Benar benar kejam! Laki laki bernama Tama itu benar benar seperti sedang mempermainkan diriku!
Bayangkan saja setelah selesai berfoto dengan menunjukan buku nikahnya, saat aku menoleh dan ingin melihat wajah laki laki itu, dia tibatiba saja sudah berlalu meninggalkan aku sendirian, dan dengan santainya dia berjalan dengan tangan memegang ponsel yang berada ditelinganya.
Bahkan saat ini aku sudah berada di sebuah mobil pengantin SENDIRIAN! Iya Sendirian menuju kerumah pria tersebut, benar benar kurang ajar! Jika bertemu dengannya, aku benar benar tidak akan pernah bersikap baik dengan laki laki itu, KINAYA BENCI dan mulai saat ini aku akan membuat persentase kebencian ku untuk suamiku, Tama!
Dimulai dengan masalah Tama yang pergi begitu saja meninggalkanku setelah akad nikah kini persentase kebencian diriku kepadanya 35% !
Mobil pun berhenti tepat didepan rumah yang bisa dibilang bagus, besar dan anehnya model rumah ini adalah rumah yang sedari dulu aku impikan. Aku selalu berkhayal jika sudah punya uang cukup aku ingin sekali memiliki rumah dengan dengan warna serba hitam dan putih di penuhi dinding kaca seperti ini, dan kini aku tinggal dirumah yang aku impikan sedari dulu walaupun rumah keluarga ku juga besar tapi aku tidak terlalu suka rumah classic yang terlalu terlihat mewah.
"I... ini rumah siapa?" tanya ku kepada supir yang baru saja membukakan pintu mobil disebelah diriku
"Kinaya menantu bunda yang cantik", belum sempat pertanyaan ku terjawab tibatiba saja seseorang yang keluar dari pintu rumah tersebut memanggil diriku
Aku melihat Aninda—Mama Tama yang sudah menghampiri diriku dengan kedua adik perempuan Tama yang bernama Lula dan Gita.
Aku sudah mengetahui semua nama keluarga Tama karna mama ku yang memberitahu kepadaku, terlebih salah satu adik dari Tama memiliki umur yang tidak terlalu jauh dengan diriku, yaitu Lula anak kedua yang kini umurnya 24 tahun hanya beda 3 tahun dengan diriku, sedangkan ada Gita anak ketiga yang memiliki umur 20 tahun, lalu ada Patih anak keempat yang baru berusia 18 tahun bahkan baru memasuki perkuliahan, dan terakhir anak laki laki bernama Dilam yang kini menduduki bangku kelas 2 SMA dengan umur 16 tahun. Aku pun juga memiliki satu adik kandung laki laki yang berumur 20 tahun, huh sekarang aku merasa seperti memiliki banyak adik.
"Ayo masuk, yang lain sudah didalam", aku hanya tersenyum dan menganggukan kepala ku, yang lain? Apa laki laki kurang ajar itu ada didalam juga? Kalau iya, ingin sekali aku memukul wajahnya walau aku tahu aku tak akan berani memukulnya haha
Saat memasuki rumah, pandangan ku langsung tertuju ke arah 3 laki laki di sofa ruang depan. Ketiga Laki laki yang pernah aku temui, yang menandakan laki-laki yang ingin aku hajar saat ini tidak ada diruangan itu.
"Kinaya selamat datang dirumah Kinaya yang baru" ujar Aninda ke arah ku setelah memasuki rumah tersebut
"Rumah Kinaya?" jawab ku bingung
"Iya, ini rumah hadiah pernikahan untuk Kinaya"
"Dari bunda Aninda?" tanya ku masih bingung, aku sudah pernah disuruh untuk memanggil Aninda dengan sebutan bunda, dan sekarang aku hanya menuruti keinginan mertua ku saat ini.
Kepala Aninda menggeleng dengan bibir tersenyum lebar, "No No, rumah ini Tama yang buat untuk Kinaya"
Hah? mata ku seakan ingin keluar saat mendengar jawaban Aninda. Laki laki kurang ajar itu yang membuat rumah ini untuk diriku? Atau dia menggunakan rumah ini untuk membujuk aku agar menerimanya, enggak! aku tidak akan luluh hanya karna rumah ini adalah rumah impianku!
"Kata Tama, Kinaya suka dengan rumah bernuansa hitam putih lalu banyak kaca agar bisa melihat pemandangan diluar rumah"
Kata Tama? Lagi lagi aku dibuat bingung mendengarnya. Apa Tama mencari tahu semua keinginan ku? Tapi bagaimana? Dari orang tuanya? Itu mustahil karna seingat ku, aku tidak pernah cerita ingin punya rumah seperti ini kepada mereka. Tanya ke teman-teman ku? Lebih tidak mungkin karna kedua sahabat ku saja baru tahu beberapa hari lalu kalau aku akan menikah.
Ah sudahlah, Lebih baik nanti aku tanya sendiri saja jika aku sudah bertemu dengan pria itu, dan aku ingin membuat perjanjian dengannya karna aku masih tidak setuju dengan perjodohan ini dari awal!
"Rumah ini baru selesai bulan lalu, jadi maklum saja kalau masih tercium bau bau dari cat dan barang barang lainnya"
Aku semakin terpaku mendengarnya, jadi benar rumah ini dibangun dari awal, bukan rumah yang dibeli langsung jadi. Benar benar deh aku semakin ingin bertemu dengan pria itu dan bertanya soal semuanya.
"Dirumah ini ada 5 kamar tidur termasuk kamar pembantu dan kamar tamu. Di lantai bawah ada 1 kamar pembantu dan 1 kamar tamu, di lantai 2 ada kamar utama dan 2 kamar pribadi. Di lantai 3 ada ruang bersantai dengan rooftop yang terdapat bar khusus untuk Kinaya dan Tama mengundang teman teman kalian. Lalu di taman belakang ada..."
"Tama mana ya bun?" Ujar ku menyelak ucapan Aninda yang sedang menjelaskan seisi rumah ini, aku tak butuh penjelasan, aku hanya ingin bertemu dengan Tama yang sudah menjadi suaminya saat ini.
"Gak sopan" ujar seseorang disebelah Aninda, aku menoleh ke arah perempuan yang bernama Lula adik pertama Tama. Tak peduli dengan Lula, aku kembali menatap ke arah Aninda yang sudah terdiam menatap diriku, sepertinya Aninda terkejut karna aku menyela ucapannya. Bukan bermaksud tidak sopan tapi aku hanya ingin mengetahui laki laki itu ada dimana saat ini.
"Ah... Tama ya..." ujar gugup Aninda, "Setelah sesi foto tadi dia langsung pergi karna sudah memesan tiket untuk ke luar pulau, katanya urusan di perusahaannya belum selesai. Memangnya dia tidak memberitahu kamu?"
Aku menggelengkan kepalaku. Lagi lagi alasan yang sama seperti saat lamaran bulan lalu, sebenarnya dia menikahi aku untuk apa? Hanya untuk status saja? Kalau memang maunya seperti itu kenapa tidak memberitahu aku terlebih dahulu agar aku tidak merasa dibodohi seperti ini.
"Aduh si Tama itu, selalu saja bersikap seenaknya. Seharusnya dihari penting seperti ini dia tidak usah bekerja, setidaknya kabari dulu Kinaya" kesal Ahmad—Papa Tama
"Ayah, kan Kak Tama memang selalu begitu. Lagipula ini cuma acara akad pernikahan dan kak Tama bilang perusahaannya yang diluar kota lagi ada masalah, jadi Ayah gak usah nyalahin kak Tama" ujar Gita
Aku menatap ke arah kedua adik perempuan Tama. Sedari awal bertemu mereka, aku sudah yakin kalau mereka berdua tidak menyukai aku, dan benar saja saat ini mereka berdua seakan menyatakan perang dengan diriku karna membela Tama yang sudah jelas bersalah.
"Sudah lah Gita, perkataan ayah mu benar kok. Jangan membela kakak mu hanya karna dia selalu menuruti keinginan kamu" ujar Aninda
"Kinaya, maaf ya kalau ucapan Gita sedikit menyinggung Kinaya. Maaf juga karna Tama tibatiba pergi bahkan tidak izin dengan Kinaya, bunda benar benar tidak enak dengan Kinaya"
Tak menjawab, aku hanya menganggukkan kepalaku. Aninda benar benar baik sekali denganku, bahkan dia meminta maaf karna perbuatan anak anaknya, padahal dia tidak berbuat salah apa apa dengan aku.
"Karna Tama tidak mungkin pulang hari ini, jadi agar Kinaya tidak sendirian dirumah, biar Lula dan Gita yang temani Kinaya dirumah ini ya. Nanti biar mama yang hubungi Tama agar dia cepat pulang menemui kamu"
Lagi lagi aku hanya menganggukkan kepalaku saja. Aku sudah malas berbicara bahkan mendengar Aninda bilang kalau Lula dan Gita akan menginap disini semakin membuat aku malas sekali, bahkan aku lebih berharap Tama tidak usah pulang dan menemui diriku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Shishio Makoto
ceritanya bikin ketagihan, keep up the good work thorr!
2024-01-25
0