Bab 10

Fuad melihat Anjani dengan perasaan tidak tega. Gadis itu kini gemetar dengan suhu badan yang tinggi.

Tindakan yang Kendra lakukan membuat Anjani sungguh ketakutan. Ia baru pertama kali mengalami hal yang tidak senonoh dari seorang pria.

"Jani loe kuat sayang?" tanya Ricky pada Anjani.

"Kuat kok nanti juga sembuh sendiri" Balas Anjani dengan nada yang lemas.

"Sembuh bagaimana? Lihat aja badan loe demam tinggi kaya gitu. Gue nggak tega lihat loe kayak gini. udah mending Loe pulang aja, nanti gua kasih tahu Bu Risa" ucap Ricky.

Fuad pun lalu menghampiri mereka berdua.

"Jani kalau loe mau pulang, gue antar. Ayo, kerjaan gue juga udah beres kok" ajak Fuad.

Ingin rasanya Ricky yang mengantarkan sahabatnya itu pulang tetapi ia masih ada pekerjaan di ruang arsip.

Anjani pun tampak diam menimbang-nimbang ucapan Fuad.

"Udah ayo Gue antar. loe aman kok sampai rumah. Tenang Jani, gue cowok baik-baik" ucap Fuad meyakinkan.

"Jangan macam-macam ya loe!" sindir Ricky.

"Macam-macam gimana sih? emang gua cowok apaan?" Fuad merasa kesal.

Anjani pun menuruti ucapan Fuad. Ia pun mau pulang diantar oleh pria itu.

"Jani!" panggil Fuad.

"Hmmmmm!" hanya deheman yang Anjani lontarkan.

"Mau sekalian ke dokter?" tanya Fuad.

"Gak usah!" jawab Anjani pelan.

Karena takut terjatuh, Anjani tanpa sadar memeluk pinggang Fuad. Membuat pria itu menjadi deg-degan.

Kini Fuad sudah sampai di halaman rumah Anjani. Ia dengan lembut membantu Anjani melepaskan helm di kepalanya.

" Ad, Makasih banget ya!" ucap Anjani.

"Iya! Cepat sembuh ya!" balasnya dengan nada ramah sembari mengusek kepala Anjani dengan lembut.

Anjani heran kenapa Fuad mendadak baik padanya. Padahal selama ini pria berwajah Arab ini selalu rese pada Anjani.

"Yasudah gue balik lagi ke kantor ya!" ucapnya.

"Hati-hati" balas Anjani.

Motor Fuad pun sudah melaju. Anjani pun masih heran dengan kelakuan Fuad.

"Si Fuad Bin Abdul Aziz Bin Mohtar Bin Abu Utsman kenapa ya? Kok tiba-tiba dia jadi baik banget" gumam Anjani.

Tetapi ia tidak mau ambil pusing. Ia pun masuk kedalam rumah. Di sana sudah ada Rusli yang sedang menonton tv.

"Asalamuallaikum Pak!" sapa Anjani lesu.

"Waalaikumsalam Jani. Kok sudah pulang tidak biasanya?" tanya Rusli.

"Jani tidak enak badan, Pak. Izin pulang saja" balas Anjani.

"Yasudah kamu istirahat saja, nanti Bapak buat bubur" ucap Rusli.

Anjani pun hanya mengangguk saja dan langsung masuk kedalam kamarnya.

.....

Di ruang kerjanya, Kendra benar-benar tidak tenang. Ia terus memikirkan Anjani. Ia pun menelepon Pantry.

"Hallo, Pantry disini! Ada yang bisa di bantu" tanya Ricky.

"Tolong antarkan Arabica kopi ke ruangan saya. Resepnya tanya pada Anjani, dan bilang juga pada dia, suruh ke ruangan saya sekarang!" perintah Kendra yang langsung menutup panggilan teleponnya.

Tak lama pintu rumah Kendra pun di ketuk.

"Masuk!" suara bariton itu menggelegar.

"Ini kopinya Pak!" ucap Ricky.

"Kok kamu? Mana Anjani?" tanya Kendra.

"Anu Pak, Anu..." Ricky gugup.

"Una anu, kemana Anjani? Saya mau dia yang kemari bukan kamu" bentak Kendra.

"Si Jani pulang Pak!" Ricky pun jujur.

"What, pulang? Ini masih jam kerja, kenapa dia pulang?" Kendra kesal.

"Si Jani mendadak sakit, Pak! Bapak sih main sergap saja. Eh" Ricky seketika membekap mulutnya karena keceplosan.

"Duh ni muluh lemes amat" gerutunya dalam hati.

"Sakit? Anjani ngomong apa saja sama kamu?" Kini Kendra sudah melotot. Ia tidak menyangka dan sekaligus malu karena ke mesumannya ketahuan oleh OB nya.

"Ya semua sih yang sudah Bapak lakukan. Dia sampai demam loh Pak saking syoknya!" jawab Ricky.

"Saya khilaf! Dia cerita itu sama siapa saja?" Tanya Kendra was-was karena takut aksinya di ketahui oleh semua karyawannya.

"Sama saya saja sih Pak, kan saya besty nya dia" jawab Ricky.

"Kamu jangan katakan apapun pada orang-orang. Jika ini sampai bocor, berarti dari kamu. Dan saya pastikan kamu akan di pecat!" ancam Kendra.

"Ya Pak tenang saja, mulut saya tidak ember kok" balas Ricky.

"Yasudah sana kamu keluar!" Kendra mengusir Ricky.

Sesudah kepergian Ricky, Kendra segera memakai jasnya dan meraih kunci mobilnya. Ia siang ini akan menemui Anjani di rumahnya.

Sementara kini Rusli sudah selesai membuat bubur. Ia pun meletakan bubur itu di nakas samping ranjang milik Anjani.

Terlihat di sana sang putri sedang meringkuk bergelung selimut.

"Jani, buburnya sudah selesai. Makan ya bontot!" bujuk Rusli.

Anjani pun bangun dan heran melihat Rusli yang sudah rapi dengan stelan jas.

"Loh Bapak mau kemana?" tanya Anjani.

"Hari ini ada jadwal pemeriksaan kesehatan untuk calon kepala desa. Bapak berangkat dulu ya" jawab Rusli.

"Yasalam.. Bapak kapan sembuhnya sih?" gumam Anjani.

"Hati-hati di rumah ya Jani. Asalamuallaikum" ucap Rusli.

"Bapak yang hati-hati. Waalaikumsalam" balas Anjani.

Anjani pun segera bangkit, ia menggelung rambutnya dan mengganti pakaiannya.

Entah kenapa Anjani malah memakai celana hotpants dan crop top sampai pusarnya terlibat.

"Gerah banget sih. Tak apalah aku pakai baju ini, lagipula di rumah tidak ada siapa-siapa" ucapnya.

Anjani berani pakai baju itu karena tidak ada Rusli. Bukan apa-apa tapi Rusli tidak suka kalau anak gadisnya berpakaian terbuka, Rusli selalu bilang kalau anak gadis itu harus terlihat mahal jangan terlihat murahan.

Anjani enggan memakan bubur itu karena ia merasakan bahwa ludah Kendra masih tertinggal dalam bibirnya. Ia pun malah menyalakan tv saja.

...

Sementara kini Rusli sudah berjalan menuju arah pos ronda. Di sana ada bapak-bapak yang sedang mengobrol sekaligus bermain catur.

"Wehhh ada Pak Rusli. Mau kemana Bapak ini?" tanya Maruli.

"Eh Bang Maruli, biasa mau ke KPU" jawab Rusli.

"Macam mana pula Pak Rusli ini" ucap Maruli.

"Bang, dari pada dia keliling-keliling lagi, nanti kaya waktu itu hilang bisa bikin kita repot cariin dia, mending kita ajak dia main catur saja" usul Dadang.

"Bener tuh, ajakin ngopi sama main catur saja biar gak repot" timpal Darman.

"Yasudah begini saja, ini kan sudah lumayan siang, Kantor KPU sudah tutup. Mending Pak Rusli main catur saja disini. Kopi ada!" ajak Darmawan.

Rusli pun terdiam dan berpikir, ia akhirnya setuju untuk bermain catur bersama bapak-bapak di pos ronda.

"Main lah Pak Rusli. Tunjukan kuda putihmu!" ucap Maruli.

"Kopi mana kopinya!" balas Rusli.

"Masuk lah Pak Rusli. Kopi nanti aku buatkan" ucap Maruli.

...

Kendra masih hapal dengan jalan menuju rumah Anjani. Ia pun menghampiri anak kecil yang sedang bermain kelereng di gang sempit itu.

"Maaf anak-anak, apa kalian tahu rumah Anjani?" tanya Kendra.

"Wah ada babang tamvan!!" sorak bocil-bocil itu kegirangan melihat Kendra.

"Tahu apa tidak?" tanya Kendra.

"Tahu! Tapi seratus dulu" jawab bocah-bocah itu sembari menengadahkan tangannya.

Kendra pun langsung mengeluarkan uang seratus ribu dan langsung di berikan pada anak-anak itu.

"Terimakasih babang tamvan. Ayo kita antar ke rumah Kak Jani" ajak bocah-bocah itu.

Kendra pun digiring bersama mereka menuju rumah Anjani.

"Tuh Bang, rumah Kak Jani yang cat biru muda" tunjuk bocah itu.

"Terimakasih ya!" ucap Kendra.

Kini ia sudah berada di depan pintu rumah Anjani. Kendra pun mengetuk pintu dan tak lama Anjani pun membukanya.

Seketika wajah Anjani pias. Ia ketakutan dengan seseorang yang sudah berdiri di hadapannya.

Terpopuler

Comments

Mimik Pribadi

Mimik Pribadi

Nah lhoo,,,Babang tamvan udh berdiri dpn rmh Jani,mana Jani pakaian nya seksi lgi dan rmh sepiii,,,,aku takut babang tamvan nyergap lgi saking gak kuat nahan ,mending kabur ae laahh 🏃🏃🏃

2024-04-16

0

Kamiem sag

Kamiem sag

wadduh... Janisendirian dirumah mana pakaiannya sexi lagi habislah itu diperkaos bangken
wshhh bisa jebol tuh gawang siJani digasak otong ganas kendra

2024-03-29

0

Dewi Anggya

Dewi Anggya

trauma si jani... duhhh kendra dasaar nihh duda...

2024-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!