Untuk pertama kalinya Ariel masuk ke perpustakaan sekolahnya. Tempatnya luas karena memang sebagian lantai 4 hanya diperuntukan untuk perpustakaan dan ruang laboratorium IPA. Tempatnya adem karena memang ber-AC. Alunan musik lembut terdengar dari beberapa speaker yang menempel di ujung atas tembok. Rak-rak buku berjajar rapih serta beberapa meja dengan pembatas dan juga ada meja panjang di tengah ruangan.
Di salah satu sudut dekat dengan rak buku bacaan ringan, ada sofa nyaman berwarna putih. Sejurus dengan pintu masuk ada meja sang Penunggu Perpustakaan. Namanya Bu Dini, yang didampingi oleh asistennya, Kemal, yang sempat Ariel lihat pada nametagnya, dan sekarang lagi sibuk menyampul buku-buku baru.
Saat itu tidak ada satupun murid yang berkunjung karena memang sebagian besar murid sedang anteng di kelasnya masing-masing. Karena Ariel lagi apes saja makanya ia dikeluarkan dari kelas. Sebenernya ia juga tidak diperbolehkan masuk karena bukan jam berkunjung, tapi setelah kasih penjelasan ke Bu Dini akhirnya Ariel diperbolehkan masuk.
Ariel berjalan menuju rak buku bacaan ringan. Setelah memilih sebuah novel, iapun lebih memilih duduk bersandar di sofa sambil menunggu bel pulang yang masih 1 setengah jam lagi.
Lagi asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba telinga Ariel menangkap suara lain. Bukan suara musik dari speaker yang masih mengalun. Suara dari sisi lain di perpustakaan. Seperti suara.. orang menangis.
Ariel berpaling dari novelnya dan melihat Juna yang-entah kapan ia masuk-duduk di salah satu kursi di meja panjang sambil membaca sesuatu. Ia juga memperhatikan Bu Dini dan asistennya masih sibuk dengan hal sama waktu Ariel masuk. Iapun mengangkat bahu lalu kembali ke novelnya setelah tidak mendengar suara itu lagi.
Mungkin perasaan aku saja.
Tidak terasa bel pulangpun berbunyi nyaring senyaring-nyaringnya. Mungkin untuk murid lain bunyi bel ini adalah anugerah tapi buat Ariel ini musibah karena ia dan si Anak Konglomerat itu mesti menghadap guru BPnya. Ariel menutup novelnya lalu beranjak dari duduknya dan menuju rak pengembalian buku dan meletakkan bukunya disana diikuti oleh Juna yang habis membaca sebuah ensiklopedia. Mereka pun keluar dan menuju kelasnya.
Setelah mengambil tas, mereka menuju ruang BP yang ada di lantai dasar. Setelah beberapa menit di dalam dan entah apa yang mereka bicarakan, Ariel dan Juna pun keluar dari ruang BP dengan lemas. Sekolah pun sudah sepi. Mungkin tinggal beberapa murid yang masih duduk mengobrol di bangku panjang yang ada di koridor.
"Kenapa mesti bersihin toilet sih? Aku kan enggak pernah melakukan itu."
Ariel mendengus sinis. "Kasihan banget kamu, membersihkan toilet saja enggak bisa."
"Yakan kamu tahu tugas aku cuma bantu mengurus bisnis Bokap sama sekolah doang."
“Aku enggak mau tahu, kerjaan kamu mesti beres biar kita bisa pulang."
"Iya, iya."
Akhirnya mereka pun menuju salah satu toilet sekolah yang ada di lantai dasar, yang letaknya dekat dengan aula. Ariel masuk ke toilet cewek dan Juna masuk ke toilet cowok yang memang bersebelahan.
Ariel terlihat sigap membersihkan tiap ruang toilet, seperti menyikat lantai, mengepel dan lain sebagainya. Dan hanya dalam sekejap pekerjaan Ariel pun selesai. Toilet cewek sudah kinclong binti wangi. Ariel pun terlihat puas lalu keluar dan menuju toilet cowok.
"Ya ampun, Juna! Kamu dari tadi ngapain saja sih?!"
Ariel histeris melihat toilet cowok yang masih berantakan dan banjir dimana-mana karena keran air sengaja dibiarkan terbuka dan airnya memenuhi ember. Juna hanya bisa menyengir sambil mengelap keringat yang membasahi muka dan seragamnya.
"Kan aku sudah bilang, aku enggak pernah melakukan ini, jadi aku enggak mengerti."
"Kalau kaya gini aku enggak bakal bisa pulang! Minggir kamu!" Ariel meletakan tasnya di atas wastafel dan mengambil alih gagang pel yang di pegang Juna. "Kalau kamu mau bantu aku biar ini cepat selesai, kamu bersihkan wastafel dan cerminnya! Dan jangan bilang enggak bisa!" Bentak Ariel kasar.
Dasar Tuan Muda.
Juna mengikuti perintah Ariel karena ia tidak bisa apa-apa. Benar kata Ariel tadi, kalau ia sendiri yang membersihkan, mereka bakal menginap di sekolah. Jadi ia amat berterima kasih sama Ariel karena dengan berat hati sudah mau membantunya. Ia mengambil lap lalu mulai membersihkan wastafel dan cerminnya. 30 menit kemudian, benar saja, toilet cowok pun rapih dalam sekejap. Ariel lagi-lagi puas sama hasil jerih payahnya.
"Makasih ya, Riel. Berkat kamu, bagian hukuman aku selesai."
"Jangan geer, aku cuma mau cepat pulang!" Sahut Ariel ketus.
Tapi Juna tetap tersenyum.
Mereka keluar dari toilet dan melihat hari mulai sore. Namun belum beberapa langkah di depan pintu, mereka mendengar suara pintu terbanting dari dalam toilet cowok. Ariel dan Juna pun saling menatap lalu menoleh ke arah pintu utama toilet yang masih terbuka tanpa bermaksud mau memeriksa ke dalam. Lagi-lagi mereka saling bertatapan.
"Enggak mungkin ada yang masuk, Riel, karena kita baru saja keluar."
"Dan enggak mungkin juga angin karena di dalam enggak ada jendela sama sekali."
Tanpa pikir panjang, Ariel lalu menarik Juna pergi dari sana lalu menuju ruang BP untuk laporan kalau pekerjaan mereka sudah selesai. Setelah di periksa oleh si guru BP langsung, mereka baru dinyatakan bebas hukuman dan diperbolehkan pulang.
“Kamu bareng aku saja, Riel."
"Enggak perlu, aku bisa pulang sendiri, rumah aku juga dekat."
“Aku enggak peduli mau rumah kamu dekat atau jauh sekalipun, ya anggaplah ini tanda terima kasih aku karena kamu sudah mau bantu aku tadi."
Ariel tampak berpikir.
"Enggak usah kebanyakan mikir, ayo." Juna lalu menarik Ariel ke mobil mewah warna hitam yang jadi satu-satunya mobil yang masih terparkir manis di parkiran.
Seorang pria berumur 45 tahunan terlihat sigap membukakan pintu belakang buat Ariel dan Juna lalu ia pun duduk di belakang kemudi dan menjalankan mobilnya.
“Aku masih penasaran, tadi pintu toilet kenapa ya?"
“Aku juga enggak tau, Riel. Atau mungkin memang rusak kali pintunya." Juna mencoba berpikiran positif.
"Dan anehnya, tadi di perpustakaan, aku juga dengar suara aneh, kaya.. orang menangis."
"Jangan ngaco kamu."
“Aku pikir mungkin itu perasaan aku saja soalnya habis itu aku enggak dengar lagi. Pak Iyan, aku turun depan komplek ya."
“Enggak, Pak, sampai depan rumah."
"Iya, Den." Pak Iyan pun membelokkan mobilnya masuk ke dalam komplek.
"Lurus saja ya, Pak, rumah aku enggak jauh dari taman."
"Iya, Neng."
Tidak berapa lama, Pak Iyan menghentikan mobil di depan rumah bergaya klasik minimalis dengan taman kecil di depan terasnya berkat panduan dari Ariel. Ariel pun turun setelah mengucapkan terima kasih ke Pak Iyan dan Juna pun mengantarnya sampai depan pintu.
"Besok mau bareng?"
"Kalau kamu coba-coba, aku cakar beneran muka kamu."
Juna tertawa. "Ya sudah, aku pamit ya. Makasih buat hari ini."
Juna pun masuk kembali ke mobilnya lalu pergi. Ariel menghela nafas lalu masuk ke dalam rumah.
To be continued.....
Author : Terimakasih yang sudah mampir. Like dan komen kalian sangatlah berarti 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝓐𝓻𝓲𝓮𝓵 𝓳𝓷𝓰𝓷 𝓰𝓪𝓵𝓪𝓴"𝓭𝓸𝓷𝓴 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓙𝓾𝓷𝓪 𝓷𝓪𝓷𝓽𝓲 𝓼𝓾𝓴𝓪 𝓵𝓱𝓸😅😅😅😅😅😅
2022-11-19
1
Flora
5 boomlike kudaratkan untukmu
aku selalu mendukungmu
ku tunggu kelanjutan kisahmu
semangat dan jaga kesehatan selalu
salam manis dari yuppy
"Diikuti makhluk ghaib"
2020-11-23
4
Caroline Adam Adamfey
ceritanya menarik bikin lanjut baca... sip
2020-08-13
2