena itu artinya kamu minta dibunuh."

Lagi-lagi ancaman itu. Lagipula, siapa juga yang ingin melakukannya setelah diancam seperti itu.

"Bagaimana kamu melakukannya? Maksudku, itu sangat hebat. Apakah kamu ninja?"

Hil menggeleng, "Sudah kubilang, aku adalah seorang pemburu foresta."

Sial. Orang ini memang benar-benar aneh. Apakah dia tidak bisa menjelaskan lebih mudah lagi? Apakah harus memutarkan lagu favoritnya lagi baru ia akan menjawab dengan benar? Jika saja ini adalah Dea atau Lea. Maka sudah kucekik lehernya.

"Apakah semua pemburu foresta mempunyai kemampuan sepertimu?"

Aku mencoba bertanya yang lebih mudah dijawab.

"Tidak semua. Karena setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda."

Ya, aku tahu itu. Namun, untuk kemampuan seperti itu jelas tidak dapat dibandingkan dengan orang normal lainnya.

"Baiklah, pertanyaan terakhir. Untuk apa aku di sini?"

"Tentu saja kamu sedang berkemah."

Kali ini aku benar-benar membaringkan diri di tanah. Tidak peduli dengan semak-semak yang tinggi dan membuat gatal. Kurang ajar!

"Itu hanyalah foresta lemah. Tidak mungkin bisa membuatmu sekarat seperti itu."

Aku juga tahu perempuan aneh sialan! Aku seperti orang yang kehilangan kewarasan karena kamu!

"Tolong, bisakah kamu menjawab dengan normal. Sebelum aku benar-benar bunuh diri sekarang?"

Siapa sangka, Hil justru tertawa terpingkal-pingkal. Entah spesies aneh apa ini. Enak saja menyebut anjing transparan tadi aneh. Padahal dirinya sendiri jauh lebih aneh dibanding makhluk mana pun!

"Baik, sudah cukup bercandanya. Ayo berdiri. Lebih nyaman tidur di tenda daripada di sini, Kea."

Sudahlah. Andai aku menguasai jurus seperti yang ia punya, pasti sudah kugunakan untuk menghajarnya.

"Dengar, Kea."

Hil berseru setelah aku berdiri. Tidak peduli walaupun bajuku kotor. Kini ekspresinya berubah serius.

"Kamu akan menjadi pemburu foresta sepertiku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!