Malam pertama

tak...tak...tak...

tak...tak...tak...

Suara itu membuatku terbangun. Diluar hujan turun dengan lebat dan petir berdansa diangkasa. Jam sudah menunjukan pukul 01.34.

Aku melihat kesekeliling kamar kalau-kalau ada sesuatu yang mungkin bisa mengeluarkan suara seperti itu. Entah itu jam antik atau mainan otomatis.

Tak...tak...tak...

tak...tak...tak..

Bunyi itu terus terdengar. Anehnya tetap terdengar meskipun ditutupi rinai hujan yang begitu deras. Suaranya berdetak konstan, sangat dekat, seolah berasal dari dalam kamar.

Aku mencari-cari sampai-sampai melongok kebawah tempat tidur. Mungkin ada sesuatubyang disimpan disana. Aku mengambil hp dan menyalakan senter. Tak ada apapun. Aku ingat neneknya Gres bilang dia baru saja membersihkanya.

Aku ingat dulu, beberapa tahun lalu, saat aku pertama kali datang, aku juga mendengarnya. Itu suara yang sama, seperti suara orang yang berjalan konstan. Aku mulai berpikir, apa didunia ini benar-benar ada hantu.

Gres bangun, dan menggeliat.

"Ada apa?"

"Apa kau mendengar sesuatu?"

"Tidak." Dia menjawab terlalu cepat.

"Kalau begitu, diamlah dan dengarkan!" Gress diam, aku yakin dia mulai mendengar suara itu.

"Apa kau tau, dari mana asalnya? Dulu saat kesini, aku mendengar suara yang sama." Kalau aku ingat-ingat lagi malam itu juga hujan. Dan Gres tidur pulas seperti anak bayi.

Itulah salah satu masalahnya. Jika sudah tidur, otaknya benar-benar tidak didunia lagi.

Tampaknya dia sama penasarannya denganku. Dia mendekati setiap sudut ruangan, memeriksa rak didinding, mengeluarkan semua kasur dan bantal. Menyusun dan membongkar buku-buku lama. Berikut mengacaukan lipatan kain-kain usang yang telah digulung rapi dilemari.

"Kita bahkan belum mengeluarkan barang-barang kita dari ransel. Apa kau sudah memeriksa pesananmu?" Aku ingat dan segera berkata lagi,

"Sepertinya aku sudah pernah bilang. Yang mengirimkan paket itu bukan kurir biasa. Bagian depan mobilnya penyok, dan tak ada logo apapun disana. Belum lagi paket itu dikirim jam dua pagi." Aku mengiat-ingat keanehan kurir malam itu.

"Jangan-jangan kau ketiduran?"

"Aku menunggunya dijendela kamarku sampai jam dua. Dan kau tak bisa dihubungi. Aku memang tertidur. Tak akan menunda kirimanya hanya karena pintu tertutup, iya, kan?" Suara itu terus berlanjut.

"Dan lagi, suaranya..."

"Suara langkahnya, saat menjauh ke halaman, suara itu seperti yang kita dengar sekarang." Dia mengelilingi setiap sudut ruangan mulai dari temboknya hingga lantainya.

"Tak mungkin suara itu berasal dari dalam tembok."

"Ada apa?"

"Suara itu lebih jelas terdengar jika mendekati lantai dan tembok." Kami tidak biasa mendengar suara itu. Jika tidak meledak atau menimbulkan efek lain sebenarnya sama sekali tidak menganggu.

Karna tak ada didalam rumah, kami keluar dan memeriksa halaman belakang. Suara angin dan hujan yang lebat membuatnya sedikit samar.

"Apa nenek tidak pernah mendengarnya?" Katanya sambil melihat kesekeliling.

"Kamar belakang kan kosong." Dia bingung.

"Suaranya lebih jelas diluar. Tapi tak ada apapun yang tampak."

"Mungkin suara ya berasal dari sejenis serangga, atau kodok atau hewan lain."

"Dan itu terdengar sampai ke kamar belakang?"

Dia menyalakan senter menembus rumpun tumbuhan. Kami menyibak dan melihat dahan-dahan disana. Adakah disana serangga atau kodok yang dimaksud.

Tapi, seberapa lamapun kami mencari. Tak ada yang tampak disana kecuali dedaunan hijau dan tetes air hujan.

Akhirnya, kami terdiam dan terus menyimak. Suara itu terus berlanjut hingga hampir pukul 02.30 pagi. Aku tidak bisa tidur sebelum suaranya berhenti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!