...Nama : Azel Kara...
...Keluarga : Azel [ Bangsawan]...
...Umur : 20 tahun....
...Tinggi badan : 175 cm...
...Berat badan : 74 kg...
...Tanggal lahir : 18 November 770 kalender bintang....
...Zodiak : Scorpio....
Seorang pria muda berusia dua puluh tahun dengan rambut hitam bergelombang duduk di kursi taman di belakang mansion miliknya. Matanya yang sedih terus menatap langit biru dengan tatapan kosong, mencerminkan duka yang mendalam. Di belakangnya, seorang pelayan wanita mengenakan pakaian maid, berambut putih terurai berdiri dengan setia, siap menemani tuannya yang berduka setelah kematian ayahnya di medan perang lima tahun yang lalu.
"Alia, apakah kamu juga merasakan keheningan tempat ini?" tanya pangeran muda dengan sedih. "Aku tidak pernah melihat wajah Ayah dan Ibuku."
Pelayan tersebut merasa kasihan terhadap pangeran muda yang telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya di alam sana. Air matanya menetes saat ia mengenang masa lalu, di mana keluarga Azel adalah keluarga bangsawan yang terkenal dan bahkan kaisar pun harus menghormatinya. Namun, segalanya berubah setelah kematian penyihir tingkat 8 di medan perang yang menjadi misteri.
Kini, keluarga Azel hanya menyisakan satu keturunan yang dirawat sejak usia 5 bulan oleh pelayan setianya bernama Alia setelah kematian Ayah dan Ibu Azel Kara, yaitu pangeran muda tersebut.
"Tuan Muda, kamu akan mengerti setelah kamu pergi ke akademi sihir dan mengetahui lebih lanjut tentang kematian Yonya dan master," ucap Alia yang terlihat sedih air matanya mengalir di pipi.
Setelah mendengar ucapan Alia di belakangnya, Azel kara menghela nafas sejenak. Ia meletakkan secangkir tehnya di atas meja bulat dengan hati-hati.
Rasa penasaran yang menyelimuti hatinya membuat Tuan Muda Azel Kara bangkit untuk mengikuti tes akademi sihir yang ketiga kalinya, meskipun sebelumnya ia gagal karena tidak memiliki mana dan skill yang memadai. Ia berdiri dari tempat duduknya, dengan tatapan tajam yang berkobar seperti api, menunjukkan tekad yang kuat.
"Ayah, Ibu, aku akan mencari tahu siapa pembunuh yang telah membunuhmu!" gumamnya, Azel Kara dalam hatinya, penuh dengan tekad yang membara.
Alia, melihat amarah yang tak stabil dalam diri tuan mudanya. Ia hanya bisa berharap suatu saat nanti ia dapat mengembalikan kejayaan keluarga Azel seperti dulu.
"Semoga Dewi Athena memberkatimu, Tuan Muda," ucap dalam hatinya dengan harapan.
■꧂
Satu minggu telah berlalu, sang pangeran muda berdiri di dekat kereta kuda, siap untuk berangkat menuju Akademi Citadel of Sorcery di Kekaisaran The Magicway land yang terletak di benua barat, dekat pegunungan Arden.
Sang kusir bertanya dengan lantang, "Tuan muda, barang bawaan Anda sudah saya naikkan ke atas kereta. Mungkin perjalanan kali ini akan memakan waktu beberapa hari."
"Terimakasih atas bantuanmu Paman."
Saat Azel Kara menaiki gerbong kereta kuda, Alia, seorang pelayan dengan telinga runcing, sangat senang. Ia tersenyum manis sambil melambaikan tangannya.
Kereta kuda itu bergerak dengan cepat, mendekati pintu pagar besi yang terbuka, dimana dinding batu mengelilingi Mansion Keluarga Azel.
"Hati-hati, Tuan Muda. Jangan lupa jaga diri dan makan yang banyak!" teriak Alia dengan lantang.
Mentari berwarna oranye terlukis indah, sementara langit kelaparan melahap sinarnya. Dari balik jendela kereta kuda, Azel Kara melihat awan hitam mulai menyebar di langit, diiringi rintik hujan yang turun dengan lembut.
"Tuan Muda, hari sudah mulai gelap. Kita tidak bisa melanjutkan, itu terlalu berbahaya," ucap kusir pria tua.
"Baiklah, kita akan beristirahat di hutan ini dulu," jawab Azel.
Kereta kuda berwarna kecoklatan itu berhenti di tengah hutan The Infernal Rain Forest, di mana pepohonan basah terkena air hujan yang semakin deras.
Kusir tua itu menatap ke atas langit, di mana petir terus menyambar dan angin kencang menumbangkan beberapa pohon besar hingga menutupi jalan.
"Perasaan ini, kenapa dia berada di sini?" ucap pria tua berjanggut putih yang penuh kegelisahan.
Tanpa disadarinya, sekelompok kawanan serigala berada di belakang kereta kuda. Mata serigala itu menatap tajam, air liurnya mengalir deras, dan mereka melolong keras memanggil kawanannya untuk mengepung mangsanya.
Serigala-serigala berbulu lebat itu berlari kencang menghampiri pria tua bernama Arlottt yang berdiri di samping kuda putihnya. Mereka melompat sambil membuka mulut yang penuh dengan gigi bertaring, siap untuk menerkam.
"Dasar monster rendahan! Beraninya kau mengganggu perjalananku," seru Arlott dengan sinis, sambil melihat monster bodoh yang berani menyerangnya. Ia menjentikkan jarinya dengan percaya diri.
Lingkaran sihir berwarna merah muncul secara ajaib dari atas langit. Sihir api yang cepat menyambar tiga monster serigala itu dan membakarnya menjadi abu.
Serigala-serigala lain yang melihat ancaman yang lebih berbahaya memutuskan untuk mengurungkan niat mereka untuk menyerang dan memilih melarikan diri.
"Dapatkah itu menjadi Magic tingkat lima, sihir api lava yang sangat kuat?" ucap Azel Kara dalam hati, penuh kagum setelah melihat seorang penyihir tanpa harus merapal mantra.
"Hahahaha, aku sangat terkejut melihat keluarga bangsawan yang sudah hancur masih memiliki seorang penyihir tingkat lima," kata seorang laki-laki berjubah hitam yang bersembunyi di balik pohon rindang.
Kehadiran musuh yang memiliki sihir tingkat tinggi, Arlott merasakan tekanan sihir yang kuat, membuat seluruh tubuhnya gemetar.
"Kekuatan ini setara dengan tingkat ke-7. Sialan, kenapa dia ada di sini?" lirih Arlott.
Kakek tua berjubah itu keluar dari persembunyiannya, memegang tongkat kayu di tangannya. Ia berjalan dengan perlahan, tatapan matanya seperti elang yang mengeluarkan niat pembunuhnya.
"Sudah lama kita tidak bertemu, musuh abadiku. Kekeke," kata kakek tua tersebut dengan suara serak.
Arlott sangat terkejut melihat wajah buruk rupa rivalnya, yang penuh dengan bekas luka bakar dan memiliki kekuatan yang mengerikan. Ia teringat akan kenangan masa lalunya yang kelam dan menyakitkan.
■꧂
...Masalalu Mystic Red Village....
Desa Merah mistik terletak di pinggiran hutan The Infernal Rain Forest di benua selatan. Rumah-rumah kayu kokoh berdiri di sana, dan para rakyat jelata menjalani kehidupan mereka sebagai pemburu untuk bertahan hidup.
Arlott, yang baru berusia 25 tahun, memiliki bakat yang terkenal di desanya. Ia telah mencapai tingkat tiga dalam ilmu penyihir. Ia duduk santai di atas batu besar bersama teman baiknya, We Yan, yang memiliki bakat yang tidak sebaik rivalnya, hanya mencapai tingkat satu dalam keahlian sihir.
Namun, kenangan buruk tiba-tiba datang. Seorang penyihir tingkat enam yang jahat menculik anak-anak untuk eksperimen. Dengan munculnya organisasi aneh yang dibenci oleh semua orang, desa merah mistik yang damai pun terbakar dengan kejam.
Arlott dan We Yan, sebagai pelindung desa mereka, berdua bertarung mati-matian melawan sekelompok orang gila. Namun, usaha mereka sia-sia, di mana We Yan terbaring tak berdaya dengan nafas yang berat. Air mata mengalir di pipinya saat ia berusaha bangkit, tapi tubuhnya membeku.
"To-tolong. Kita ini teman sejak kecil bukan," ucap We Yan dengan penuh permohonan.
Arlott, yang telah tertelan rasa takut, karena sihirnya tidak berguna melawan musuh yang kuat, tanpa ragu-ragu, ia rela mengorbankan teman baiknya.
Tatapan pembunuh pria berjubah merah terus menatap Arlott. Ia tersenyum sinis dan berkata, "Bunuh dia, dan aku akan mengampuni hidupmu."
Rasa dilema melanda Arlott, di mana ia ingin bertahan hidup dari kehancuran desanya yang telah menjadi abu. Penduduk desa mati terbakar habis oleh api, dan anak-anak yang tertangkap menangis meminta pertolongan.
"We Yan," ucap Arlott dengan nada tajam, "sebenarnya aku membencimu. Dan inilah kesempatanku untuk mengakhiri hidupmu. Kau selalu saja membuatku jengkel dengan sifat ceriamu yang polos. Sungguh menjijikkan."
We Yan terkejut mendengar kata-kata tersebut. "Kenapa kau membenciku? Apakah aku pernah berbuat salah padamu? Aku yakin kau berbohong."
Arlott, yang berdiri tegak, melihat We Yan berusaha merayu sambil merangkak mendekat dan mencium kakinya dengan wajah penuh noda. Namun, semua itu sia-sia. Pikiran Arlott tidak berubah. Dengan kejam, ia menginjak leher We Yan hingga nyawanya terputus.
"Maafkan aku, teman," ucap Arlott dengan rasa penyesalan. "Ini demi kelangsungan hidupku. Aku tidak ingin mati." Ia berbalik dan berlari menjauh, berusaha bertahan hidup.
■꧂
"We Yan, apakah itu kau, temanku? Maafkan aku jika aku tidak bisa mengenalmu dengan baik," ucap Arlott dengan penuh penyesalan.
"Cukup dengan omong kosongmu! Kau telah menanam benih kebencian di dalam hatiku. Aku datang ke sini untuk membunuhmu," ucap We Yan dengan wajah yang penuh kemarahan mendengar penghinaan tersebut.
Azel Kara membuka pintu gerbong kereta kuda dan melangkah keluar. Ia menyaksikan pertikaian antara Paman angkatnya dan seorang pria tua yang kelihatan lusuh, namun memiliki energi sihir gelap yang membuat sekitarnya terkorosi. Monster-monster kuat di balik semak-semak pun tidak berani keluar, dan pepohonan layu akibat kekuatan sihir yang terpancar.
"Tuan Muda, mengapa kau keluar? Segera masuk ke dalam kereta! Ini adalah perintah," teriak Arlott dengan wajah yang penuh kebingungan.
"Paman, tapi siapa dia?" tanya Azel Kara dengan rasa penasaran.
Senyum jahat terukir di wajah We Yan saat ia mengangkat tongkatnya sedikit, dan segera sebuah lingkaran sihir hitam muncul di langit. Asap hitam yang berbau busuk mulai keluar dari lingkaran itu dan menyebar dengan cepat.
Arlott kehilangan pandangan saat sihir kabut hitam itu menyebar membuatnya merasa ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments