Eps 2

“Udah selesai nangisnya? Klo loe belum selesai nangis, nangis lagi gih. Gue ga keberatan koq klo loe nangis lagi, yah gue anggep aja suara tawon lagi nyari rumahnya. “ kata pria itu ter kekeh.

Gadis melotot tidak suka dengan perkataan pria itu.

“ apa katanya tadi? Tawon? “Bisiknya dalam hati. Huh dongkol sekali rasanya saat dia lagi sedih-sedihnya malah dikatakan tawon.

“Emang dia kira siapa dirinya?? Ngengat?? Ato bunga?? Eh tapi kalo diperatiin wajahnya itu tidak seperti wajah orang orang dari kampung, juga dari bahasanya kaya orang kota. Emangnya siapa dia???” Alis gadis terangkat mengernyit melihat wajah pria yang sedang duduk di sebelahnya.

“ gue tahu koq kalo gue ganteng, tapi jangan segitunya juga kali natap gue sampe ga berkedip.” Sahut pria itu lagi.

Gadis tambah dongkol, pasalnya dia tidak mengenal pria ini, tapi koq pria ini dengan santainya ngobrol dengan orang yang baru dikenalnya.

“Oh maaf, saya lupa kalo ada mahkluk yang duduk di sebelah saya, saya kira saya sendirian. Karena saya tidak melihat kamu duduk disini, kirain penampakan, ternyata orang toh.” Ejek gadis sambil mendengus berpaling.

Pria itu melongo.

“Tadi aja dia nangis sesenggukan, sekarang malah jutek sekali. Emangnya kenapa dia? Habis diputus in kali ya?.” Gerutunya pelan sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

Gadis melirik sebentar karena dia sempat mendengar perkataan pria tadi. Dia melihat saputangan yang diberikan pria itu kini sudah digenggaman tangannya yang sudah dipenuhi air mata dan jangan lupa juga ingusnya. Ia merutuki dirinya, kenapa ia cepat sekali marah pada pria tersebut. Padahal magsud pria itu baik karena memberikan ia saputangan untuk menyeka air matanya dan juga mungkin magsud pria itu hanya sedikit menghiburnya karena bagaimanapun pria itu melihat kesedihan yang mendalam pada diri gadis.

Dengan pelan dan rasa malu malu gadis mengucapkan terima kasih pada pria itu.

” Te…terima.. kasih… saput tangannya…nanti saya kembalikan.”

Sambil menundukkan kepalanya. Malu bercampur sedih, itulah yang dirasakan gadis. Mungkin ia lelah dan kecewa pada kehidupannya yang mengharuskan dia berpisah dengan ayah dan kini meninggalkan ibunya yang sendiri di rumah apalagi kini ibunya sakit. Memang di rumah ada saudara ibunya yang terkadang menjenguknya, tapi kan tidak ada yang benar benar bersama ibunya di rumah, merawat kesehatan ibunya.

Gadis menghela napas lagi dengan berat, dan itu masih menjadi perhatian pria yang duduk di samping gadis. Pria itu menggelengkan kepala, kenapa juga tadi ia peduli dan memberikan saputangannya pada gadis itu. Padahal kalo mau dia cuek aja tidur sambil mendengarkan musik lewat headset yang terpasang ditelingannya. Karena perjalanan dari kampung menuju kota cukup jauh, menempuh 4jam perjalanan.

“ Namaku Rian…” kata pria itu sambil mengulurkan tangannya. Gadis terhenyak dan menoleh. Dilihatnya tangan pria itu masih menggantung menunggunya.

“Ga…ga.. gadis” balasnya terbata. Rian tersenyum manis membuat gadis terpana. Dengan segera gadis memalingkan wajahnya yang kemerahan.

“Loe ga perlu balikin saputangannya, lagian juga saputangan ini. Gue masih banyak dirumah.” Bohongnya. Padahal saputangan itu adalah barang keramat yang selalu dibawanya ke mana-mana. Itu adalah saputangan peninggalan dari ibunya yang dibuat sendiri oleh ibu Rian untuknya. Ibu Rian sudah meninggal 5tahun lalu karena sakit, dan ayahnya menikah lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!