Setelah menidurkan Kanaya di kamarnya, Cintya pun pergi ke kamarnya namun dia melihat lampu di ruang kerja suaminya masih menyala dan dia pun melangkah kesana untuk melihat suaminya yang masih berkutat dengan pekerjaannya di ruang kerjanya.
" Apa pekerjaan kamu belum selesai mas?" tanya Cintya yang langsung duduk di pangkuan Adrian sambil tangannya mengelus rahang sang suami.
" I..iya sayang pekerjaan ku sebentar lagi selesai kok,kamu ke kamar duluan aja ya." ucap Adrian sambil membelai rambut Cintya dengan mesra.
" Apa kamu tidak menginginkan ku malam ini? Aku tidak ingin kamu mencari pengganti ku lagi mas." ucap Cintya dengan nada suara yang di buat manja.
" Ga akan sayang,aku ga akan pernah lagi mencari pengganti mu." kemudian karena tak tahan lagi dengan godaan sang istri Adrian pun memagut bibir Cintya dengan lembut namun lama kelamaan menjadi semakin menuntut, karena gairah keduanya semakin tak tertahankan akhirnya mereka pun melakukan penyatuan di sofa yang berada di ruang kerja Adrian.
*
Anisa sudah selesai wisuda hari ini dan ia pun merasa bahagia karena berhasil mendapatkan IPK terbaik meskipun ia menjalani ujian,membuat skripsi dan sidang skripsinya dengan hati dan pikiran yang kacau balau karena tengah mengandung bayi yang tak memiliki seorang ayah.
" Nis...selamat ya, akhirnya kita berdua udah jadi sarjana sekarang." ucap Gina sambil memeluk erat sahabatnya itu.
" Iya..Gin akhirnya kita lulus juga,dan aku mau ngasih tau sesuatu sama kamu Gin." ucap Anisa dengan raut wajah yang menahan rasa sedih dan air mata pun menggenang di pelupuk matanya.
" mau ngasih tau apa Nis,? " tanya Gina dengan wajah sendu nya.
" Aku mau pindah ke Bandung Gin,besok." jawab Anisa.
" Loh kok mendadak gini sih Nis, emangnya kenapa kamu pindah kesana, terus kamu udah resign dari restoran?" tanya Gina yang merasa terkejut dengan keputusan tiba-tiba dari sahabatnya itu.
" ga mendadak kok Gin, sebenarnya dari jauh jauh hari aku sama orang tua aku emang udah berencana untuk pindah dan soal kerjaan aku udah resign dari kemarin." sahut Anisa sambil tersenyum.
" Yaah...kita ga bakalan ketemu lagi dong Nis." ucap Gina dengan raut wajah sedihnya.
" Jangan ngomong gitu,ya sesekali kita pasti ketemu dong,nanti aku yang mengunjungi kamu disini." ucap Anisa.
" Bener ya.." sahut Gina,dan mereka pun saling berpelukan.
*
Anisa pun dan kedua orangtuanya pulang setelah acara wisuda selesai, setibanya di rumah mereka langsung berkemas karena mereka berencana akan berangkat ke Bandung besok subuh, karena pada waktu itu kendaraan tidak terlalu banyak.
" Nisa...jangan di pikirin lagi ya nak,kita akan memulai kehidupan baru di Bandung,kita akan bilang pada orang orang disana bahwa kamu pernah menikah tapi suami kamu meninggalkan kamu,jadi ga akan ada orang yang mencemooh kamu dan bayi kamu disana nak." ucap sang bunda sambil memegang kedua bahu sang putri.
" Makasih ya Bun,bunda adalah ibu terbaik buat Nisa, maafin Nisa yang udah bikin kecewa bunda." ucap Nisa dengan mata yang berkaca-kaca, kemudian Bu Liana pun memeluk erat putrinya itu.
" Bunda dan ayah ga pernah menyalahkan kamu atas semua ini nak,ini sudah takdir ga perlu di sesali,ga perlu sedih lagi ya." ucap Bu Liana sambil mengelus rambut panjang Anisa.
" Loh kok peluk pelukan gak ngajak ngajak ayah sih." ucap pak Angga yang yang tiba tiba saja muncul.
Bu Liana dan Anisa pun membuka tangannya untuk memeluk pak Angga.Sehingga mereka bertiga pun saling berpelukan.
*
Subuh pun tiba,pak Angga,Bu Liana dan Anisa sedang menjalankan ibadah subuh bersama sama.Setelah selesai melakukan ibadah mereka bergegas memasukan barang barang mereka ke dalam mobil dan kemudian mereka pun pergi meninggalkan kediaman mereka yang akan mereka jual secara online setelah berada di Bandung nanti.
Pak Angga pun mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang,namun entah kenapa setelah berada di jalan tol dia merasakan kan rem mobil yang di kendarai nya itu mengalami rem blong padahal sebelum berpergian jauh dia selalu mengecek keadaan rem dan mesin mobil miliknya itu.
Karena kecepatan mobil yang tak bisa di kendalikan pak Angga mencoba terus menghindari mobil mobil lain,semakin cepat mobil itu melaju kecelakaan pun tak terhindarkan akhirnya mobil yang di kendarai oleh pak Angga menabrak pembatas jalan,sontak teriakan dari Bu Liana dan Anisa pun menggema di dalam mobil tersebut,sampai akhirnya mereka bertiga pun tak sadarkan diri.
Kemudian polisi pun membawa mereka bertiga ke rumah sakit terdekat,dan mobil pak Angga di evakuasi oleh polisi.
Gina orang yang mendapat telpon dari polisi, karena nomor Gina yang terakhir di hubungi oleh ponsel Anisa.Gina langsung meluncur ke rumah sakit dimana Anisa dan kedua orangtuanya mendapatkan pengobatan.Betapa terkejutnya Gina setelah ia tau dari pihak rumah sakit yang menangani kecelakaan tersebut bahwa dua orang korban kecelakaan tersebut telah meninggal dunia dan ternyata dia orang itu adalah orang tua Anisa.
" Ya Tuhan Nis,gimana kalau sampai kamu tau,bahwa kedua orang tua kamu sudah meninggal." monolog Gina sambil melihat ke arah pintu ruang perawatan Anisa.
Kemudian pintu ruang perawatan Anisa pun di buka oleh seorang dokter dan Gina pun langsung menghampiri dokter tersebut untuk menanyakan keadaan sahabatnya itu.
" Dok..bagaimana keadaan nya? " tanya Gina dengan raut wajah paniknya.
" Maaf anda siapa nya? Mana suaminya karena saya menyampaikan berita duka ini kepada suaminya." ucap dokter tersebut yang tentu saja membuat Gina merasa aneh,tanpa menghiraukan perkataan dokter itu Gina kembali berbicara.
" Saya yang bertanggung jawab disini dok, karena kedua orangtuanya yang kecelakaan dengannya sudah meninggal." ucap Gina dengan lantang.
" Baiklah tolong sampaikan pada suaminya,pasien baik baik saja,hanya saja dia kehilangan calon bayinya." sahut dokter itu dan kemudian pergi meninggalkan Gina yang terdiam terpaku,mencerna apa yang di bicarakan oleh dokter itu barusan.
" A...apa Anisa keguguran? Maksudnya... maksudnya Nisa sedang hamil? " Gina terlihat kebingungan karena Anisa selama ini tidak terlihat seperti wanita yang sedang mengandung.Dan apapun yang terjadi Anisa selalu curhat kepadanya tapi kenapa soal kehamilannya Gina sama sekali tidak mengetahuinya.
Tanpa menghiraukan perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya,Gina pun masuk ke dalam ruang rawat Anisa, setelah di dalam dia melihat sang sahabat masih tertidur tak sadarkan diri,Gina begitu sedih melihat nasib sang sahabat yang begitu buruk, seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, seperti itulah nasib Anisa saat ini dia kehilangan kedua orangtuanya di tambah lagi bayi yang di kandungnya pun tak bisa di selamatkan.
Gina pun berpikir keras apa yang harus dia katakan di saat Anisa sadar nanti,dia pasti tidak akan sanggup untuk mengatakannya secara langsung kepada sahabatnya itu,tapi kalau bukan dirinya siapa lagi yang akan mengatakannya karena Anisa tidak mempunyai saudara di Jakarta.
" AKHHHH.." Anisa pun meringis dan langsung tersadar,dan yang pertama kali di lihatnya adalah Gina sang sahabat.
" Nis... Nisa kamu udah sadar Nis,aku pencet bel ya biar dokter kesini." ucap Gina lalu memencet bel yang ada di atas kepala Anisa agar perawatan atau dokter segera masuk ke ruang rawat Anisa.
" Gin..ayah dan bunda aku baik baik saja kan? " tanya Anisa sambil mengangkat tubuhnya untuk duduk namun Gina melarang nya.
" kamu jangan banyak gerak dulu ya Nis." Gina pun membantu Anisa untuk kembali berbaring dan tak lama dokter dan perawat pun datang untuk mengecek keadaan Anisa.
Dokter itu pun mengatakan jika kondisi Anisa sudah membaik,hanya menunggu sekitar tiga harian saja Anisa sudah bisa pulang, karena pasca kecelakaan tadi subuh Anisa hanya mendapat luka ringan saja,namun perutnya menghantam kursi kemudi jadi anak yang di kandungnya tak terselamatkan.
" Ja..jadi saya keguguran dok? " tanya Anisa kepada dokter tersebut dengan mata yang berkaca-kaca.
" Iya..maafkan kami,kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun takdir berkata lain.Kami permisi dulu." kemudian dokter dan perawat itu pun meninggalkan ruang rawat Anisa.
" Hiks... Hiks...aku kehilangan bayi ku Gin.. Hiks.. Hiks.." lirih Anisa,dan Gina pun tak tega melihat sahabatnya itu menangis dia pun langsung memeluk Anisa dengan erat dan Anisa pun semakin menangis sejadi-jadinya di bahu Gina.
" Siapa yang hamilin kamu Nis? Kenapa dia tidak bertanggung jawab? " tanya Gina setelah tangis keduanya mereda.
Alih-alih menjawab pertanyaan Gina,Anisa malah terus menggelengkan kepalanya dan menangis,kemudian Gina pun memeluk Anisa kembali dengan erat,bagaimana Gina akan sanggup mengatakan bahwa orang tua Anisa sudah meninggal melihat keadaan Anisa yang sangat rapuh seperti ini.
" Ya Tuhan apa yang harus aku katakan kalau Anisa kembali bertanya tentang orang tuanya" monolog Gina dalam hatinya sambil terus mengusap punggung Anisa agar sahabat yang sangat ia sayangi itu sedikit lebih tenang.
" Nis..udah ya,jangan nangis terus,aku ga akan maksa kamu buat cerita,kamu harus ikhlaskan anak yang kamu kandung,dia sudah tenang di alam sana." ucap Gina yang membuat Anisa sedikit lebih tenang.
" Makasih ya Gin,oyaa...ayah sama bunda ku gimana keadaan nya, mereka kan kecelakaan bareng sama aku,aku pengen lihat keadaan mereka Gin,kamu antar aku ke ruang rawat mereka ya." ucap Anisa dengan sedikit memohon agar Gina mau membawanya melihat keadaan kedua orangtuanya.
" Nis..kamu tenang dulu ya,dokter belum ngizinin kamu kemana mana,jadi kamu disini dulu ya." ucap Gina.
" enggak Gin,aku ga bakalan tenang sebelum lihat keadaan orang tua ku.Ayo antar aku Gin,aku bisa kan lihat mereka pakai kursi roda,ayo Gin,aku pengen lihat mereka apa mereka baik baik saja." sahut Anisa dengan sedikit memaksa.
" Iya Nis,tapi..."
" Tapi apa Gin?"
" Nis... maafkan aku tapi ..tapi kamu harus kuat mendengar ini.Ayah dan bunda kamu..ayah dan bunda..." ucap Gina dengan terbata bata.
" Ayah dan bunda kenapa Gin?" ucap raut wajah penuh kekhawatiran.
" Ayah dan bunda kamu sudah meninggal." ucap Gina dengan penuh kesedihan.
" APA???? Gina kamu ngomong apa barusan? Kamu..kamu bohong kan Gin? Gin please kamu ngomong yang jujur sama aku,kamu bohong kan Gin,kamu bohong.." ucap Anisa sambil menangis tersedu-sedu dan mengguncangkan bahu Gina dengan kedua tangannya.
" Kamu harus kuat Nis,kamu harus tenang ya ada aku,aku akan selalu bersama kamu." ucap Gina yang kemudian membawa Anisa dalam dekapannya,namun Anisa pun tak sadarkan diri di dalam dekapan Gina.
" Nisa.. Nisa...bangun Nis." Gina terus mencoba untuk menyadarkan Anisa,namun Anisa tak jua meresponnya.
* Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments