Bab 12

Kini Anjani menyusupkan kepalanya ke dada bidang Kendra. Rasa nyaman membuat Anjani betah untuk tidak beranjak. Begitupun Kendra yang tidak ingin jauh dari sang pujaan.

"Bapak gak kerja?" tanya Anjani.

"Tolong ya jangan panggil Bapak kalau kita sedang berduaan begini. Aku kan bukan Bapak kamu" ucap Kendra yang sedikit keberatan.

"Kan anda atasan saya!" balas Anjani.

"Kalau di kantor boleh panggil bapak, tapi kalau sedang berdua jangan ya!" ucap Kendra sembari mengelus-elus wajah Anjani.

"Panggil Mas boleh?" tanya Anjani dengan hati-hati.

Tak banyak kata, Kendra langsung memeluk erat tubuh Anjani.

"Boleh sayang. Boleh sekali kamu panggil aku Mas" balas Kendra.

"Mas belum jawab pertanyaanku!" ucap Anjani.

"Malas ah pengen dekat-dekat terus sama kamu. Gak mau pulang" Kendra menjadi sangat manja.

"Lah kok gitu!" Anjani memandang wajah tampan itu.

"Kamu bikin aku betah, sayang" ucap Kendra.

Kendra dari tadi hanya berdua dengan Anjani. Ia penasaran dengan orang tua Anjani mengapa tidak terlihat.

"Sayang, sepi banget rumah ini? Kemana orang tuamu?" tanya Kendra.

"Aku tinggal berdua sama Bapak! Tadi Bapak bilang mau keluar sebentar" jawab Anjani.

Ada gurat kekhawatiran di wajah Anjani. mengenai kondisi Rusli sang Bapak yang menderita ODGJ.

Bagaimana jika Kendra tahu tentang keluarga Anjani. Apakah Kendra akan terus mencintainya atau Kendra akan merasa jijik padanya.

Dua sejoli itu kini sedang saling merengkuh dan Kendra tengah begitu nyaman dalam dekapan Anjani. Tiba-tiba ponselnya berdering.

"Hallo, Dipsy?" sapa Kendra pada asisten pribadinya.

"Hallo, Pak! Lima belas menit lagi kita akan meeting" ucap Dipsy.

"What?? Yasudah saya akan ke kantor sekarang!" balas Kendra.

Panggilan telepon itu di tutup. Kini Kendra pamit pada Anjani.

"Sayang, aku pulang dulu ya! Besok aku jemput kemari lagi" ucap Kendra yang merasa berat hati berpisah dengan Anjani.

"Iya Mas!" balas Anjani.

Cup!!!!

Kendra mencium sekilas bibir ranum yang kini menjadi candunya.

"Ih cium-cium terus sih!" Anjani berkata sembari mencubit perut Kendra.

"Bibir kamu manis" ucapkan ra lagi

Kendra pun pamit pulang karena akan melakukan meeting siang ini.

Selang beberapa menit kepergian Kendra, Rusli pun datang.

"Jani, siapa yang datang?" tanya Rusli.

"Oh itu teman Jani, Pak!" jawab Anjani. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia habis di apeli oleh sang kekasih.

"Oh begitu! Ya sudah Bapak mau mandi dulu badan Bapak gerah sekali" ucap Rusli.

Rusli pun berlalu menuju kamarnya...

..

"Jani tadi Bapak bertemu dengan ibumu!" ucap Rusli.

"Terus bagaimana?" tanya Anjani.

"Dia sedang digandeng oleh seorang pria. Bapak samperin dia, Bapak tanyakan Kenapa dia pergi meninggalkan kita" ungkap Rusli.

"Terus jawabnya Ibu bagaimana?" tanya Anjani lagi.

"Dia hanya bilang bahwa dia tidak mau hidup dengan pria gila! Apa Bapak ini gila Jani? Bapak tidak gila kan? Tapi kenapa ibumu bilang seperti itu" Rusli berbicara dengan nada pilu.

"Sudahlah Pak jangan didengar! Bapak masih punya Jani dan Bapak juga tidak gila. Bapak waras, Bapak adalah Bapak terbaik untuk Jani. Jani hanya punya Bapak" Anjani langsung menangis sembari memeluk Rusli.

"Terima kasih ya Jani sudah sangat menyayangi Bapak! Bapak janji, Bapak akan lakukan apapun pada kamu asal kamu senang, termasuk Bapak akan terus berjuang memenangkan hati masyarakat supaya mau mencoblos bapak untuk menjadi kepala desa" ungkap Rusli.

Mendengar itu Anjani pun menepuk keningnya.

"Huh jadi lagi jadi lagi. Ya sudahlah terserah Bapak saja. Anjani mau ke kamar dulu ya Pak. Bapak mau makan, itu ada tempe goreng makan saja" pesan Anjani.

"Ya sudah Jani hati-hati. Bapak mau nonton tv dulu" ucap Rusli.

Di kamarnya Anjani membatin soal perkataan Rusli bertemu dengan mantan istrinya alias Ibu Anjani. Anjani masih lekat dalam ingatan saat sang Ibu pergi sesudah kekalahan bapaknya dalam pemilihan kepala desa. Hal itu membuat kondisi Rusli tambah parah.

Paginya Anjani seperti biasa akan berangkat bekerja. Tidak ada lagi drama yang disebabkan oleh Rusli Sang Bapak.

Pagi ini Rusli terlihat sangat tenang tetapi netra Anjani menangkap Rusli membawa catatan di tangannya.

"Pak itu catatan apa?" tanya Anjani.

"Oh, ini Ini catatan daftar warga yang akan Bapak berikan bantuan, tapi Bapak belum ada uang nih. Jani Bapak minta uang dong buat beli sembako" balas Rusli

Anjani pun sampai menepuk keningnya. Ia kira Rusli hari ini tidak akan berbuat drama lagi tetapi nyatanya sama saja.

"Ya ampun Pak, buat apa sih sembako? Jani juga kan belum ada uang. Tiga hari lagi baru gajian" Anjani menjadi kesal.

"Gimana dong Bapak kan harus bagi-bagi sembako supaya warga memilih bapak" Timpal Rusli.

"Bapak dengar ya, itu namanya nyogok. Bapak nggak boleh pokoknya. Jani tidak setuju kalau Bapak main sogok-sogokan" ucap Anjani

"Tapi dengan cara itu warga akan memilih Bapak" balas Rusli.

"Tidak ya, Pak itu namanya politik kotor kita tidak diajarkan untuk berbuat hal demikian. sudah ya Pak jangan aneh-aneh, Jani pergi berangkat kerja dulu. Bapak yang anteng di rumah jangan keluar-keluar. Untuk makan Jani sudah masak ikan sarden untuk Bapak. Kalau bapak nggak nurut sama Jani nanti Jani marah!" Anjani pun terpaksa mengancam Rusli. Dengan cara itu Rusli takkan mampu berkutik lagi. Ia sangat tidak bisa membuat sang putri marah.

"Ya sudah deh Bapak diam saja di rumah" ucap Rusli.

Anjani pun berjalan di gang kecil dan tanpa ia sadari mobil sport sedang mengawasi dirinya dari tadi.

"Sayang!" teriak seseorang dari dalam mobil itu.

Anjani pun menoleh ke sumber suara.

"Mas Kendra" gumam Anjani.

"Ayo naik! Kendra pun langsung membukakan pintu mobilnya untuk Anjani.

"Tak usah Mas, aku bisa naik angkot kok" Anjani tidak enak hati.

"Aku tidak menerima penolakanmu!" Kendra pun langsung menarik tubuh Anjani untuk memasuki mobilnya.

Di sepanjang perjalanan, Anjani menjadi resah. Bagaimana jika karyawan tahu ia ada hubungan dengan bosnya itu. Ia tidak mau jadi bahan gosip dan menyangka bahwa Anjani Itu wanita penggoda dan bahkan pula bisa disebut Anjani rela memberikan tubuhnya untuk Hendra demi uang.

"Kenapa kamu terlihat risau begitu?" tanya Kendra.

"Aku hanya takut dengan karyawan lain. mereka akan mengira aku wanita yang tidak baik karena berangkat bersama dengan kamu Mas" balas Anjani.

"Sudah tak usah dihiraukan, anggap saja mereka tidak ada dan aku tidak pedul" balas Kendra.

Kini mobil yang Kendra kemudikan sudah berhenti di parkiran kantor. Kendra segera turun dan membukakan pintu untuk Anjani.

Beruntungnya saat itu suasana parkiran sepi dan tak ada orang yang melihat Anjani keluar dari mobil Kendra.

"Nanti langsung ke ruanganku ya sayang" pesan Kendra.

"Ia Mas!" balas Anjani.

Kendra pun dengan tak tahu malunya langsung menarik tubuh Anjani kebalik pilar yang tidak terpantau oleh CCTV. Di sana ia langsung mencium bibir Anjani dengan sangat liar, tangan kendra pun tak tinggal diam ia meraih dua gundukan kenyal milik Anjani sampai Anjani mendesis.

"Mas sudah cukup nanti ada yang melihat" lirih Anjani.

Kendra pun melepaskan pagut@n itu

"Ya sudah nanti aku tunggu di ruang kerjaku" ucapnya

Mereka pun berpisah dan bersikap biasa layaknya tidak terjadi apapun.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

tu duda nefosong muluuuuu😂😂😂

2024-02-26

1

Redmi Ku

Redmi Ku

ya elah jani sama kendra,,,,

2024-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!