Denting minuman dan percakapan para tamu serta tawa wanita mengisi ruangan itu berbaur dengan musik. Killian merasa tidak cocok di ruangan luas yang mewah itu dan mencari-cari keberadaan temannya.
Killian meraih gelas koktail dan menyesap pelan minuman itu. Lidahnya mengenai minuman itu. Kakinya kemudian menjauhi ruangan. Tak sengaja dia mendengar namanya dipanggil. Dia menoleh dan mendapati seorang pria tengah memberi isyarat agar ke arahnya.
“Killian!! Sebelah sini.”
Killian dua temannya berada di balkon lalu pria itu berjalan dengan gagahnya menuju ke sana. Killian langsung melihat dua orang yang sangat bertolak belakang. Satunya terlihat senang yang satunya terlihat murung.
“Dia kenapa?” Tanya Killian sambil melirik Lucas.
“Ah, itu karena dia ditipu. Dia berinvestasi di perusahaan asing dan ternyata investasi bodong,” jelas Izek.”
“Investasi?”
“Ya, terima kasih karena kamu sudah menyelamatkanku dari bujukan manis investasi bodong.”
“Ah, investasi itu.”
“Berkat dirimu aku selamat. Aku juga mendapatkan keundungan besar dari investasi diperusahaan yang kamu rekomendasikan itu. Kamu sangat mengagumkan dalam hal mengatur uang. Apakah kamu tidak bosan menguasainya sendiri.”
“Sudah hentikan! Dasar manusia-manusia tidak peka. Temanmu ini sedang kesusahan dan kalian sedang memamerkan kesuksesan kalian,” keluh Lucas.
“Itu kesalahanmu sendiri,” ucap Izek.
“Korbannya ada banyak. Bagaimanapun caranya, kamu harus membantuku menangkap orang itu, Lian…!”
“Aku baru saja sampai ke sini dan kamu memerintahku,” ucap Killian.
Tanpa sadar pria itu menatap taman di bawah dan sekelebat wajah cantik itu tiba-tiba muncul di benaknya. Killian masih mengingat betul wajah cantik itu.
“Aku akan pergi,” ucap Killian lalu membalikkan tubuhnya.
Tiba-tiba langkah Killian terhenti pada satu sosok yang berdiri anggun di depannya. Sosok itu dirangkul oleh pria saat diperkenalkan pada orang-orang.
“Dan ini adalah istriku,” ucap Alaric.
Amora mengedarkan pandang, mata indahnya berkelanan ke pejuru ruangan dan berhenti pada satu titik tak jauh dari tempat dia berdiri. Tangannya yang memegang kaki gelas tampak menguat saat ada tatapan yang tajam menuju ke arahnya.
Amora mengetahui tatapan itu. Itu adalah tatapan yang sama. Amora merasa bahwa sekitarnya menjadi hilang dan tatapannya hanya bisa terpaku pada Killian yang sedang berdiri kaku di sana tanpa ada pergerakan sama sekali.
Pada akhirnya sebuah genggaman menyadarkan Killian. Killian terpakasa mengalihkan perhatiannya. Kini ibunya sudah berdiri di sampingnya. Maliah menatap tajam Killian dan tanpa berkata apa pun.
Killian tahu bahwa ibunya mengerti isi hatinya. Maliah tidak akan membiarkan Killian mendekati Amora, hal itu terpancar jelas dari sepasang mata Maliah.
Tak lama kemudian suara pemandu acara terdengar lalu tibalah suara lantang sang ayahnya yang beridi tak jauh dari mereka terdengar. Pria itu mengacungkan tinggi gelas sampanyenya, maju selangkah dari kelompok undangan dan bersiap memberi sambutan inti acara.
Killian menatap Kaiser dan ayahnya itu memang menatapnya. Kaiser mengacungkan gelasnya ke arah Killian dan Killian mengangkat gelasnya. Dia langsung meneguk isinya dalam satu kali tegukan lalu manatap kembali pasangan suami istri.
Killian melirik Izek dan rekan-rekannya yang lain sudah duduk di meja besar mereka dengan makanan mewah yang terhidang di depan mereka.
“Ayo, Killian!” Maliah tidak sabar memperkenalkan putranya dengan Alaric Theron.
Killian menghembuskan napasnya. Dia tidak bisa pergi, satu-satunya cara adalah memenuinya dan terlihat baik-baik saja.
Amora menekan perasaannya ketika melihat Killian dan Nyonya Maliah yang bergabung bersama mereka. Amora harus menahan gejolak hatinya saat beradu tatap dengan Killian. Amora tidak bisa memalingkan wajahnya dari tubuh tegap Killian. Dia bisa bisa melihat dada lebar yang tercetak di balik kemeja yang bersembunyi di balik jas.
...…....
Hari ini seharusnya berjalan lancar. Aeris menikmati mini tour keliling kota. Melihat-lihat gedung-gedung yang tinggi dan kendaraan yang berlalu lalang. Aeris juga pergi ke taman kota yang terkenal serta pergi ke kota tua yang masih mempertahankan nilai tradisionalnya.
Aeris berhenti di alun-alun kota karena kelelahan. Dia duduk sambil memperhatikan orang-orang yang sibuk dengan urusannya. Alun-alun kota yang besar dipenuhi orang-orang.
Saat Aeris hendak berdiri, tiba-tiba pandangannya terpaku pada sosok yang tengah memandanginya dari jauh. Inikah akhirnya?
Aeris berbalik pelan, matanya yang tidak folkus mencari dalam kepanikan, mencoba untuk menemukan tempat di mana ia bisa menyembunyikan diri dari ayah dan juga pengawal tersebut.
...…...
Kuda besi Killian terpacu dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia memperbaiki helmnya yang menutupi kepalanya, hanya menyisakan mata itu pun tertutup oleh kaca helm. Motor hitam dengan suara gahar membelah jalanan.
Killian melirik ke samping, melihat bagaimana lawan-lawannya mulai tertinggal sangat jauh. Seharusnya saat ini, dia sedang menjamu tamu kehormatan ayahnya yang datang berkunjung. Tapi keinginan untuk melepaskan hormon endorphinnya terlalu mendesaknya.
Killian memutar gasnya dan motor Killian melesat lebih cepat. Killian tahu tidak akan butuh waktu lama sebelum lawan-lawannya menyadari ia sudah menghilang, mungkin saat ini mereka bahkan sudah menyarah.
Killian menggeleng pelan.
Sebuah gedung sudah mulai terlihat. Killian mempercepat laju motornya. Pria itu mengenal setiap tempat itu, tahu semua sudut-sudutnya. Tak ada bagian yang terlepas dari penulusurannya selama bertahun-tahun.
Killian langsung memarkirkan kuda besinya di sebuah halaman yang luas. Pria itu lantas turun dan membuka helmnya serta sarung tangan. Berjalan perlahan dengan gagahnya.
Rupanya di sebuah ruang sudah ada Izek dan Lucas.
“Bagaimana dengan balapan motor kali ini?” Tanya Lucas.
“Yah, itu sudah ketebak. Killian lah yang menang. Bagaimanapun aku tidak pernah melihat dia kalah,” ucap Izek.
“Ngomong-ngomong. Bukankah kamu tidak tertarik dengan bapalan motor itu, Lian? Kenapa masih juga balapan?”
“Aku memang tidak tertarik pada balapan motor, meski begitu sesekali bukan masalah untuk memacu adrenalinm,” ucap Killian.
“Ah iya, kemarin ada seorang pencuri yang sangat cantik tertangkap oleh keluarga Lannister,” ucap Lucas.
Killian langsung memperhatikan Lucas. Dari tatapannya yang dingin, dia tampak tak tertarik namun dalam hatinya dia sangat tertarik.
“Lannister?”
“Pencuri? Memang ada pencuri yang cantik?”
“Pokoknya aku yakin, dia pencuri di keluarga Lannister karena aku melihatnya masuk ke kediaman Lannister sambil diseret oleh pengawal mereka.”
“Apakah Keluarga Lannister sudah kembali ke kota?”
“Ah, beberapa hari yang lalu ayahku melihat keluarga Lannister kembali. Mungkin itu sebabnya Amora juga kembali.”
Izek langsung menyenggol lengan Lucas agar tidak membahas Amora di depan Killian. Izek langsung memperhatikan ekpresi Killian namun tidak ada perubahan ekspresi dari Killian.
“Ah benar, apakah kamu menguntit pencuri cantik itu?” Tanya Izek mencoba mengalihkan topiknya kembali tentang pencuri cantik yang dimaksud Lucas.
“Aku tidak menguntitnya kok! Kebetulan aku melihatnya tersesat di jalan jadi aku langsung mengajaknya bicara karena dia begitu cantik, dia begitu murni dan polos. Tapi dia kabur karena terkejut sehingga aku tidak sempat menanyakan namanya.”
“Kamu pasti memasang wajah mesum. Pantas saja dia terkejut.”
“Apa katamu???” Terika Lucas tidak terima.
“Setidaknya kamu harus setampan Killian dulu kalau ingin direspons dengan baik.”
“Tapi ibuku bilang aku yang paling tampan!!!” Terika Lucas.
“Iya deh..”
Killian langsung berdiri dari duduknya membuat dua manusia yang tadinya bertengkar kini terdiam.
“Aku pergi dulu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Dewi Payang
Otak Amora udah traveling🤭
2024-05-09
0
Lee
Semangat kakk...
satu iklan mendarat ..💪💪
2024-03-04
0
Kim Jinny
keren Thor aku beri gift🌹yaa biar semangat bikin cerita nya😍
2024-03-04
0