Pria itu memandang kepergian Anjani, hingga punggung Anjani menghilang.
...
Sesampainya di rumah, Anjani mendapati Rusli sedang duduk dengan memakai jas. Ia terlihat hendak pergi.
"Assalamualaikum, Pak!" sapa Anjani.
"Waalaikumsalam, Eh Jani sudah pulang!" balas Rusli dengan senyum hangatnya.
Senyum itu yang membuat Anjani sedih. Senyum yang tidak pernah berubah dari sebelum Rusli menjadi ODGJ.
"Jani bawa kue untuk Bapak!" ucap Anjani sembari meletakan bungkusan kue di atas meja.
"Nanti aja deh, Bapak mau ke kantor KPU dulu, kan bapak harus memberi tahu kekayaan Bapak ke pengawas!" jawab Rusli.
Anjani pun seketika menitikkan air matanya. Mau sampai kapan Rusli seperti ini.
"Bapak tidak sadar, kalau ini sudah maghrib!' gumam Anjani.
" Begini Pak, tadi di jalan, Jani ketemu sama pengawas KPU, katanya tidak usah kesana. Nanti daftar lewat Hp saja!" Anjani terpaksa berbohong karena ia tidak mau bapaknya keluyuran malam-malam.
"Oh begitu ya Jani! Yasudah deh kita makan saja" ucap Rusli.
Walaupun ia penderita ODGJ, tetapi Rusli masih suka memasak dan berpenampilan layaknya orang normal.
"Bapak masak apa?" tanya Anjani.
"Ayam saus dan nasi hangat!" jawab Rusli.
"Terimakasih ya Pak. Selama ini Bapak selalu sayang pada Jani!" ucap Anjani sembari menyeka air matanya.
"Jani kan anak bapak satu-satunya. Bapak akan berusaha menyenangkan Jani. Apalagi kalau Bapak sudah jadi kepala desa, apapun yang Jani mau, pasti Bapak turuti" balas Rusli.
"Mulai lagi ngaconya. Orang lagi sedih juga" ucap Anjani.
..
Sementara di rumah mewah, seorang pria yang bernama Kendra sedang di ceramahi oleh sang Mama, karena ia tidak kunjung mencari calon istri. Kendra hanya diam saja, ia cukup menjadi pendengar yang baik jika sang ratu rumah itu sedang mengomel.
Ia juga sudah bosan di suruh cepat-cepat menikah oleh kedua orang tuanya.
"Mau sampai kapan kamu begini, Ken?" tanya sang mama yang bernama Gendis itu.
"Apanya sih Ma?" Kendra malah balik bertanya.
"Ini anak ya, di tanya malah balik nanya lagi!" kesal Gendis.
"Ya memang aku harus jawab apa Ma? Nantilah ada saatnya aku mencari. Lagipula besok pergantian pemimpin di perusahaan, jadi aku fokus dulu ke hal pekerjaan" balas Kendra.
"Papa curiga kamu belok, Ken!" timpal sang Papa yang bernama Leon.
"Astaga, benar kata papamu. Apa kamu belok? Jawab yang jujur Ken? Jangan membuat Mama kecewa, sayang" Gendis berkata dengan nada lirih.
"Astaga, Kalian ini kok bisa menyangka putra tunggalnya berubah haluan sih? Ma, Pa please, aku masih normal. Aku masih membutuhkan wanita, tetapi untuk saat ini fokus dulu karir!' jawab Kendra.
"Atau kamu masih ingat wanita jahanam itu? Ingat ya Ken, gara-gara Elizabeth si@lan itu, kamu hampir gila waktu itu" Gendis berkata dengan emosi yang tinggi.
Seketika pikiran Kendra melanglang buana ke tujuh tahun yang lalu, dimana Kendra merasakan kehancuran yang amat dalam oleh seorang wanita.
Elizabeth Harun namanya. Wanita yang membuat seorang Kendra Alfonso Brata merasakan cinta yang sangat ugal-ugalan.
Kendra seorang sad duda, setelah selesai perceraiannya bersama Elizabeth, ia berjanji kalau ia akan lebih selektif lagi mencari pendamping hidup, plus ia ingin mencari calon istri yang masih perawan.
Berawal dari Elizabeth yang meminta izin untuk pemotretan di Paris selama enam bulan lamanya, dan dengan bodohnya Kendra membiarkan Elizabeth pergi. Baginya kebahagiaan sang istri adalah prioritas utama.
Gendis sang Mama tentunya tidak terima dengan keputusan Kendra yang menurutnya sudah terlalu bebas dalam memberikan izin pada istrinya.
"Cinta boleh, tapi bodoh jangan! Jika terus seperti ini, kapan istrimu memberikan Mama cucu? Ingat Ken, pernikahanmu sudah jalan empat tahun, tetapi Mama lihat sifat istrimu masih begitu saja. Sebenarnya apa sih yang dia cari selama ini?" tutur Gendis sembari memijat kepalanya.
"Aku hanya ingin membuat Eliza tidak merasa terkekang Ma. Dan Eliza pun janji jika ini pemotretan yang terakhir, setelah ini ia akan fokus pada pernikahan kami!" Kendra mencoba memberi sang mama pengertian.
Gendis memutar bola matanya jengah mendengar Kendra selalu membela istrinya itu.
"Terserah padamu lah Ken. Jika ada masalah, kau juga yang akan merasakannya" ucap Gendis sembari berlalu meninggalkan Kendra di ruang tamu.
Sementara kini Elizabeth sedang berbagi peluh dengan seorang pria bule. Permainan mereka begitu panasnya, bahkan tanpa rasa malu pria bule itu menghentakkan miliknya yang panjang dan keras itu di balkon apartemen miliknya di kota Paris.
"Oughhhhh Yesss....Yessss....Yessss baby....Lebih cepat!" racau Elizabeth.
Pria itu lebih cepat memaju mundurkan tubuhnya, menghujam miliknya pada milik Elizabeth. Tanpa mereka berdua sadari bahwa seseorang sedang memvideo mereka dari jarak jauh.
"Tuan Leon akan senang dengan hasil pekerjaan ini!" ucap pria itu dengan seringai senang.
Pria itu lalu mengirim video serta poto percintaan Elizabeth dengan pria bule itu yang diketahui sebagai seorang sutradara di tempat opera dan theater.
Leon melihat video ini dengan perasaan yang sangat murka. Elizabeth benar-benar menjijikan. Ia telah menyakiti hati sang putra yang begitu tulus mencintainya.
"Aku tidak akan memberitahu dulu video ini pada Kendra. Biar dia tahu sendiri saja kelakuan jal@ng istrinya yang selama ini selalu dia banggakan. Aku tidak rela jika Kendra meniduri wanita yang sering miliknya di masuki pria lain" geram Leon.
Sudah pernah Leon katakan bahwa seorang model tidak akan benar-benar mau menjalani pernikahan yang semestinya. Tolak ukur wanita yang baik adalah istrinya yaitu Gendis. Pernikahan yang telah terjalin lama, tetapi keromantisan tidak pernah berkurang sedikitpun. Gendis selalu mengurusi apapun keperluan Leon sang suami, meski ia bisa menyewa asisten profesional sekalipun.
Hingga enam bulan berlalu, Elizabeth pulang dari Paris. Dengan setia Kendra menunggunya di bandara.
Elizabeth menghampiri Kendra dengan senyum manisnya. Tetapi Kendra heran kenapa wajah Elizabeth terlihat pucat.
"Langsung pulang?" tawar Kendra.
Elizabeth langsung mengangguk saja. Entah akhir-akhir ini tubuhnya terasa lemas.
Ketika baru satu langkah, tiba-tiba Elizabeth pingsan. Hal itu membuat Kendra panik. Ia segera membawa Elizabeth ke rumah sakit kawasan bandara.
Dokter lalu memeriksa keadaan Elizabeth. Dan dokter sudah bisa menemukan penyebabnya.
"Saya sudah menemukan penyebab kenapa istri anda pingsan!" ucap dokter yang bernama Kenzo itu.
"Katakan dok, kenapa istri saya menjadi lemah seperti ini!" pinta Kendra.
"Selamat ya Pak, istri anda sedang hamil. Saya perkirakan usia kandungannya antara 8 minggu. Usia rentan karena trimester pertama" ucap sang dokter tang membuat seketika hati Kendra merasa di jungkir balikan.
Tak ingin membuat sang dokter mengira-ngira keadaan Kendra, ia memasang wajah setenang mungkin.
"Apa dokter bisa tinggalkan kami berdua?" pinta Kendra.
"Oh tentu saja, Pak! Mari saya permisi" dokter Kenzo pun keluar dari ruangan itu.
Kendra menatap dalam bias wajah sang istri. Beribu pertanyaan berkecamuk di kepalanya.
Tak lama Elizabeth pun membuka matanya. Ia melihat Kendra yang sedang menatap tajam pada dirinya. Tatapan itu terasa asing karena selama menjalani mahligai pernikahan, tak pernah sekalipun Kendra menatapnya dengan tatapan yang ia juga tidak mengerti. Tetapi satu hal yang Elizabeth rasakan, bahwa saat ini Kendra seperti akan menguliti dirinya.
"Sayang, kenapa aku ada di tempat ini?" tanyanya bingung.
"Kamu sedang hamil!" hanya itu jawaban yang di berikan Kendra.
"What, Prenagen? Akh kamu akan sebentar lagi menjadi seorang ayah!" ucap Elizabeth senang.
"Bukan aku, tapi pria yang menikmati tubuhmu selain aku yang berhak!" balas Kendra. Ia sudah tidak mau bersandiwara dengan pura-pura terlihat tenang. Ia akan ungkapkan kemarahannya sekarang.
"Apa maksud mu, Kendra? Kamu menuduh aku selingkuh begitu?" kini ada getar ketakutan pada wajah Elizabeth.
"Aku tidak menuduh mu, tetapi kau yang mengatakannya. Kau tahu Elizabeth, Anak yang ada di dalam kandunganmu itu berusia dua bulan, sementara kau pergi sudah enam bulan dariku" ungkap Kendra.
Seketika wajah Elizabeth tambah memucat. Ia tidak menyangka jika percintaannya dengan Rumanov akan membuahkan jejak yang jelas tidak Elizabeth inginkan.
"Sayang, ini anakmu! Bisa saja sp€rma mu mengendap di rahimku" Elizabeth memberikan alasan yang maha t0l0l pada pria sekelas Kendra.
"Aku tidak menyentuhmu selama enam bulan lebih. Bahkan saat kau mau berangkat ke Paris, kau bilang sedang datang bulan hingga kau menolak permintaanku. Elizabeth, aku bukan pria bodoh" geram Kendra.
"Tidak sayang ini anakmu!" Elizabeth masih kukuh dengan pendiriannya.
Tak banyak kata, Kendra segera menghubungi dokter Kenzo.
Dokter Kenzo sangat heran kenapa pria di hadapannya ingin melakukan tes DNA pra persalinan.
"Apakah itu bisa?" tanya Kenzo.
"Bisa! Saya akan menghubungi dokter Fenty yang memang seorang ahli kandungan. Hari ini juga bisa di lakukan tes DNA dan hasilnya akan keluar lusa!" tutur dokter Kenzo.
"Baiklah jika begitu, dok. Saya ingin tes DNA sekarang juga!" ucap Kendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ney Maniez
ihhh parahh
2024-06-29
0
rama
/Curse//Curse//Curse/
2024-06-22
0
Beloved vindra
prenagen gak tuh.. untung gak enfa mama 😁😁
2024-06-22
1