" Katakan dimana rumah perempuan jalang itu? KATAKAN DIMANA RUMAH PELAKOR ITU? "
Karena Cintya meluapkan amarahnya dengan membabi buta,dan mengancam jika Adrian mencoba melindungi Anisa maka Cintya akan menceraikannya dan tentu saja Adrian sangat takut dengan ancaman itu karena taruhan nya dia dan orangtuanya akan hidup miskin jika dirinya keluar dari keluarga Adi jaya.
Akhirnya dengan berat hati Adrian pun mengantar kan Cintya ke rumah Anisa,padahal sudah larut malam, Adrian takut mengganggu Anisa dan kedua orangtuanya jika mereka datang malam malam,namun Cintya tetap tidak mau di bantah dia ingin menyelesaikan segala urusan nya dengan Anisa malam ini juga,mana peduli dia pada kedua orangtuanya Anisa.
Mereka pergi dari rumah dengan cara mengendap endap karena takut penghuni rumah yang lain terbangun karena suara berisik mereka,apalagi jika anak tunggal mereka yang bernama Kevin bangun akan sulit bagi mereka untuk keluar rumah.
*
Tak butuh waktu lama Adrian dan Cintya tiba di rumah Anisa,kemungkinan Anisa dan kedua orangtuanya sudah tidur karena terlihat dari lampu lampu di rumah mereka sudah banyak yang di padamkan.
" Lihat,rumah nya sudah terlihat sepi, sepertinya mereka semua sudah tidur,kita balik lagi besok ya." ucap Adrian dengan pelan agar Cintya mau menuruti nya.
" Enggak..!! aku ga mau nunggu sampai besok, pokoknya aku akan melabrak wanita murahan itu sekarang juga." ucap Cintya sambil terus melangkah ke arah pintu rumah Anisa.
" TOK...TOK..TOK.."
" TOK..TOK..TOK.."
Cintya terus terusan menggedor pintu rumah Anisa,dia tidak peduli atau takut tetangga yang dekat dengan rumah Anisa akan terganggu.
" Sayang..kita kesini lagi besok ya,lebih baik sekarang kita pulang dulu." Adrian terus mencoba untuk merayu Cintya agar mengurungkan niatnya untuk melabrak Anisa saat ini.
" CEKLEK"
Pintu rumah pun terdengar di buka dari dalam oleh seseorang,dan kemudian keluarlah seorang pria berumur sekitar 50 tahun yaitu pak Angga Prayoga ayah dari Anisa Prayoga yang tentu saja mengenal Adrian sebagai kekasih dari Anisa,putri semata wayangnya.
" Nak Adrian ada apa ini? " tanya pak Angga yang sama sekali tidak mengerti dengan maksud kedatangan Adrian dan wanita yang tidak di kenalnya dayang ke rumahnya sudah larut malam.
" Bagus,bahkan orang tuanya sudah mengenal mu dengan baik ya mas." lalu Cintya pun menerobos masuk ke dalam rumah Anisa tanpa di persilahkan oleh pak Angga.
" Hei..tunggu,ada apa ini? Siapa kamu,kenapa tidak sopan main masuk rumah orang sembarangan." ucap pak Angga yang menyusul Cintya ke dalam dengan di ikuti Adrian dari belakang.
Alih-alih menjawab pertanyaan pak Angga,Cintya justru berteriak teriak memanggil nama Anisa dengan panggilan yang buruk.
" ANISA...KELUAR KAMU,WANITA JA*LANG,KELUAR KAMU WANITA MURAH*N." teriak Cintya yang membuat Bu Liana dan Anisa keluar dari kamar mereka.
" Ada apa ini..? " ucap Bu Liana yang kebingungan dengan apa yang terjadi di dalam rumahnya.
"PLAK"
Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Anisa,dan tentu saja bu Liana dan pak Angga terkejut melihat putrinya di tampar wanita yang tak mereka kenal.
Anisa menatap pada wanita yang berdiri di hadapannya kemudian beralih pada Adrian yang diam membisu di belakang wanita tersebut,dari apa yang dia lihat,dia bisa menyimpulkan bahwa wanita yang berada di hadapannya sekarang ini adalah istri dari Adrian.
" Tolong jangan buat keributan di rumah saya." ucap Anisa menatap tajam pada Cintya.
" Saya tidak akan membuat keributan di rumah kamu kalau kamu ga merebut suami saya,dasar perempuan penggoda." ucap Cintya dengan lantang.
" APA? jadi...jadi Adrian sudah memiliki istri.?" tanya pak Angga terlihat begitu shock mendengar berita itu.
" Ya..saya istrinya,istri sah nya dan asal bapak tau anak bapak ini wanita murahan,wanita tidak tau diri,wanita.."
" CUKUP..!!! jangan menghina anak saya seperti itu." ucap pak Angga dengan nada sedikit meninggi.
" Anak bapak emang pantas di hina,apa bapak tidak tau sekarang anak bapak ini sedang mengandung benih dari suami saya." ucap Cintya.
" APA?? GAk..gak mungkin anak saya seperti itu,nak katakan itu tidak benar." ucap pak Angga beralih menatap Anisa yang sudah berlinang air mata.
" JAWAB ANISA..!!" teriak pak Angga dan Bu Liana hanya bisa menangis sembari mengusap punggung Anisa yang terlihat begitu tertekan.
Anisa pun tak kuasa menjawab pertanyaan ayah nya itu,dia hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
" Saya kemari untuk memberikan ini, gugurkan kandungan mu,dan jauhi suami saya." ucap Cintya dengan tegas kemudian menarik tangan adrian untuk pergi dari sana,namun langkah mereka terhenti ketika pak Angga berbicara.
" TUNGGU.."
Pak Angga pun menghampiri Cintya dan Adrian yang hampir tiba di pintu untuk keluar.Setelah pak Angga tiba di hadapan Cintya pak Angga merobek cek yang di berikan oleh Cintya tadi.
" Tanpa kamu minta,tanpa kamu suruh,anak saya akan meninggalkan lelaki beja* seperti suami kamu ini." ucap pak Angga sambil merobek robek cek itu menjadi bagian bagian kecil.
" Maafkan saya pak..saya.." ucap Adrian yang kemudian ucapannya di potong oleh Cintya.
" DIAM KAMU MAS..!! Kemudian Cintya beralih menatap kepada pak Angga dengan tatapan tajamnya.
" Bagus kalau begitu jadi saya tidak usah repot repot mengeluarkan uang saya untuk anak gadis anda yang keganjenan itu." ucap Cintya kemudian menarik tangan Adrian menuju ke mobil mereka.
Setelah kepergian Adrian dan Cintya dari rumah mereka,Anisa dan sang bunda sedang menangis di sofa ruang tamu,dan pak Angga yang melihat pemandangan tersebut merasa bingung apa yang harus dia lakukan,memarahi Anisa pun tidak ada artinya karena semuanya telah terjadi nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah tidak bisa di perbaiki lagi.
" Anisa.." ucap pak Angga dengan lirih.
" Maafkan Nisa ayah,Nisa tidak bisa menjadi anak yang baik buat ayah dan bunda,Hiks.. Hiks..." ucap Nisa yang langsung bersujud di kaki sang ayah.
" Tidak nak,bangun lah ayah sudah memaafkan mu nak, semuanya sudah terjadi,tidak perlu di sesali yang sekarang harus kamu pikirkan adalah bayi yang tak berdosa yang ada di perut kamu nak." ucap pak Angga dengan begitu bijak membuat tangis Anisa semakin menjadi-jadi karena terharu dengan sikap bijak sang ayah.
" Betul kata ayah mu nak,kamu jangan nangis lagi ya,kita besarkan anak kamu sama sama, walaupun dia tidak punya ayah tapi lihat dia punya bunda sama ayah,nenek dan kakeknya." ucap Bu Liana sambil tersenyum.
" Ayah...bunda...makasih,entah apa yang terjadi pada Nisa seandainya tidak ada kalian." Anisa lalu memeluk kedua orangtuanya.
Anisa dan kedua orangtuanya kembali ke kamar mereka masing-masing untuk kembali beristirahat,entah apa yang ada di pikiran orangtuanya Anisa tidak tau,yang pasti dia merasa lega pada akhirnya beban yang ia pikul sendirian sudah terhempas.
" Kamu baik baik di dalam sana ya nak, meskipun kamu akan terlahir tanpa seorang ayah,tapi mama,nenek dan kakek sayang sama kamu nak." monolog Anisa sambil mengusap perutnya yang masih rata.
Karena lelah terus menangis akhirnya Anisa pun terlelap ke dalam tidurnya.
Keesokan harinya Anisa akan berangkat kuliah, karena memang hari ini ada jadwal kuliah,jika di hari tidak ada jadwal kuliah dia akan pergi untuk bekerja di sebuah restoran tempat dimana dirinya pertama kali bertemu dengan Adrian.Sebenarnya dari dulu pak Angga dan Bu Liana sering melarang anaknya itu untuk bekerja namun Anisa tetap ingin bekerja dia tidak mau membebani orang tuanya dengan segala kebutuhannya juga administrasi kuliahnya.Tapi mungkin setelah masalah ini dia akan berhenti bekerja di restoran tersebut demi menghindari hal yang tidak di inginkan yaitu bertemu kembali dengan Adrian pria yang sudah tidak ingin dia temui lagi dalam hidupnya.
" Nak..kuliah kamu sebentar lagi wisuda kan? Bagaimana setelah kamu wisuda kita pindah ke bandung,kita lupakan kehidupan di jakarta,lagi pula disana kita bisa lebih dekat ke rumah nenek kamu." ucap Bu Liana ketika mereka bertiga sedang sarapan bersama.
" Iya Bu..ayah rasa itu ide yang bagus." ucap pak Angga menyetujui usulan istrinya itu.
" tapi nanti kerjaan ayah disini gimana? Terus toko kue bunda?" tanya Anisa.
" kamu ga usah mikirin kerjaan ayah karena ayah sudah meminta kepada atasan ayah untuk memindahkan ayah ke cabang yang di bandung." sahut sang ayah.
" Iya nak,terus soal toko kue bunda bisa buka disana,gampang,ruko yang disini di jual buat beli ruko disana." ucap Bu Liana kemudian.
" baiklah kalau begitu ayah,bunda,Nisa setuju setuju aja." jawab Anisa.
Bukan tanpa alasan Bu Liana mengajak mereka untuk pindah ke Bandung karena Bu Liana tidak mau nanti setelah cucunya lahir,cucunya akan di hina,di caci karena tidak memiliki ayah,namun jika mereka pindahan baru orang orang disana tidak tau cerita Anisa seperti apa jadi mereka tidak akan menghina cucu nya kelak.
Anisa pun berangkat ke kampus dengan di antar oleh pak Angga yang kebetulan kantornya dan kampus Anisa satu arah.Sedangkan Bu Liana yang toko kue nya berlawanan arah memilih menaiki taxi online karena dia tidak mau membuat suami dan anaknya terlambat hanya karena mengantarnya terlebih dahulu.
* Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments