...Nama : Rin Rokan...
...Umur : 17 tahun...
...Keluarga : Rokan (Bangsawan)...
...Tinggi : 165 cm...
...Berat : 65 kg...
...Kelahiran : 5 Febuari 773 kalender bintang...
Azel Kara terkejut melihat orang-orang yang mengelilinginya. Di hadapannya berdiri seorang pria gagah yang mengenakan armor besi yang berkilau, dengan pedang panjang tergantung di pinggangnya. Ekspresi serius di wajahnya menunjukkan bahwa dia adalah seorang kesatria yang berpengalaman. Di sebelahnya, ada seorang wanita kecil berkulit hitam yang mengenakan jubah sihir yang indah, dengan rambutnya yang diikat dalam kuncir dua yang rapi. Tatapan tajam di matanya mengungkapkan keahlian dan kecerdasan dalam dunia sihir. Dan di samping mereka, berdiri seorang pria paruh baya yang terlihat elegan dengan jas tuxedo yang sempurna. Wajahnya yang berkerut menunjukkan bahwa dia telah melalui banyak hal dalam hidupnya.
Namun, yang paling menarik perhatian Azel adalah seorang gadis muda yang duduk dengan tatapan lembut di samping pria paruh baya tersebut. Gadis itu mengenakan pakaian sihir berwarna biru muda yang cocok dengan mata birunya yang cerah. Keanggunan dan kehangatan terpancar dari wajahnya, menunjukkan bahwa dia adalah putri dari saudagar kaya.
Mereka semua tampak begitu berbeda, tetapi Azel Kara bisa merasakan aura kekuatan dan kebaikan yang memancar dari mereka. Dalam keadaan pingsan dan lemah, dia merasa aman di tengah-tengah kelompok ini. Dia tahu bahwa keberuntungan ada di dalam dirinya.
Azel Kara, dalam kebingungannya, bertanya, "Dimana ini? Siapa kalian?"
Rin Rokan dengan tulus menjawab, "Nama saya Rin Rokan. Kamu tidak perlu takut, kami di sini untuk menolongmu."
Albert Rokan, pria paruh baya yang penasaran dengan pertempuran yang telah berlalu, berkata, "Nak, apa yang terjadi di sini? Kamu terlihat seperti seorang bangsawan dari pakaian mewahmu."
Azel Kara, dengan wajah pucat, pakaian basah dan kotor, hanya bisa diam tanpa menjawab.
Rin, dengan nada kesal, berkata, "Ayah, kau menakutinya. Kenapa kamu tidak urusi saja urusanmu!"
Albert Rokan hanya tersenyum melihat ekspresi wajah Rin yang memerah tapi malu-malu. Sebagai seorang ayah, dia tahu sifat anaknya yang berusia 17 tahun dan siap menikah. Melihat wajah tampan pria muda di hadapannya, seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua, meskipun ini pertemuan pertama mereka.
"Hahahaha, Tuan Putri, kau pasti suka dengan Tuan Muda ini karena tunanganmu tidak sehebat dia," kata Sword Master dengan lantang sambil tertawa berbahak-bahak.
Fifian, seorang gadis manis yang mendengar perkataan Haiku di sampingnya, sangat marah. Tatapan matanya penuh dengan badai api yang meledak. "Dasar pria mulut landak!" dengan sigap, ia memukul wajah Haiku hingga jatuh tersungkur dan hidungnya berdarah.
Haiku , yang sudah memahami teman partynya, hanya terus tertawa sambil mengusap darah di hidungnya dengan tangan kanannya. "Hahahaha, ini sungguh merepotkan."
Rin Rokan yang merasa malu mendengar perkataan Haiku , berdiri dan berbalik berlari dengan wajah kemerahan menuju gerbong kereta kudanya. Dia membuka pintu gerbong dengan keras, lalu melangkah masuk dan menutup pintu dengan suara keras.
Albert Rokan berkata dengan tegas, "Fifian, bantu anak itu dan urus mayat penyihir itu dengan baik. Makamkan dia dengan layak." Dia kemudian berbalik dan santai berjalan menuju gerbong kereta dengan kedua tangannya di dalam saku celananya.
Fifian, mendengar perintah tersebut, membungkuk dengan hormat. "Baik, tuan. Saya akan melaksanakan perintah Anda," ucapnya dengan tegas.
Azel Kara, yang melihat pria berotot itu mendekatinya, melihat Fifian tersenyum hangat sambil mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri.
"Apa sebaiknya saya percaya pada mereka atau sebaiknya saya melarikan diri? Tapi saya tidak tahu jalan ke Kekaisaran," pikir Azel Kara dalam hatinya, penuh dengan keraguan. Tatapannya waspada saat dia menatap wajah Fifian.
"Hey, Bawang Hitam, kamu buang-buang waktu mencoba membantu pria yang tidak punya hati ini. Dia mengabaikan tanganmu dan menatapmu dengan rasa tidak percaya," Haiku berbicara, sambil meraih pundak Fifian dengan tangan kotor dan berlumpur.
"Lepaskan atau aku akan membekukanmu!" Fifian berteriak, melirik Haiku di sisinya. Wajahnya memerah, tanduknya menonjol dari dahinya, menandakan kemarahan yang akan meletus seperti gunung berapi.
"Maaf, itu tidak disengaja. Kamu tahu kita berada di hutan kotor ini tanpa adanya kamar mandi, jadi aku lupa mencuci tangan," Haiku memalingkan wajahnya, berusaha menahan tawa.
Fifian, fokus untuk melaksanakan perintah Albert Rokan dan tidak ingin menunggu lebih lama, mengabaikan usaha Haiku yang terus mencoba memprovokasinya. Dia mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri dari kemarahan yang dia benci, terutama ketika itu mengotori pakaiannya.
Azel Kara, melihat bahwa mereka tidak memiliki niat jahat dari perilaku mereka, mencoba berdiri dengan kedua tangannya.
Fifian melihat dengan penuh kekaguman ketika Azel Kara terus memandangi mayat Arlott yang membiru karena keracunan yang mematikan. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kemarahan yang membara, sementara mana murni melingkupi tubuhnya, membuatnya terkejut.
"Dalam hati Fifian, ia berpikir, 'Tidak mungkin seorang penyihir yang belom mencapai tahap pertama memiliki mana yang begitu murni.' Dia mengagumi kekuatan yang dimiliki Azel.
"Haiku menggeretakkan giginya dan berkata, 'Tidak heran Putri terpesona olehnya, meskipun Pangeran Pertama adalah tunangannya. Pria ini tidak pantas berdiri di sisinya.' Haiku mengakui bakat langka Azel dalam memancarkan mana yang begitu cerah.
Albert Rokan dan Rin Rokan menyaksikan pemandangan yang indah dari jendela kereta mereka. Cahaya biru yang terang melingkupi tubuh pria muda itu, membuat pohon-pohon mati di sekitarnya tumbuh dan berkembang menjadi pohon-pohon yang rimbun.
Albert berpikir dengan senyum tipis, 'Ini sungguh menakjubkan. Saya harus menjalin hubungan baik dengan keluarga bangsawan ini. Mungkin mereka bisa memberikan saya Pohon Dunia yang akan membantu keluarga Rokan bangkit dan membalas dendam pada Kaisar.' Ambisi Albert semakin memuncak.
Rin Rokan berkata, 'Meskipun saya berada di tahap kedua, saya tidak memiliki kekuatan sebesar ini. Benar-benar menakjubkan.'
Setelah beberapa menit, cahaya biru perlahan-lahan memudar, meninggalkan Azel Kara yang kehabisan mana. Dia tidak menyadari bahwa tanpa disengaja, dia telah melepas sihir tingkat tinggi yang dipicu oleh kebencian dan kemarahan.
Tiba-tiba, sebuah portal misterius muncul di depan Azel Kara. "Apa ini? Mengapa ada portal di depanku?"
Orang-orang yang menyaksikan Azel menyebabkan keindahan tersebut sekarang melihatnya seolah-olah gila, dengan kedua tangannya meraba-raba udara yang kosong.
Haiku berteriak, "Hei, bocah bodoh! Kau sudah membuatku marah, dan sekarang kau berpura-pura gila dengan meraba-raba udara. Apakah kau mengira kita semua bodoh di sini?"
Setelah mendengar penghinaan yang dilontarkan oleh pria sombong itu, Azel Kara menyadari bahwa portal yang ia lihat dan bisa ia sentuh, bahkan memasukinya, tidak terlihat oleh orang lain kecuali dirinya sendiri.
"Sial, mataku terasa berat. Tubuhku tidak bisa digerakkan," batin Azel Kara dengan keputusasaan.
Fifian dan Haiku , yang sudah mengetahui bahwa seorang penyihir yang kehabisan mananya akan pingsan, bekerja sama untuk mengangkat tubuh Azel Kara dan membawanya masuk ke dalam kereta kuda milik Albert Rokan.
Tuan Putri Rin sangat senang melihat pria yang telah ia tolong duduk di sampingnya.
"Fian, aku berubah pikiran. Bawa mayat itu dan masukkan ke dalam cincin ruangmu. Mungkin Profesor Arthur akan tertarik dengan penelitian racun hitam pada tubuhnya!" ucap Albert Rokan dengan menggunakan sihir telepati.
Fifian, yang mendengar perintah itu, berdiri di depan mayat Arlott. Dengan hati-hati, ia memasukkan mananya ke dalam cincin yang ada di jari kelingkingnya, sehingga mayat tersebut tersedot masuk ke dalam cincin putih itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Elzi Lamoz
Paragraf nya kepanjangan kak
2024-02-19
0
yeqi_378
👍Seru banget, kayak nonton film di bioskop
2024-01-27
1