Siang itu, Lea mengajak ketiga sahabatnya berbelanja ke mall. Jaane yang paling terlihat sangat bersemangat. Lea juga meminta pelayan untuk ikut bersamanya. Di belakang sudah ada mobil bodyguard untuk menjaga keamanannya. Mereka akhirnya tiba di Destiny USA, salah satu mall terbesar di New York. Saat masuk, banyak mata yang tertuju pada mereka.
"Bukankah itu Jasmine Alula? Aktris cantik yang membintangi serial film?" ucap salah satu pengunjung.
"Benar. Dia sangat cantik bahkan lebih cantik dari pada yang kita lihat di televisi." sambung temannya. Mereka menghampiri Jasmine. Namun, dengan sigap bodyguard menjaganya.
"Kami sangat mengidolakan mu, bisakah kami berfoto denganmu?" pinta salah satu pengunjung.
"Tentu saja." Dengan ramah Jasmine pun berfoto bersama mereka. Bahkan memberinya tanda tangan. Betapa beruntungnya pengunjung itu. Mereka berempat melanjutkan perjalanannya.
"Menyenangkan bukan menjadi seseorang yang dikenal banyak orang?" ucap Lea.
"Aku terkadang sangat lelah jika harus menghadapi mereka dalam jumlah banyak." jawab Jasmine.
Jaane dan Lea masuk ke sebuah toko tas branded. Sementara itu, Rae dan Jasmine masih berkeliling melihat-lihat. Mereka masuk ke toko pakaian. Saat sedang memilih, Jasmine tertarik pada satu gaun. Ketika akan mengambil untuk mencobanya, seorang perempuan datang dan menarik gaun itu dari tangan Jasmine.
"Aku ingin gaun ini!" ucap perempuan itu ke penjaga toko. "Cepat bungkuskan untukku!" ucapnya sangat arogan.
"Tunggu!" ucap Jasmine. "Gaun ini milikku. Kau mengambilnya saat sudah berada di tanganku. Sangat tidak sopan!"
"Berani sekali kau bicara seperti itu padaku. Kau tidak tahu siapa aku?"
"Apa itu penting?" ucap Jasmine.
Tidak lama Rae datang menghampiri Jasmine. "Apa ada masalah?" tanya Rae.
"Dia merebut gaun itu dariku." jawab Jasmine.
"Kenapa kau masih berdiri disini? Cepat bungkuskan gaun ini untukku! Apa kau sudah tidak ingin lagi bekerja disini?"
"Sombong sekali!" ucap Rae.
"Maaf nona, tapi nona ini lebih dulu mengambil gaunnya." ucap pelayan toko.
Seorang perempuan datang menghampiri. Pelayan toko memberinya penghormatan. Dia adalah Anya Cameron. Istri dari Jihan Cameron selaku pemilik mall itu. Jasmine sangat terkejut saat tahu jika itu adalah ibunya sendiri. Dia sempat memalingkan wajahnya karena takut sang ibu akan mengenalinya.
"Ada apa sayang?" tanya Anya.
"Perempuan ini merebut gaun milikku, Mom." jawab gadis itu.
"Mom? Itu berarti dia putri dari suami barunya." ucap Jasmine dalam hati.
"Hallo!! Bukankah tadi pelayan bilang jika gaun ini sudah lebih dulu dimiliki temanku? Dasar pembohong!" ucap Rae membela Jasmine.
"Jaga bicaramu itu!" ucap Anya sambil menunjuk wajah Rae.
"Bungkus gaun itu untuk putriku!" pinta Anya pada pelayan toko. Pelayan tidak bisa berbuat apa-apa. Jika dia tidak segera mengemasnya bisa jadi ia langsung dipecat dari pekerjaannya itu. Jasmine tidak mengatakan apapun. Dia hanya diam dan memperhatikan.
"Sudah aku bilang, bukan? Aku putri pemilik mall ini. Kau tidak bisa berbuat apapun padaku." ucap gadis itu dengan sombongnya. Saat melangkah pergi, tiba-tiba di luar Lea merebut kantong yang berisi gaun itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu heran. "Kembalikan kantong itu!"
"Cek...cek...cek..., aku baru tahu jika putri dari pemilik mall ini ternyata suka sekali membeli barang bekas orang lain." ucap Lea.
"Apa maksudmu?" gadis itu terpancing emosinya karena perkataan Lea.
"Kau baru saja membeli gaun yang sudah dipilih temanku, apa itu artinya kau membeli barang bekas?" ucap Lea.
"Mom!!! Apa kau dengar apa yang dia katakan padaku?" Perempuan itu meminta bantuan sang ibu untuk membelanya.
"Kau!"
Lea menurunkan tangan Anya yang menunjuk ke wajahnya. "Jangan menunjukku lagi seperti itu, jika tidak akan aku patahkan tanganmu itu!" tegas Lea.
"Berani sekali kau!" timbal Anya.
"Oh tentu, maka dari itu jangan sekali-kali berurusan denganku karena pada akhirnya kau sendiri yang akan menyesal. Aku tidak peduli kau siapa, jika aku mau aku pun bisa membeli mall ini."
"Benarkah? Sombong sekali!" ucap Anya.
"Ingat namaku ini! Leadhra Barbara, akan aku tunjukkan padamu semua perkataanku tadi. Aku akan membuat tempat ini menjadi milikku." kecam Lea.
Anya merasa sedikit khawatir karena dari perkataan Lea, sepertinya dia tidak main-main. Anya membawa putrinya pergi dari sana. Jaane memberikan gaun itu pada Jasmine. "Ini gaun milikmu. Aku sangat menyukainya. Kau sangat pandai memilihnya." ucap Jaane mencoba menghibur Jasmine.
"Terima kasih," ucap Jasmine.
Mereka banyak sekali membeli barang belanjaan. Dalam perjalanan, Jasmine terlihat tidak ceria. Dia terus saja melamun seperti memikirkan sesuatu. Lea tahu apa yang Jasmine sedang rasakan sekarang. Selesai dari mall, Lea pergi membawa ketiga sahabatnya ke sebuah perusahaan mobil ternama di New York.
"Untuk apa kita kesini?" tanya Rae.
"Tentu saja membeli mobil. Untuk apa lagi? Mobil di rumah hanya ada dua. Aku pikir kita harus memilikinya sendiri. Kita akan bersenang-senang dengan mobil itu," ucap Lea. Mereka semua turun dan masuk ke dalam. Di dalam sudah ada pemilik perusahaan yang langsung menyambut kedatangan mereka.
"Selamat datang, nona Lea." sapa sang pemilik perusahaan.
"Terima kasih, tuan George."
"Apa kau sering kemari? Sampai-sampai pria itu mengenalmu." ucap Jaane.
"Tentu saja, mobil yang kita pakai sekarang ini aku membelinya disini." jawab Lea.
"Oh, pantas saja." ucap Jaane.
Sang pemilik perusahaan mengajak mereka untuk melihat-lihat mobil keluaran terbaru yang diproduk perusahaannya. Semua pegawai laki-laki di perusahaan itu beristirahat sejenak hanya untuk melihat keempat gadis itu.
"Kenapa bos tidak meminta kita untuk melayani mereka?" ucap seorang pekerja.
"Sepertinya mereka bukan gadis biasa sampai bos sendiri yang mengajaknya untuk memilih mobil." sambung pekerja lain.
Jaane menyenggol tangan Rae. Dia berbisik pada Rae jika semua pekerja di perusahaan itu sedang memperhatikannya. Rae berpura-pura melihat ke sekeliling, dan dia pun merasa malu. Salah satu dari pekerja ada yang melambaikan tangannya. Rae membalas lambaian tangan itu dengan tersipu malu. Tidak lama seorang perempuan menghampiri bos. Dia memberitahunya jika ketua NYPD datang untuk menemuinya.
"Silahkan lihat-lihat dulu! Aku akan kembali lagi nanti." ucap George. Dia memanggil para pekerjanya. "Tolong layani keempat nona ini dengan baik!"
"Baik bos!" jawab para pekerja.
Mendengar ketua NYPD datang, Lea merasa penasaran dengan apa yang akan mereka bicarakan.
"Boleh aku berfoto dan meminta tanda tanganmu, nona Jasmine?" ucap salah seorang pekerja.
"Hey! Kau tahu namaku?" tanya Jasmine.
"Tentu saja, aku ini fans beratmu. Aku sangat mengidolakan semua film yang kau bintangi nona."
Jasmine tersipu malu. Ternyata banyak orang yang melihat film-filmnya. Dengan baik hati Jasmine berfoto dengan pria itu dan memberinya tanda tangan. Melihat semua itu pekerja lain merasa iri. Mereka bergantian mengambil foto bersama Jasmine. Sementara Rae dan Jaane memilih mobil yang merasa suka.
"Itu keluaran terbaru perusahaan kami, nona. Nama mobil ini adalah Rolls-Royce. Sepertinya akan sangat cocok untukmu." ucap pekerja itu.
"Benarkah? Boleh aku masuk untuk melihat dalamnya?" pinta Jaane.
"Tentu saja. Akan aku tunjukkan padamu."
Di satu sisi, Lea menyelinap ke lantai atas. Dia ingin tahu apa tujuan ketua NYPD itu menemui pemilik perusahaan. Langkah Lea terhenti saat melihat mereka keluar dari ruangan. Lea segera turun sebelum menimbulkan kecurigaan. Ketua NYPD sempat melihat keempat gadis itu dari atas. Dia merasa penasaran. Ketua meminta pemilikan perusahaan untuk mengajaknya bertemu mereka.
"Mereka adalah pelangganku, ketua." ucap pemilik perusahaan. "Mereka datang untuk membeli mobil yang di produk perusahaan kami."
"Baguslah," jawab ketua singkat.
Keempat gadis saling menatap saat mengetahui kedatangan ketua NYPD. Rae hampir saja akan menyapanya, hanya saja Jasmine langsung menahannya. Ketua melihat apa yang dilakukan Jasmine.
"Kenapa kau menahannya untuk bicara? Biarkan saja!" ucap ketua.
Mereka tidak bisa menganggap remeh ketua NYPD itu. Dia sangat teliti dan pintar.
"Halo tuan Brandon Amedeo," sapa Rae sambil menjabat tangannya.
"Kau tahu namaku?" tanya Brandon.
"Aku melihat fotomu di koran tadi pagi. Aku ikut berduka atas kematian pengawalmu." ucap Rae.
"Terima kasih."
"Sudah mendapatkan mobilnya?" tanya Lea mengalihkan pembicaraan.
"Sudah."
"Aku memilih Rolls-Royce, Rae sendiri memilih Bugatti Chiron White, Jasmine sangat menyukai Lexus LC 500 menurutnya itu sangat cocok untuknya." ucap Jaane.
"Baiklah, jika kalian sudah mendapatkannya aku akan memilih mobil Porsche." sambung Lea.
Setelah melakukan transaksi pembayaran, mobil baru mereka dibawa oleh para bodyguard.
"Apa tujuan dia datang menemui pemilik perusahaan mobil ini?" ucap Jaane pelan.
"Aku pun sangat penasaran dengan itu." jawab Rae.
Sebelum pergi, seorang perempuan datang menghampiri Lea. Dia pura-pura memberikan bukti transaksi pembayaran, tapi di belakang kertas itu terdapat sesuatu yang lain. Tertulis tiga buah angka. 0-56. Keempat gadis itu merasa bingung dengan petunjuk itu.
"Apa maksud dari semua ini? Kenapa perempuan itu tiba-tiba saja memberikan ini pada kita?" tanya Jaane.
"Dia orang suruhanku," jawab Lea.
"Sepertinya kau memiliki banyak mata-mata," ucap Rae.
"Jika kau ingin tahu terhadap sesuatu, taruhlah orang di dalamnya. Kau akan mudah mengetahuinya." jawab Lea tersenyum kecil.
Jasmine mengingat angka itu. Dia melihatnya tertulis di pakaian salah satu pekerja perusahaan itu. Dia langsung pergi mencarinya. Lea memberi syarat pada Jasmine untuk melakukan sesuatu. Sebelum pergi, Jasmine memberikan sepucuk surat yang berisikan alamat pada pria itu. Teman pria itu langsung merasa iri. Sepertinya Jasmine akan mengajaknya berkencan. Setelah selesai, mereka pun bergegas pergi.
"Terima kasih tuan, kau sudah melayani kami dengan sangat baik." ucap Lea.
"Itu sudah kewajibanku, nona. Semoga kalian senang dengan mobil barunya."
"Kami pergi dulu!"
"Baiklah, jaga diri kalian!"
****
Note : NYPD (New York City Police Department) adalah Satuan kepolisian tertua sekaligus terbesar di Amerika Serikat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments