Cari Perhatian

Jujur Ariel malas kembali ke kelasnya. Ia mau banget bertemu Bu Sarah dan bilang tentang masalahnya. Tapi kalau untuk alasan sepele pasti wali kelasnya tidak akan mengijinkan Ariel ganti partner duduk. Jadi ia tidak tahu mesti gimana.

"Hai, kalau jalan jangan sambil melamun dong, ntar menabrak loh."

Ariel mengangkat kepalanya dan mencari sumber suara. Sudah ada cowok yang berjalan di sampingnya.

"Kamu, Ariel kan?" Tanya cowok itu ramah. Seramah senyumnya.

Ariel mencoba tersenyum biarpun ia tidak tahu siapa cowok ini. Kayanya sih kakak kelasnya.

"Iya, Kak."

"Aku Dewa, pasti kamu lupa sama aku. Kemarin aku sempat mengerjai kamu waktu MOS. Maaf ya."

Ariel ingat. Waktu hari kedua memang ada senior yang kasih ia hukuman gara-gara ia salah pakai warna pita. Memang sih waktu itu Ariel kesal banget, karena ia jadi bulan-bulanan si senior itu, tapi ya itu resiko.

"Oh iya, aku ingat. Iya, Kak, enggak apa-apa kok, kan kemarin aku yang salah."

Dewa tersenyum. "Ya sudah, kamu ke kelas sana, sudah mau bel."

"Iya, Kak, aku duluan ya."

Ariel lalu menuju tangga tapi belum juga menginjakkan kakinya di anak tangga paling bawah ada orang yang menabraknya dari belakang. Juna. Untungnya ia masih bisa menjaga keseimbangan badannya.

"Kamu tuh ya! Hobi banget sih nabrakin orang!! Mata kamu kemana?!" Bentak Ariel kencang. Ia tidak peduli sama anak-anak yang langsung menengok ke arah mereka.

"Sorry, Riel, sumpah aku enggak lihat kamu."

"Aku enggak butuh maaf kamu. Jauh-jauh kamu dari aku." Dengan marah Ariel menaiki tangga dan Juna mengikutinya tanpa peduli sama cewek-cewek yang berpapasan dengannya di tangga sibuk memanggilnya.

"Riel, masa gitu doang kamu marah sih?"

Ariel spontan berhenti lalu menoleh ke arahnya dengan garang. Juna terlihat sedikit menjauhkan badannya.

"Gitu doang kamu bilang? Aku bilangin sama kamu ya, kalau sekali lagi kamu rese sama aku, aku bakal cakar muka kamu!"

"Please, jangan muka, ini aset aku."

“Kamu pikir aku peduli?"

Ariel kembali menaiki tangga dan tidak memperdulikan Juna yang masih berharap kalau Ariel mau maafin ia dan melupakan rencananya untuk mencakar mukanya yang tampan, jadi Juna tetap kekeuh.

Tapi harapannya dapat maaf Ariel pun kandas. Ariel seperti menghindarinya, tidak di kelas atau di luar kelas. Sebisa mungkin Ariel tidak berurusan sama cowok yang duduk di sebelahnya.

"Riel, kamu masih marah sama aku?" Bisik Juna di sebelahnya waktu pelajaran terakhir yaitu Sejarah. Ariel bungkam. Ia berusaha buat fokus sama penjelasan Pak Roni yang terkenal killer. "Please, Riel, akukan sudah minta maaf dan janji enggak bakal menabrak kamu lagi."

“Kamu bisa diam enggak?" Suara Ariel ditahan biar tidak terlalu kedengeran sampai kemana-mana.

"Jadi kamu maafin aku, Riel? Makasih ya.”

Ariel menghela nafas lalu sedikit menggebrak meja dan menoleh ke Juna yang sekarang keliatan banget paniknya. "Aku lagi mau belajar, jadi tolong jangan ganggu aku!" Bentak Ariel galak.

Sedetik kemudian, Ariel pun tersadar lalu menoleh dan melihat semua pasang mata di kelasnya melihat ke arahnya. Yang membuat tambah panik, Pak Roni pun mendelik ke arahnya.

Mamp**!

"Ariel, Juna, apa-apaan kalian?!" Tanya Pak Roni galak dengan logat Medannya yang medok.

"I.. Ini si Juna, Pak, gangguin saya terus." Bela Ariel buat dirinya sendiri.

"Karena kalian berdua sudah merusak ketentraman kelas saya, jadi saya minta kalian ke ruang BP setelah bel pulang! Dan sekarang kalian keluar dari kelas saya!"

"Yah, tapi, Pak, kan saya..."

"Enggak ada alasan, keluar sekarang juga!" Bentaknya semakin garang.

Ariel menghela nafas. Pasrah. Iapun beranjak dari duduknya lalu keluar kelas dengan Juna yang juga mengekor di belakangnya. Dengan lemas Ariel duduk di bangku panjang yang ada di koridor. Juna pun duduk di sampingnya walaupun dengan jarak.

"Maaf ya, Riel."

Ariel masih diam saja. Masih tidak percaya kalau ia harus masuk ke ruangan BP yang katanya "angker" karena hanya anak-anak yang bermasalah saja yang masuk ke sana. Seumur-umur ia sekolah belum pernah ia terlibat masalah apalagi sampai mesti ketemu sama guru BP. Bisa dibilang ia bintangnya kelas waktu di SMP, jadi imejnya adalah anak baik-baiklah kalau di sekolah. Ia juga tidak bisa membayangkan apa tanggapan orang tuanya kalau mereka tahu apa yang bakal dihadapi Ariel hari ini.

Tiba-tiba Ariel berdiri.

"Ariel, kamu mau kemana?"

Ariel menoleh ke Juna yang masih duduk dengan judesnya. "Bukan urusan kamu. Dan aku harap jangan ganggu aku."

"Tapi, Riel, kita mesti ngobrol, biar kita tahu apa yang bakal kita bilang ke guru BP nanti.”

“Aku enggak peduli."

Ariel pun berjalan pergi meninggalkan Juna yang masih menatapnya sampai menghilang di belokan koridor. Beberapa detik kemudian, Juna pun menyusulnya.

To be continued......

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝓳𝓭 𝓲𝓷𝓰𝓮𝓽 𝔀𝓪𝓴𝓽𝓾 𝓢𝓜𝓐😉😉😉😉😉

2022-11-19

1

🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄

🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄

sekolah 😌 jadi rindu ruang BP😁

2021-03-27

1

Caroline Adam Adamfey

Caroline Adam Adamfey

sip

2020-08-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!