Huh, aku bernafas lega setelah memasuki kamar utama dirumah ini dan merebahkan tubuhku diatas kasur berukuran besar. Akhirnya aku bisa sedikit tenang, aku benar benar masih tidak menyangka menikah dengan seorang pria yang bahkan sampai sudah menjadi suami pun aku belum pernah melihat wajahnya. Andai saja tadi aku tidak memakai penutup di wajahku, aku mungkin bisa melihat wajah suamiku saat ini. Ah bahkan aku tidak suka memanggil pria kurang ajar itu dengan sebutan suami.
Drrrttt... baru saja aku menenangkan pikiranku, tibatiba terdengar suara ponsel berdering tanda panggilan masuk. Saat melihat nama kontak yang menghubungi ku, dengan cepat aku menolak panggilan tersebut.
Drrrttt... lagi lagi ponselku berdering dari panggilan yang sama dan tentu saja aku tetap menolak panggilan masuk dari Tama. Aku tidak ingin bicara dengan pria itu, saat ini aku hanya ingin sedikit tenang saja!
Klingg... setelah 3 panggilan tadi aku tolak, ponselku kembali berdering tanda pesan masuk. Tanpa membukanya, aku membaca pesan itu dari depan layar notifikasi ponsel.
Tama
Kina, aku minta maaf ya tibatiba pergi tanpa izin.
Tadi bunda bilang kalau kamu tanyain aku, bukannya aku gak mau izin tapi tadi benar benar mendadak banget dan aku harus sampai disana sebelum jam 12.
Sekali lagi aku minta maaf ya, aku belum tau bisa pulang kapan. Nanti aku kabarin kalau aku pulang ya.
Kamu jaga diri dirumah sama adik adik aku ya, kalau butuh apa apa bilang sama aku aja.
Cih, aku mematikan ponselku dan menaruhnya dibawah bantal. Perkataan maaf yang tak akan pernah aku maafkan, karna Tama yang tibatiba mengabariku membuat diriku semakin kesal, maka kebencian ku dengannya kini meningkat 10% (45%). Aku bahkan lebih senang kalau Tama tidak kembali menemuiku, kalau bisa biarkan saja aku tinggal sendirian lagipula dari awal ini perjodohan yang tidak aku inginkan.
Saat ini dirumah yang sebesar ini hanya ada aku dan kedua adik perempuan Tama, kedua orang tua Tama dan adik laki laki Tama sudah pulang kerumahnya. Bahkan dirumah ini juga belum ada pembantu, Aninda bilang kalau semuanya biar aku saja yang pilih sesuai kriteria diriku karna ini rumah aku jadi aku bisa melakukan apapun.
Mengurus rumah sebesar ini aku mana sanggup sendirian, sepertinya besok aku akan mencari pembantu dan bahkan satpam melalui yayasan yang memang terdapat jasa untuk ART dan Satpam. Masalah gaji? Biar saja laki laki itu yang bayar.
Aku juga diberikan satu mobil untuk diriku, mobil yang aku pakai setelah menikah tadi langsung diberikan begitu saja untukku. Memang rada gila keluarga ini memberikan rumah dan mobil kepadaku, padahal aku masih mempunyai mobil dirumah orang tuaku.
•••••
Aku membuka kedua mataku, ternyata sedari tadi aku tertidur pulas. Mungkin terlalu banyak masalah yang tibatiba muncul dihidupku belakangan ini jadi aku tertidur cukup nyenyak, terlebih saat ini tidak ada yang mengganggu diriku.
Melihat jam menunjukkan pukul 5 sore, aku pun bangun dari tidurku dan berjalan menuju kamar mandi. Saat memasuki kamar siang tadi aku tidak sempat melihat seisi kamar utama yang ternyata cukup besar, bahkan sebelum menuju ke kamar mandi terdapat satu ruangan yang isinya penuh dengan baju perempuan.
Jadi pria kurang ajar itu sudah menyiapkan baju sebanyak ini di kamar untuk diriku? Cih, aku juga masih mampu beli baju tas bahkan sepatu mahal seperti ini, ujarku dalam hati lalu meninggalkan walkin closet tersebut.
Aku merebahkan tubuhku diatas bathup yang sudah aku isi dengan air dan sabun hingga berbusa, yah walau aku masih tidak terima dengan pernikahan ini setidaknya hidup aku masih terjamin enak seperti saat masih tinggal bersama keluargaku dulu.
Lebih dari 30 menit aku berada dikamar mandi, aku pun kini mengeringkan rambut ku didepan kaca kamar mandi dengan hanya memakai towel shirt berwarna putih yang tertulis nama diriku.
Setelah rambutku kering, aku berjalan menghampiri walkin closet yang aku lihat tadi, aku memilih pakaian yang bisa aku pakai.
"Yha, lumayan juga pilihan tuh cowo" ujar ku saat melihat pakaian yang bergantung di dalam lemari
Setelah rapih dengan pakaianku, aku merias wajahku didepan meja rias. Tidak butuh waktu lama karna aku juga hanya merias beberapa bagian diwajahku saja seperti alis dan bulu mata, lalu bibir dengan lipstik warna kesukaanku.
Setelah rapih, aku pun mengambil tasku yang tadi tergeletak diatas kasur dan ponsel yang aku ingat aku taruh dibawah bantal. Aku keluar dari kamar dengan wajah cukup tenang seakan masalah beberapa jam sebelumnya hilang begitu saja.
Tapi semuanya pudar setelah aku melihat dua perempuan yang baru saja keluar dari dua kamar yang berbeda.
"Mau kemana?" tanya Lula ke arah ku
"Supermarket, belanja bahan makanan. Mau makan malam apa?" Jawab ku mencoba tenang dan sopan, aku harus ingat kalah aku adalah psikiater jadi tidak boleh berkata kasar kepada anak yang lebih muda haha
"Gak, Lula sama Gita beli online aja"
"Yaudah" jawab ku dan langsung menuruni tangga rumah meninggalkan mereka berdua
Bibir ku tersenyum smirk, saat sedang merogoh tas untuk mengambil kunci mobil yang diberikan Aninda tadi aku tibatiba menyentuh sesuatu, aku baru ingat kalau Aninda memberikan diriku satu buah kartu ATM dan bahkan memberi tahu pin atm tersebut. Katanya kartu ini dari Tama untuk aku yang dititipkan oleh Aninda, kalau memang ucapan Aninda benar, maka tidak ada salahnya kan kalau aku menghabiskan uang ini, anggap saja mengurangi 1% (44%) kebencian ku kepada Tama.
Setelah mengeluarkan mobil dan menutup kembali gerbang rumah, aku langsung menancapkan gas mobil menuju supermarket terdekat yang diarahkan oleh maps di ponselku.
Sebelum membuka maps, aku juga sempat membaca pesan masuk dari Tama yang mengabari kalau dia sudah sampai di tempat yang dituju.
Apakah aku peduli? tentu saja tidak. Aku tak peduli semua yang di kirimkan oleh Tama bahkan aku tak membalas pesan laki-laki kurang ajar itu!
•••••
Belanja di supermarket sendirian, aku yang berniat menghamburkan uang dari seorang Tama pun memasukan bahan bahan makanan apa saja kedalam stroller belanja yang sedari tadi aku dorong.
"Yang ini"
"Yang ini juga"
"Mmm... yang ini buat stock"
"Harus ada ini"
"Yang ini harus banyak"
Hingga aku tidak ingat apa saja yang aku masukan kedalam stroller yang aku dorong, pokoknya apa yang aku lihat aku taruh, berguna atau tidak biar saja pembantu baru yang menggunakannya nanti haha
"Totalnya jadi 10.650.000"
Aku sedikit tercengang mendengar nominal yang disebutkan, aku benar benar tak menyangka bisa belanja sebanyak ini, tapi apakah aku peduli? Tentu tidak haha karna semua ini bukan uang ku.
Setelah membayar, aku menyempatkan diri menuju ATM aku ingin melihat saldo kartu yang diberikan Tama sebenarnya ada berapa. Mataku membulat sempurna melihat saldo yang terpampang dilayar depanku.
"Buset, nih cowo beneran kasih gue segini?" ceplos ku tak menyangka, walau keluarga aku juga kaya tapi aku tak pernah diberikan uang jajan sebanyak ini. Yah walau sebenarnya juga aku punya uang lebih dari ini tapi tetap saja, aku belum kenal dengannya tapi dia memberikan aku uang sebanyak ini, kan gila.
Karna supermarket yang kudatangi berada di dalam mall, dengan tangan penuh totebag belanjaan aku pun berniat menaruh belanjaanku ini kedalam mobil lebih dahulu. Aku ingin cuci mata di dalam mall, terlebih setelah melihat saldo atm yang ku pegang, jiwa benci ku tibatiba meronta ingin menghabiskan uang tersebut hahahaha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
edmundヾ
Gak sabar next chapter.
2024-01-25
0