Matahari bersinar dengan cerah berbeda dengan kegelapan yang menyelimuti hati Luna.Dia berencana untuk mengunjungi pamannya lagi, berharap bahwa mungkin kali ini dia telah tersadar akan kesalahannya. Namun, saat melihat pamannya yang sibuk bersiap-siap untuk pergi, Luna merasa keputusasaan merayap di dalam dirinya.
"Mau pergi kemana paman James?" Pikirnya.
Dia memutuskan untuk mengikuti pamannya itu.
Dengan langkah yang mantap, Luna mengejar pamannya yang keluar dari rumah. Langit pagi yang cerah menyoroti jalanan yang masih sunyi, menciptakan lanskap yang tenang di sekitar mereka. Namun, di dalam hati Luna, ada kegelisahan yang tak terucapkan, kekhawatiran yang mengganggu pikirannya.
Paman James, sementara itu, tampak sibuk dengan urusannya sendiri. Dia tidak menyadari keberadaan Luna yang mengikutinya dari belakang. Langkahnya mantap dan tanpa belas kasihan, mencerminkan sikap yang dingin dan tak berperasaan.
"Taksi.."Luna melambaikan tangannya memberhentikan sebuah taksi untuk membuntuti sang paman.
Hampir 30 menit perjalanan, pamannya berhenti disebuah restoran.
Luna menghabiskan sepanjang hari memantau setiap langkah pamannya, yang tampaknya hanya menghabiskan waktunya di sebuah restoran. Dari sudut pandang yang jauh, dia ingin mengetahui siapa yang mungkin bertemu dengan paman James, tetapi tidak ada sosok yang muncul.
Dengan perasaan yang bercampur aduk, Luna merasa semakin penasaran dengan kegiatan paman James. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang akan dia temui, dan apa motif sebenarnya?
Pandangannya terus menyusuri setiap gerakan paman James, mencari tanda-tanda yang mungkin memberikan petunjuk tentang kebenaran yang tersembunyi. Namun, semakin lama dia memperhatikan, semakin sedikit jawaban yang dia temukan.
"Gila, ini sudah sore dan dia hanya berdiam diri disana?"Gumam gadis itu yang sudah suntuk."Aku yakin Freya masih bersamanya."
Freya adalah gadis manis berusia sembilan tahun, ia akan melakukan apapun untuk adiknya. Walaupun ia tahu mungkin dirinya dan Freya adalah saudara tiri yang tidak mengetahui ayah masing-masing. dirinya memang merutuki pekerjaan ibunya. Apa alasan ibunya terus bekerja seperti itu? Kenapa dia menodai kehormatannya sendiri? Namun ia tidak dapat menghakiminya waktu itu ia hanya gadis kecil yang tidak tahu apa apa.
Dalam kegelapan malam yang semakin menyelimuti, Luna terus memantau langkah paman James, yang kembali bergerak dengan tekad yang mantap. Kali ini, tujuannya adalah sebuah klub yang terkesan sangat eksklusif, di mana setiap orang yang masuk harus melewati pemeriksaan ketat.
Mendekati klub itu, Luna merasa detak jantungnya semakin cepat. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam klub itu? Siapa yang paman James temui di sana? Pertanyaan-pertanyaan itu terus bergumul dalam pikirannya, menggoyahkan tekadnya namun juga memperkuat keinginannya untuk menemukan kebenaran.
Sementara paman James melangkah ke dalam klub, Luna menyelinap dari kejauhan, mencoba untuk tidak menarik perhatian siapapun di sekitar. Dia memperhatikan dengan seksama setiap detail, mencatat setiap gerakan dan ekspresi yang mungkin memberikan petunjuk tentang kegiatan yang terjadi di dalam klub itu.
"Bagaimana caranya aku bisa masuk ke sana?"Tanyanya dalam hati.
Saat dia berdiri di sana, seorang pria mabuk dengan langkah goyahnya mendekati Luna. Dia mencoba menggoda Luna, tetapi kali ini Luna tidak menolak atau terusik oleh tindakannya. Sebaliknya, dia melihat kesempatan yang muncul di hadapannya.
"Hei, cantik. Sendirian aja,Kamu kesepian ya?"
Luna memutuskan untuk memanfaatkan situasi ini untuk mencapai tujuannya. Dia dengan berani menanggapi pria mabuk itu, mencoba mendapatkan informasi dari percakapan mereka.
"Iya mas, mau temenin aku gak?"Goda Luna, walaupun ia merasa aneh dengan sikapnya sendiri.
Menyadari bahwa penampilannya saat ini tidak mencerminkan gaya yang sesuai untuk masuk ke dalam klub tersebut. Dia memandang penampilannya dengan cepat, menyadari bahwa dia perlu mengubah sesuatu agar terlihat lebih cocok, Tanpa ragu, Luna mengambil keputusan. Dia menyobek kausnya di bagian tengah sehingga terlihat lebih terbuka. Dengan perubahan ini, penampilannya langsung terlihat lebih mencolok dan sesuai dengan suasana klub.
"Sepertinya mas butuh seseorang yang bisa membuat malam mas lebih menarik."Ucap Luna dengan senyum menggoda.
Pria mabuk tersenyum dan melihat Luna dengan sorot mata yang terangsang oleh godaan. Dia merasa tertarik dengan Luna dan terbawa oleh keadaan."kamu benar-benar tahu cara menghibur seorang pria, ya? Bagaimana kalau kita bersenang-senang malam ini? Hahaha"
"Tentu saja, tapi aku ingin tahu lebih banyak tentang tempat ini. Mas bisa memberi aku sedikit informasi?"Tanya Luna dengan manja.
Pria mabuk, terpancing oleh aura Luna yang menarik, dengan senang hati berbagi beberapa informasi tentang klub dan orang-orang di dalamnya. Luna mencatat dengan seksama setiap kata yang diucapkan pria tersebut, mencari petunjuk yang mungkin membawanya lebih dekat pada kebenaran yang dia cari.
"Sepertinya banyak orang penting disini," Gumam Luna dalam hati.
Luna membopong pria mabuk itu, berusaha memasuki klub, tapi seperti yang diharapkannya, mereka segera dihadang oleh penjaga keamanan yang berjaga di pintu masuk klub.
"Berhenti, kalian harus melewati pemeriksaan keamanan sebelum masuk kedalam!"Sahut penjaga berbadan besar dengan suara yang berat dan tegas.
Penjaga, dengan tegas, menatap keduanya dengan curiga. Namun, pria mabuk itu menunjukkan kartu identitasnya dengan cepat. Luna hampir merasa detak jantungnya berhenti.
"Berisik! Aku tamu tetap,aku punya akses untuk masuk kesini!!"ucapnya dengan suara yang parau.
Penjaga melihat kartu identitas yang ditunjukkan pria mabuk itu, dan setelah memeriksanya sebentar, ia mengangguk dengan mengizinkan mereka masuk.
"Baiklah, silakan masuk. Selamat bersenang-senang."
Ketika Luna memasuki klub, dia segera merasa tersesat dalam suasana yang asing baginya. Sorot lampu yang berkedip-kedip dan dentuman musik yang menggema membuatnya merasa pusing dan terombang-ambing di tengah kerumunan orang-orang yang bergerak di sekelilingnya.
Namun, keadaan semakin rumit saat pria yang berada di sampingnya mulai bertindak kurang ajar. Dia merasa ketidaknyamanan merayap di dalam dirinya, dan saat pria itu semakin menekan batas-batasnya, Luna memutuskan untuk bertindak.
"Apa yang kau lakukan?!"Luna mendorong pria itu menjauh.
Namun karena pria itu mabuk, jadi ia terjatuh dengan mudah.Dengan hati yang berdebar, Luna berhasil meloloskan diri dari cengkeraman pria itu, bergerak cepat di antara kerumunan yang padat untuk menemukan tempat yang lebih aman dan tenang.
Dalam kegelapan dan kekacauan klub yang membingungkan, Luna melangkah dengan hati-hati, mencari pamannya di antara kerumunan. Sorotan lampu-lampu yang berkedip dan dentuman musik yang menggema membuatnya merasa semakin terjebak dalam kebingungan.
Setiap langkah yang diambilnya terasa seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Luna meraba-raba di antara orang-orang yang bergerombol, berharap untuk menemukan jejak pamannya di tengah kerumunan yang padat.
Dalam pencarian putus asa, Luna beberapa kali bertemu dengan pria-pria nakal yang berseliweran di klub itu. Mereka menatap Luna dengan sorot mata yang mencurigakan, mencoba menggoda dan mengintimidasi Luna dengan tingkah laku mereka yang meragukan.
"Ah sial, kepalaku pusing lama lama ada disini." Desisnya.
Setelah berputar-putar di antara kerumunan yang ramai, matanya akhirnya menemukan sosok yang dikenalnya, pamannya, James, berdiri di pojok klub bersama seorang pria yang tidak dikenal.Dengan hati yang berdebar, Luna mendekati mereka dengan hati-hati, mencoba menangkap percakapan mereka. Suara gemuruh musik dan tawa riuh dari kerumunan yang bergerak di sekitarnya hampir mengaburkan suara mereka, tetapi Luna tetap fokus, mencoba menangkap setiap kata yang diucapkan.
"Kita butuh lebih banyak anak lagi. Mereka adalah sumber penghasilan yang bagus,"
Percakapan mereka mengguncang Luna. Dia tidak percaya apa yang didengarnya. Apakah pamannya benar-benar berbicara tentang memanfaatkan anak-anak untuk keuntungan pribadi mereka? Pikiran Luna terasa terbungkam oleh kejutan dan kekecewaan.
"Tidak mungkin. Mereka tidak bisa melakukan ini."
Namun, kenyataan yang tidak bisa dihindari menatapnya dengan jelas di wajah. Luna terpaksa mengakui bahwa pamannya, orang yang seharusnya dia percayai, mungkin terlibat dalam hal-hal yang gelap dan kejam.
Dalam ledakan amarah yang tidak bisa ditahannya, Luna melangkah mendekati pamannya, James. Hatinya dipenuhi oleh keinginan yang tak terbendung untuk membela keadilan dan memperjuangkan kebenaran untuk adiknya, Freya.
"Kembalikan Freya! Sekarang juga!" teriaknya dengan suara gemuruh, menciptakan gelombang kejut di antara kerumunan yang bergerak di sekitar mereka.
Perkataan Luna membuat mereka terdiam, terkejut oleh keberanian dan kemarahan yang menggelora di mata Luna. Namun, paman James, yang tidak terima dengan tuntutan itu, merespons dengan tindakan yang keras. Dalam serangan tiba-tiba, dia mendorong Luna dengan kekuatan yang membingungkan, membuat Luna terjatuh dengan keras ke lantai klub yang kotor."Ahh, paman!!!"
"Kenapa kau ada disini??"Tanya pamannya penuh emosi.
Di tengah kekacauan dan pertarungan emosional antara Luna dan paman James, seorang pria dengan setelan rapi dan wajah tampan duduk dengan anggun di sofa empuk. Wajahnya yang dingin dan menawan seakan menjadi simbol ketenangan di tengah keramaian klub.
Dengan perasaan dingin dan sinis, pria itu mengisap rokoknya dengan tenang, matanya menyelidiki setiap gerakan dan perkataan yang terjadi di sekitarnya. Kehadirannya menambahkan aura misterius dan tegang di ruangan yang sudah dipenuhi dengan energi negatif.
Saat Luna terjatuh ke bawah, kebetulan ia jatuh tepat di depan pria itu. Dia merasakan tatapan tajam dari pria itu menembus jiwanya, membuatnya merasa seperti terperangkap dalam jaring laba-laba yang tak terlihat.
"Tolong aku.."Gumamnya pelan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments