5. Let’s Start this Game

Sejak tadi pagi, Aeris sudah mempersiapkan penampilannya dengan matang. Wanita itu sudah menyiapkan baju dan juga berdandan dengan cantik untuk menemui sahabat masa kecilnya. Dia tidak sabar untuk melihatnya.

“Nona , kamu sangat cantik!!” Puji Rose dengan kedua jempolnya.

“Benarkah?” Tanya Aeris. Gadis itu kembali memastikan penampilannya lewat pantulan cermin. Melihat dirinya sendiri dan tersenyum cerah di sana.

Sekitar lima belas menit sudah, Aeris menunggu di sebuah kafe. Beberapa kali gadis itu menilik jam yang bertengger di pergelangan tangannya. Kedatangannya jauh lebih awal dari waktu janjian namun dia tidak menyesalinya.

Aeris kembali menyesap minumannya yang tinggal setengah.

“Aeris?”

Aeris langsung mendongak dan terpesona melihat kedatangan pria yang baru saja datang dan kini berderap untuk menghampirinya.

“Kalias!!!”

Aeris menelisik penampilan Kalias yang jauh lebih tampan. Tubuhnya dulu yang kecil dan pendek kini menjadi tubuh tinggi yang tegap. Kharismanya kini berubah, dulu Kalias adalah orang yang lucu dan selalu bertingkah konyol kini menjadi pria matang yang penuh wibawa.

“Sudah lama kita tidak bertemu,” ucap Kalias dengan sopan.

Aeris sedikit terkejut melihat Kalias begitu sopan dengannya.

“Ah,iya. Lama tidak berjumpa Kalias,” ucap Aeris sambil tersenyum menyambut sahabatnya itu.

Mereka saling memandang dan tersenyum.

“Terima kasih sudah membalas suratku,” ucap Kalias.

“Bagaimana kamu tahu aku ada di sini?” Tanya Aeris.

“Kedatanganmu sebagai gadis tercantik sudah menyebar di seantero kita.”

Aeris menghela napas panjang. Wajahnya bersemu merah.

“Maaf, aku tidak bisa berlama-lama. Aku akan menghubungimu. Berikan nomormu,” ucap Kalias sambil tersenyum.

Aeris terpesona dengan senyuman yang Kalias tampilkan. Senyuman itu, senyuman Kalias yang selalu dia ingat. Dia berharap mereka bisa bertemu lagi dan menghabiskan waktu jauh lebih lama.

“Kamu pasti menjadi orang yang sangat sibuk.”

Dari kejauhan tanpa mereka sadari, tiga pasang mata tengah memperhatikan mereka. Mereka adalah Izek, Lucas dan juga Killian. Mereka tak sengaja melihat romansa dua anak manusia.

Suara berdecit datang dari kursi Killian. Pria itu langsung berdiri dan meninggalkan kedua temannya yang masih terbengong.

“Apa yang dia lakukan?” Tanya Izek pada Lucas.

“Aku tidak tahu,” jawab Izek.

Kedua pria itu melihat Killian yang berjalan dengan tenang menuju ke meja Aeris yang kini duduk sendirian.

Tok tok tok. Ketukan di meja membuat Aeris mendongak.

“Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini.”

Aeris langsung mendongak dan telihat terkejut melihat Killian di depannya.

“Kalau tidak keberatan, bolehkah aku duduk di sini?”

Aeris langsung menoleh ke sisi kanan dan kiri. Ingin rasanya dia menolak namun rupanya di kafe tersebut tidak ada meja yang kosong sehingga Aeris tidak bisa menolak.

Saat Aeris memperbolehkan Killian untuk duduk, dari jauh Izek dan Lucas mendumel karena marah.

“Dasar Killian sialan. Sudah gayanya sok gengsi tapi malah dia duluan yang beraksi!!!”

….

Sedari tadi Aeris meremas kedua tangannya. Dia duduk terpaku diantara kedua orangtuanya dan pria yang tak dia kenal. Kedua orang tuanya memperkenalkannya sebagai calon suaminya. Sungguh Aeris tidak sudi menikah dengan orang yang tidak dia cintai.

Aeris hanya terdiam termangu sementara kedua orangtuanya senantiasa berceloteh memuji kecantikannya di depan pria itu.

“Bagaimana Aeris?” Tanya Asher.

“Aku menolaknya,” ucap Aeris tegas.

Asher dan Elodie sedikit terkejut mendengar putrinya menolak apalagi pria yang bernama Eiser.

“Aeris!!!” Teriak ayahnya.

“Aku tidak akan menikah!” Ucap Aeris.

Gadis itu berdiri dan langsung pergi ke kamarnya. Menjatuhkan tubuhnya ke ranjang dan menenggelamkan wajahnya di bantal.

Suara ketukan terdengar namun Aeris sama sekali tidak mengubah posisinya.

“Nona…,” ucap Rose yang khawatir dengan kondisi Aeris.

“Kamu pasti sudah tahu.”

“Saya…”

“Ceritakan padaku siapa Eiser,” ucap Aeris.

Gadis itu mengbah posisinya menjadi duduk. Dengan wajah yang serius, dia menatap Rose dengan penuh minat.

Begitu Aeris mengetahui latar belakang Eiser, mulut Aeris langsung menganga dengan sempurna. Bagaimana bisa orang tuanya menjodohkan dirinya dengan pria beristri hanya karena mahar yang dia tawarkan tinggi.

“Bagaimana bisa orangtuaku melakukan ini?”

“Nona.”

“Aku harus kabur dari rumah ini,” ucap Aeris penuh tekad.

“Aeris segera mencari kopernya dan membuka lemarinya. Beberapa baju dia ambil dan memasukkannya ke dalam koper.

“Nona, jika Nyonya tahu. Nona akan dalam masalah.”

“Dia tidak akan tahu jika kamu tetap tutup mulut,” ucap Aeris.

“Apa yang kamu lakukan Aeris?”

Suara itu membuat tangan Aeris terhenti. Gadis itu langsung menoleh ke arah pintu dan mendapatkan ibunya berdiri di sana.

“Apa kamu ingin kabur lagi kali ini? Kamu masih belum dewasa rupanya. Ibu akan mengajarimu. Rose kunci pintu kamar Aeris.”

“Nyonya…” Rose menatap Elodie dan juga Aeris secara bergantian.

“Apa kamu ingin dipecat!!!???”

Rose tidak punya pilihan selain menuruti ucapan Elodie. Dengan terpaksa. Rose mengunci pintu kamar Aeris dari luar.

“Jangan biarkan dia keluar. Kamu akan bertanggung jawab atasnya. Kamu hanya bisa masuk ke dalam saat waktu makan saja. Apakah kamu mengerti?”

“Mengerti Nyonya,” ucap Rose sambil menunduk.

Saat Elodie pergi dari sana, Rose hanya bisa menatap pintu yang dia tutup dengan sedih.

“Maafkan aku nona.”

Di dalam kamar, Aeris mencari cara untuk keluar. Dia mondar-mandir dengan mengigiti kuku jari telunjuknya. Dia berpikir keras untuk bisa keluar dari kamarnya. Lalu dia teringat dengan Kalias. Gadis itu langsung mencoba menghungi Kalias dengan meneleponnya namun Kalias sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

Satu percobaan tidak bisa, dua percobaan hasilnya tetap sama. Sampai Aeris mencoba menghubungi sampai kelima kali, Kalias sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

Aeris menghela napas panjang sebelum jemarinya dengan lihai mengetik beberapa kalimat dan bersiap mengirimkannya pada Kalias.

“Aku harap dia membaca pesanku.”

Aeris lantas duduk di ranjang sambil memandang jendela kamarnya.

Dua hari berlalu dan pesan yang dia kirimkan sama sekali tidak dibaca oleh Kalias. Aeris hampir menyerah namun harapan itu rupanya masih menghampiri Aeris. Sehari setelahnya, Kalias bertamu ke rumahnya.

Dan kedua orang tuanya tidak bisa untuk menolak.

“Aeris sebenarnya apa yang terjadi selama ini?”

“Kalias!!!”

Aeris turun dari tangganya dengan sangat gembira membuat Kalias tertawa.

“Dia sungguh Aeris yang kukenal.”

Melihat Kalias yang tersenyum membuat Aeris cemberut. Aeris langsung mengambil tangan Kalias dan mengajaknya ke taman.

“Sepertinya ayah ingin menikahkanku,” ucap Aeris setelah beberapa menit mereka terdiam.

Perkataan Aeris sukses membuat Kalias melihatnya sepenuhnya.

Sudah jelas sekali apa tujuan Asher. Meskipun aku mengetahui fakta itu tapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk Aeris.

Tangan Kalias mengepal dengan erat. Melihat Aeris dengan wajah sedih membuat hatinya sakit.

“Maukah kamu membantuku?” Tanya Aeris dengan penuh harap.

Kalias yang melihat raut wajah Aeris yang memesona tidak bisa untuk menolak.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

1 vote buat kak author, cemangat💪🫰

2024-06-17

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Pertemuan yg terlalu singkat....

2024-06-17

0

Quenby Unna

Quenby Unna

2 iklan buatmu kak

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!