Pagi itu, pria yang bekerja sebagai sopir baru keluarga Cameron sudah tiba. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Zidane. Tidak banyak pertanyaan dari pemilik rumah, karena semua itu sudah diatur oleh Lea dan kawan-kawan. Mereka tidak akan curiga jika Zidane adalah seorang mata-mata. Hari pertama bekerja, Zidane sudah dibuat pusing oleh teriakan putri keluarga itu.
"Dia adalah nona Xenia, putri keluarga ini." ucap tukang kebun yang sedang duduk bersama Zidane.
"Apa dia satu-satunya putri di keluarga ini, pak?" tanya Zidane.
"Bukan, masih ada tuan muda Bara yang merupakan putra pertama sekaligus penerus keluarga ini."
"Saat pergi menemui tuan dan nyonya, aku tidak melihatnya."
"Dia sedang pergi ke luar negeri untuk suatu pekerjaan, sepertinya akan kembali dalam waktu dekat ini." jawab tukang kebun.
Semakin banyak Zidane mendapatkan informasi, maka akan semakin bagus. Semua informasi itu akan Zidane beritahu secepatnya pada Jasmine. Tapi bagaimana caranya? Dari halaman belakang terdengar suara teriakan Xenia yang memanggilnya. Zidane segera pergi menghampiri.
"Kenapa lama sekali?" ucap Xenia mengomel.
"Maaf nona, jarak dari halaman belakang kemari cukup jauh."
"Berani sekali yah kau menjawab! Suasana hatiku sedang buruk, jangan sampai aku meminta Daddy untuk memecatmu."
"Kau tidak bisa memecat pekerja di rumah ini sesukamu, sayang. Daddy sangat sulit menemukan orang yang mau bekerja untuk kita." timbal Anya yang menghampiri putrinya.
"Tapi Mom..."
"Bukankah kau bilang pagi ini ada presentasi di kampus?"
"Itu benar."
"Tunggu apa lagi? Cepat berangkat!"
Dalam perjalanan, Zidane menatap Xenia di kaca mobilnya. Di perhatikan sejak tadi dia terus mengomel di telepon. Jika bukan karena terpaksa, tidak akan Zidane melanjutkan pekerjaannya di rumah besar itu. Hari pertama saja sudah seperti ini, bagaimana dengan esok?
"Kenapa kau terus menatapku?" omel Xenia. "Fokus saja menyetir!"
"Baik, nona."
****
Di ruang khusus, Ji-Hoon bersama anggota yang lain sedang menyelidiki sebuah kasus. Kasus pertama yang akan mereka pecahkan adalah kasus tentang kematian seorang mahasiswi yang diduga lompat dari atap kampus. Penyebab kematiannya belum diketahui pasti. Tempat pertama yang mereka datangi adalah kampus dimana mahasiswi itu belajar.
"Kampus itu sangat terkenal di kota besar ini, jika kita tiba-tiba datang untuk menyelidiki kasusnya, apa pihak kampus akan mengizinkannya?" ucap Seojun.
"Kau benar, apalagi kasus ini sudah hampir satu bulan. Pihak kampus pasti tidak akan lagi memperpanjang kasusnya." ucap ketua.
Ji-Hoon tidak bisa bertindak sendiri. Dia pergi untuk meminta masukan Brandon. Mendengar ada sedikit masalah yang dihadapi anak buahnya, Brandon langsung memikirkan cara untuk mereka supaya bisa dengan leluasa memasuki kampus tanpa identitas aslinya. "Beri aku sedikit waktu untuk memikirkannya, setelah itu kau bisa datang lagi nanti." ucap Brandon.
"Tentu saja ketua," jawab Ji-Hoon.
Saat sedang makan siang, Brandon melihat surat kabar yang ada di atas mejanya. Cleaning service langsung menyingkirkannya. "Maaf ketua, ini surat kabar dua hari yang lalu. Aku lupa untuk membuangnya."
"Apa yang tertulis dalam surat kabar itu?" tanya ketua.
Cleaning service membuka kembali surat kabar itu dan memberitahu ketua.
"Tidak ada yang penting ketua, hanya saja Columbia University sedang membutuhkan tiga orang pengajar yang ahli di bidang Musik, Studi film dan Media, dan Bahasa Inggris."
"Terima kasih sudah membantuku, Jack."
Brandon langsung meninggalkan ruangannya. "Memang apa yang sudah aku lakukan?" ucap Jack bingung.
Brandon meminta orang untuk memanggil Ji-Hoon ke ruangannya. "Apa diantara kalian ada yang menguasai bidang musik , studi film, dan bahasa inggris?"
"Aku sendiri jujur tidak menguasai ketiga bidang itu, tapi tidak tahu dengan yang lain. Kenapa memang ketua?"
"Columbia University sedang membutuhkan tiga orang dosen untuk mengajar di bidang itu. Ini satu-satunya kesempatan kalian untuk bisa masuk ke kampus itu dengan bebas."
"Aku akan tanyakan anggotaku dulu, jika sanggup kami akan segera memberitahumu."
"Cepatlah! Aku takut jika posisi ini sudah diisi oleh orang lain."
"Baiklah, aku pergi dulu."
Selesai makan siang, Ji-Hoon mengumpulkan semua anggotanya. Dia menanyakan akan keahlian mereka.
"Untuk apa kau menanyakan hal itu, ketua? Jangan bilang jika kita akan masuk kesana dengan menyamar sebagai mahasiswa." ucap Jae Sung .
"Lebih dari itu, Columbia University sedang membutuhkan tiga orang dosen. Aku ingin tiga diantara kalian pergi untuk mengisi posisi itu."
"Studi apa yang mereka butuhkan?" tanya Nam Seon.
"Musik, Studi film dan Media, serta Bahasa Inggris."
"Sejak aku bergabung tim ini, aku sudah pandai berbahasa Inggris. Aku bersedia untuk mengisi posisi itu," ucap Tae Yeong.
"Lalu, untuk dua studi lagi?" Seojun dan Jong Dae mengangkat tangannya. "Aku akan mengajar musik, sementara Seojun studi film dan media." ucap Jong Dae.
"Baiklah, persoalan ini kita anggap selesai. Aku akan pergi menemui ketua Brandon dan memberitahu hal ini." ucap Ji-Hoon.
****
Siang itu, Lea menemani Rae pergi membeli buku. Di saat yang sama Ji-Hoon mengajak Jong Dae dan Tae Yeong pergi mencari buku untuk referensi mereka sebelum mengajar di kampus. Sesampainya di toko buku, Rae pergi melihat-lihat. Setelah mendapatkan buku yang dicari, Rae teringat dengan pesanan Jasmine. Dia memesan buku panduan tentang pengelolaan perusahaan dan bisnis.
"Apa menurutmu buku ini cocok dengan yang Jasmine minta?" tanya Rae.
"Sangat cocok. Penulis buku ini cukup terkenal. Sepertinya bagus untuk orang yang ingin mendalami bisnis." jawab Lea.
Ji-Hoon dan dua anggotanya baru tiba di toko. Mereka berpencar untuk melihat-lihat.
Jong Dae sangat bingung harus mencari buku seperti apa. Dia kebetulan melihat Rae di sana. Dia memberanikan diri untuk bertanya padanya. Rae melirik ke arah Jong Dae.
"Kenapa pria itu terus menatapku?" ucap Rae heran. Rae sedikit takut dia pergi untuk mencari Lea. Sementara itu, Jong Dae terus mengikutinya. Lea yang berada di lantai bawah kaget melihat Rae yang berlari ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Lea.
"Seseorang mengikutiku dari tadi." jawab Rae. Tidak lama Jong Dae muncul.
"Kenapa kau lari, Hah?" tanya Jong Dae.
Lea dan Rae menatap Jong Dae bingung.
"Siapa kau?" tanya Lea.
"Aku hanya ingin bertanya padamu tadi, kau malah lari."
"Bertanya apa?" timbal Rae.
"Aku sedang mencari buku. Tapi tidak tahu tempatnya dimana."
"Kau bisa langsung bertanya pada petugasnya, kenapa harus padaku?"
"Jika ada, tidak mungkin aku bertanya padamu. Kau sendiri kan tahu jika di lantai atas tidak ada petugas yang berjaga." ucap Jong Dae menjelaskan.
"Apa ada yang akan dibeli lagi?" tanya Lea.
"Tidak, sudah cukup."
"Baiklah, ayo kita pergi."
"Jong Dae!" teriak seseorang.
Mendengar teriakan itu, Lea dan Rae langsung berbalik ke belakang.
"Kau kemana saja? Aku mencarimu di lantai lantas, tapi tidak ada. tanya Ji-Hoon.
Lea memperhatikan mereka cukup lama. "Tanda itu... Apa mereka seorang polisi Korea?"
"Ada apa?" tanya Rae.
"Tidak," ucap Lea.
Tae Yeong merasa Lea mengetahui sesuatu. Tatapannya itu sangatlah berbeda. Setelah mereka pergi, Tae Yeong menanyakan akan penampilannya pada Ji-Hoon.
"Apa ada yang salah denganku?"
"Aku tau kau ini idaman banyak gadis. Tapi tidak perlu menanyakan hal seperti itu padaku. Memang apa yang salah dengan dirimu? Kau ini sangat perfect!" ucap Ji-Hoon.
"Benarkah?" Tae memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. Tidak ada yang salah dengan itu.
"Sial!" Tae berlari mengejar Lea. Tetapi mereka sudah pergi lima menit yang lalu.
"Ada apa?" tanya Ji-Hoon.
"Gadis tadi sepertinya tahu jika aku adalah seorang polisi Korea."
"Apa? Bagaimana mungkin?"
"Aku lupa tidak melepas pinku." ucap Tae.
"Kau ini sangat ceroboh!"
"Keduanya?" tanya Ji-Hoon.
Tae mencoba mengingatnya. "Tidak, hanya gadis yang berambut pirang saja. Gadis satunya lagi sepertinya tidak tahu."
"Baiklah, kita akan mengurusnya nanti. Ayo kita pergi!"
****
Sesampainya di rumah, Lea dan Rae melihat sebuah mobil yang tidak mereka kenal. "Sepertinya kita kedatangan tamu," ucap Rae. Mereka masuk dan melihat Zidane sedang berbincang dengan Jasmine di rumah tengah.
"Sejak kapan dia disini?" tanya Lea.
"Saat kalian pergi, tidak lama dia datang." ucap Jasmine.
"Uhh!! Lumayan sudah lama. Bi, tolong buatkan minuman untuk kami!" ucap Lea.
"Baik, nona."
"Dimana Jaane?" tanya Rae.
"Dia ada di kamarnya. Kepalanya pusing lagi." jawab Jasmine.
"Baiklah, aku akan pergi untuk melihatnya."
Tidak lama pelayan datang dengan membawa minuman dingin.
"Minumlah dulu!" ucap Jasmine pada Zidane.
"Terima kasih, nona."
"Jangan terlalu sering datang kemari, aku takut keluarga Cameron akan mencurigai mu." ucap Lea.
"Kau tenang saja, nona. Aku akan selalu bertindak hati-hati."
Lea pergi untuk mengambil sesuatu. Zidane melihat Jasmine seorang perempuan yang baik dan ramah. Jasmine menatap balik Zidane. "Kenapa kau menatapku?"
"Tidak apa-apa, nona." Zidane langsung menundukkan wajahnya.
"Ini untukmu!" Lea memberikan sebuah ponsel untuk Zidane.
"Kau sudah memberiku ponsel kemarin, kenapa memberinya lagi?"
"Ponsel ini kau gunakan untuk menghubungi kami. Jika ada informasi yang ingin kau sampaikan, bisa melewati ponsel ini, tidak perlu lagi datang kemari. Ponsel ini memiliki password yang sudah diatur serahasia mungkin." ucap Lea.
"Bagaimana cara aku menggunakannya?"
"Kau hanya membutuhkan wajahku ataupun Jasmine untuk membukanya. Jika akan menyampaikan informasi, hubungi kami dulu. Wajah kami akan muncul dan langsung terdeteksi oleh ponsel itu. Kau bisa mencobanya!" ucap Lea.
Zidane menghubungi ponsel Jasmine. "Hah? Kenapa kau menghubungiku? Kenapa bukan Lea?"
"Sepertinya dia itu memiliki perasaan padamu, Jas." ucap Lea sambil melangkah pergi.
"Kau akan kemana?" tanya Jasmine.
"Aku merasa sangat lelah. Aku akan pergi ke kamarku." jawab Lea.
Zidane sekarang mengerti cara menggunakan ponsel itu. Tidak lama Zidane mendapat telepon dari Xenia. Dia menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
"Kenapa dia masih marah-marah? Gendang telingaku hampir saja pecah dibuatnya." batin Zidane. "Maaf nona, aku harus segera pergi untuk menjemput Xenia."
"Baiklah, hati-hati."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments