"Kamu tahu kan, pernikahan itu hanya untuk menguasai harta kekayaannya saja? Kau boleh membuangnya sebab dia telah menyerahkan semua asetnya," ujar Harun di telepon.
"Apa? Yang benar saja, Pah? Secepat itu?"
"Iya, memang dia itu gadis bodoh. Buang saja dan kita membuat rencana lain."
Ryan melihat Alina yang sedang berkutat dengan laptopnya, mungkin gadis itu sedang mengerjakan tugas kuliahnya.
"Tunggu, Pah. Beri aku waktu setahun seperti yang sudah aku dan dia sepakati sebelumnya," kata Ryan yang memang merasa ini kabar baik sekaligus kasihan.
Yang membuatnya berat di awal adalah karena ia memang tahu rencana kedua orang tuanya, bahwa setelah menikahi Alina maka mereka akan mendapatkan harta warisannya, tetapi tidak menyangka jika Alina akan rela melakukannya secepat dan semudah itu.
"Terserahlah, hanya perlu diingat jika dia sudah tidak berguna lagi untuk keluarga kita," ujar sang ayah.
Alina yang merasa terganggu dengan suara bisak-bisik di sana, lantas menoleh.
"Kak, kau sedang bicara dengan siapa? Semut? Kenapa berbisik seperti itu?"
"Ouh, uh. Tidak, diamlah tidak usah ikut campur," jawab pria itu.
Alina hanya menaikkan kedua alis matanya.
Gadis itu berjalan ke dapur. "Lapar, kau lapar tidak?"
"Hem," gumam pria itu.
"Aku buatkan spaghetti, ya?" tawar Alina yang diangguki saja olehnya.
"Nanti kita bicara lagi, Pah," bisiknya pada telepon.
Sembari duduk menunggu spaghetti yang Alina buat matang, dia mengulir layar ponselnya melihat postingan media sosial menampilkan wajah seorang wanita muda yang cantik.
Alina sesekali mencuri pandang ke arahnya dan melirik ke dalam ponselnya. Penasaran apa yang membuat pria itu senyam-senyum sendiri mengamati layar ponselnya yang menyala.
"OMG, Anindya?" hatinya tersentak.
"Siapa, Kak?" tanya Alina. Namun, pria itu langsung mematikan layar ponselnya.
"Bukan siapa-siapa, mana spaghettinya? Sudah matang?" tanya dia mengalihkan pembicaraan.
"Ini, selamat menikmati." Alina menyodorkan sepiring spaghetti padanya.
Di tengah khidmatnya menikmati makanan, tiba-tiba ponselnya menyala menampilkan panggilan masuk bertuliskan nama Anindya di sana.
Hati Alina terbakar, jika benar itu adalah Anindya sahabatnya maka kenapa harus dia yang mengisi hati kakak sepupunya? Suaminya?
Alina menggenggam erat garpu di tangannya saat melihat pria itu tampak berseri-seri setelah bertelepon dengan seseorang bernama Anindya yang sudah dipastikan jika dia adalah seorang wanita.
Bukan siapa-siapa, hanya berstatus istri, tetapi sakit juga melihat kenyataan ini.
"Mau kemana, Kak?" tanya Alina saat melihat pria itu sibuk berkemas dan memakai wewangian lembut yang kentara baru disemprot di tubuhnya.
"Ada urusan, aku mungkin pulang malam," ujarnya. Walau Alina tahu urusan itu tidak lain akan kencan bersama Anindya karena ponsel pria itu pun masih berada di telingannya.
"Anin...." gumamnya.
Tidak pernah menyangka jika Anindya mempunyai hubungan dengan kakak sepupunya. Tapi, sejak kapan?
Esok hari.
"Hai, guys!!!" teman perempuannya itu tiba-tiba datang dan mengejutkan mereka yang sedang menikmati makan siang di kafe langganan.
"Ada apa, Nin?" Adnan bertanya.
"Omo-omo, aku lagi senang banget deh. Tahu, nggak? Semalam aku habis ditembak sama pacarku? Sumpah, dia dokter. Tampan banget, idaman aku banget deh!" seru gadis bernama Anindya yang sedang terlihat amat bahagia itu.
Deg.
Hati Alina terasa berdenyut nyeri. Dia tidak cinta, tapi kenapa harus Anindya yang menjadi kekasihnya?
Matanya mengerjap-ngerjap melihat gelang berwarna silver yang melilit pergelangan tangan sahabatnya.
"Itu gelang dari boyfriend-mu?" tanya Fika, salah seorang teman Alina yang lainnya.
"Heum em. Semalam aku dapat ini, lihat! Sweet banget, kan?" ujar gadis itu memamerkan gelangnya dengan bersemangat. Bahkan, dia mencium pergelangan tangannya sendiri.
"Wuish, ini bukan sembarang gelang, lho, Nin. Kece, merk ternama ini harganya bisa sampai ratusan juta! Gila, tajir banget pacarmu!" ujar Fika yang meneliti lebih dekat gelang mengkilap yang melingkar di tangan Anindya.
"Siapa namanya? Kerjanya apa, pengusaha?" tanya Fika yang paling heboh.
"Bukan, cuma seorang dokter spesialis. Sumpah, tampan banget. Kalian kan tahu seperti apa tipe incaranku?" ujar gadis bernama Anindya itu seraya menyangga dagunya dan menggigit bibir bawahnya gemas.
Dia terlihat seperti gadis muda yang sedang mabuk asmara.
"Lin, bagus, kan?" tanya Anindya memamerkan gelang itu pada Alina yang berada di depannya.
"Bagus banget, nin," puji Alina lirih. Dia hanya bisa tersenyum simpul melihat sabahatnya yang sedang bahagia menjalin hubungan asmara dengan pria yang menjadi suaminya.
"Tapi, kau tidak tahu jika pria yang mengencanimu itu adalah suamiku, Nin," kata Alina di dalam hatinya.
Hari menjelang malam, tetapi mereka masih asyik mengobrol.
"Dimana, Lin?" Alina tersenyum saat mendapat pesan singkat dari suami semunya.
"Di kafe, lagi kumpul sama sahabatku," balas Alina. Tidak ada balasan lagi selanjutnya, hanya sekadar dibaca olehnya.
"Wait, wait, wait. Pacarku menelepon, hihihi. Diam, ya, kalian semua." Anindya mengangkat telepon itu dan mengaktifkan loudspeaker ponselnya.
"Halo honey, kamu sedang di rumah?" tanya orang di seberang telepon.
Bahkan dia memanggilnya 'honey'.
"Halo, Kak. Aku sedang di luar," jawab Anindya sejujurnya. Dengan ekspresi malu-malu kucing di depan para sahabatnya.
"Sedang dimana, Sayang? Sudah hampir jam 8 malam. Saatnya istirahat, tidak baik tidur terlalu malam. Besok lagi saja, ya, Sayang."
"Heheh, iya, Kak. Ini mau pulang, kok. Kamu sedang dimana?" tanya Anindya.
"Di rumah, Sayang. Ayo pulanglah biar kita bisa sleep call," ujar pria itu membuat Anindya menutup mulutnya rapat-rapat.
"Selama ini kalian sleep call?!" pekik Alina tiba-tiba.
Anindya begitu malu saat kekasihnya itu membongkar rahasianya hingga membuat para sahabatnya tahu. Dia membekap mulut Alina.
"Suara siapa itu, Sayang?" tanya pria itu.
"Temanku. Ya, sudah. Aku mau pulang. Sudah dulu, ya, Kak! Bye...." pamit Anindya memutuskan sambungan telepon.
Saat itu juga tangan Alina mengepal di bawah meja membayangkan betapa ini sungguh menyakitkan hatinya.
"Kenapa harus Anindya yang menjadi kekasihnya? Kenapa?" batin Alina bertanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Nur Haya
aq ngk tau mau bilang apa semangat Thor lanjut biar ngk pinisirin
2024-02-03
1